Mobil Marlo terus melaju memasuki kawasan Ubud, Bali yang khas dengan pemandangan hutan, sawah, dan jurang-jurang gunungnya yang indah. Sungguh Vanya bertanya-tanya dalam hati apa sebenarnya tujuan Marlo membawannya ke daerah yang memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan darat dari hotel yang ditinggalinya, di saat malam hari pula.
"lo yakin kita nggak salah tempat?" tanya Vanya dengan berhati-hati, takut jika tiba-tiba Marlo marah dan tanpa pikir panjang menurunkannya ditengah jalan yang sepi.
Marlo tak menjawab, konsentrasinya terpusat pada jalan di depannya.
"sumpah Mar, gue nggak ngerti, dari sekian ribu tempat wisata di Bali, kenapa harus tempat ini yang lo tuju?" selama tinggal di Bali, Kota Ubud tidak pernah sama sekali Vanya datangi apalagi jelajahi. Selain karena banyaknya tempat peninggalan yang masih memiliki adat istiadat yang kental, Vanya kerap kali mendengar mitos atau legenda-legenda tentang daerah-daerah di Ubud. Membuat Vanya memiliki prespektif tersendiri yang jauh berbeda dari orang lain dan lagipula Vanya memiliki sedikit ketakutan dengan hal-hal berbau mistis. Padahal kota Bali mayoritas penduduknya masih menjaga erat adat istiadat, sehingga hal tersebut merupakan hal wajar, sayangnya itu tidak berlaku untuk Vanya.
"kenapa? Apa ada masalah?" bukan bermaksud tidak peka dengan ketakutan yang mulai terlihat diwajah cantik Vanya, Marlo hanya merasa senang melihat raut ketakutan Vanya yang sunggu terlihat lucu sekaligus menggemaskan dimata Marlo.
Sebenarnya tujuan Marlo sendiri membawa Vanya ke Ubud kurang lebih untuk mendapatkan ketenangan sekaligus merileksasikan tubuhnya yang selalu tegang dan kaku akibat pekerjaan yang tak ada habis-habisnya, tetapi, saat mendapati wajah Vanya yang mengisyaratkan ketakutan kentara membuat Marlo tak tahan untuk mengerjai wanita itu.
"saya dengar pasangan yang melaui tempat ini pada malam hari tidak akan bisa kembali untuk selamanya" Marlo mati-matian menahan tawa saat mendapati ekspresi kaget Vanya beserta aksi Vanya yang seolah-olah berusaha untuk melindungi dirinya.
"mitos ngawur dari mana itu?!, sejak kapan kita jadi pasangan dan sebenarnya tujuan kita kemana sih?!, kenapa gue ngerasa kita cuma mutar-mutar aja di jalan ini?" tanya Vanya mulai skeptis.
Dirasa cukup untuk mengerjai Vanya malam ini, Marlo memutuskan untuk segera membawa Vanya ke salah satu resort kepunyaannya yang berada di Ubud.
Raut ketakutan diwajah Vanya berangsur-angsur menghilang tak kala mobil Marlo memasuki pekarangan sebuah resort mewah, terlihat dari hiasan-hiasan serta patung-patung dipekarangan resort tersebut.
Sebuah gapura berdiri megah menyambut kedatangan mereka, Vanya takjub melihat patung berbentuk singa yang memiliki sepasang sayap dibelakangnya. Patung itu seolah-oleh menjadi penjaga dari resort yang Vanya datangi.
***********
Marlo menautkan jari-jari tangannya dengan jari-jari Vanya, membuat Vanya berjengik kaget lantaran gerakan tangan Marlo yang tiba-tiba serta rasa nyaman dari genggaman telapak tangan Marlo yang besar dan hangat.
Seorang pria yang mengenakan baju khas Bali lengkap beserta udeng (ikat kepala) dikepalanya menghampiri Marlo sembari memberi salam.
"selamat datang di Ubud tuan Marlo dan nyonya Vanya" Vanya kaget saat mendengar pria itu mengucapkan namanya. Entah bagaiaman dan darimana pria itu bisa mengetahui namanya.
"kamu sudah menyiapkan kamar yang saya minta Nyoman?" tanya Marlo kepada pria yang bernama Nyoman.
"sudah tuan, kamar itu tidak pernah digunakan selain oleh tuan Marlo sendiri" jawab Nyoman dengan santun.
Vanya yang sama sekali tidak tahu menahu dengan semua ini hanya bisa mengikuti kemanapun Marlo pergi.
Sesampainya disebuah kamar dengan interior khas bali dan pemandangan langsung menghadap alam yang asri, tanpa sadar membuat Vanya takjub untuk kesekian kalinya terhitung sejak awal memasuki resort. Meskipun Vanya dan Marlo tiba di resort pada malam hari, hal itu tidak menghalangi Vanya untuk mengagumi semua yang tertangkap di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR BODY
RomantizmWarning 18+ Vanya dan Marlo, dua orang yang saling memanfaatkan tubuh satu sama lain untuk kebutuhan ranjang masing-masing, tak ada cinta diantara mereka, yang ada hanyalah nafsu yang menggebu-gebu diantara keduanya. Menurut Vanya, Marlo bukannlah...