🕊ENAM🕊

1.5K 91 2
                                    

Aku belum mengerti tentang rasa ini, entah itu nyata atau maya. Namun hati ini berkata, untuk menunggu saja.
•Annaila VE•

Author POV.
________________

Cafe Larista, kini menjadi tempat tujuan Arkan bersama teman-temannya menghabiskan waktu libur. Mengobrol dan bercanda ria, ditemani minuman serta cemilan ringan yang telah dipesan.

Entah mengapa semenjak kemarin menghabiskan waktu bersama gadis itu membuat hati Arkan kembali ceria dan seperti tersinari oleh pelangi cinta.

Memang perlu waktu lama untuk Arkan memperjuangkan perasaanya itu, namun jika itu sudah menjadi tujuan Arkan dari awal. Hal yang semu pun akan terlihat nyata.

Dari mana perasaan ini muncul, Arkan tidak tau. Sekarang telah menyadari pandangan mata itu akan memuculkan rasa yang begitu aneh.

Arkan tersenyum jika mengingat perasaannya dengan gadis yang dicintainya itu, seolah keduanya menghantui pikiran Arkan.

"Lo sehat kan, Ar?" Suara Frizal membuat lelaki itu mengerjapkan mata beberapa saat, "Sehat lah."

"BTW, lo serius mau dapetin Anna?" Tanya Gerel secara tiba-tiba. Arkan tak langsung menggubresi, ia diam dan menghela nafas secara perlahan.

"Kalo emang cinta ya harus serius." Hanya itu kata-kata yang mampu menjawab pemikiran kedua temannya yang sendari tadi setia menunggu jawaban Arkan.

"Susah, Ar kalo mau dapetin cintanya si Anna. Lebih baik Sisil yang jelas, jelas mencintai lo. Bidadari sekolah lagi." Gerel membenarkan ucapan Frizal barusan dengan anggukan.

"Walaupun Sisil mendapatkan gelar Ilegal itu, kalo gue gak cinta ya harus gimana? Bukankah cinta tak bisa dipaksakan?" Arkan membela perasaan nya itu.

"Betul tuh kata Arkan," cicit Gerel. Frizal menyeritkan dahi sambil menatap Gerel, "sebenarnya lo dukung siapa sih?"

"Dukung gue sendiri lah." Sungguh jawaban yang sangat garing. Arkan berdecak pelan, melihat tingkah Gerel yang begitu gagal dalam membuat lolucon.

"Ck! mulai deh penyakit GAJE nya." Frizal mencoba sabar, sabar, dan selalu sabar.

"Kemarin lo nonton ya? Gak ngajak lo!" Gerel memberikan tatapan horor kepada Arkan. Frizal yang belum tau apa-apa pun langsung menatap Arkan penuh tanda tanya.

"Iya. Tadi nya gue mau ngajak Anna doang. Trus gue pikir-pikir, Anna bakal nolak ajakan kalo hanya berdua. Yaudah gue ajak dua temanya Anna," jelas Arkan.

"Geby sama Veril?" Tanya Frizal. Arkan membalas dengan anggukan.

"Enak banget dia, nonton bareng tiga cewek sekaligus," tutur Gerel kepada Frizal.

"Masalah nonton aja di ributin. Udah lah gue cabut dulu." Arkan beranjak, lalu menyimpan beberapa lembar uang di meja sebagai pembayaran.

Arkan melesat bersama motornya, meninggalkan kedua sahabat yang sejak SMP sudah terjalin.

*********

Di tempat lain, gadis berambut panjang yang dihiasi bandana tengah uring-uringan di sofa ruang tamu. Sambil menekan-nekan remot televisi secara asal. Terlihat dari wajahnya ia sangat bosan dengan liburan sekolah ini. Tak ada yang mengajaknya keluar rumah amat mencekam ini.

"Bunda di butik, dan punya Abang molor mulu," gerutu gadis bernama Annaila yang biasa dipanggil Anna oleh orang sekitarnya.

"Gangguin Abang aja deh." Entah Anna sedang kerasukan setan apa, sehingga ia berani membangunkan macan dari tidurnya.

Bidadari Sekolah(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang