🕊SEBELAS🕊

1.2K 79 3
                                    

Suara riuh di kantin yang kurindukan sekarang terdengar oleh telingaku kembali. Senyuman di bibirku seolah tidak mau luntur.

Terlebih pagi tadi aku diberi kabar oleh kedua temanku bahwa pendukungku bertambah drastis. Kamu tau siapa yang membuat itu bertambah? Dia Arkan, lelaki yang waktu malam menyatakan cintanya kepadaku.

Aku telah berburuk sangka terhadapnya. Kini tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berterima kasih.

"Anna Annabele!!" Aku melirik kearah sang pemanggil dengan tatapan sebal. "Namaku Annaila, bukan Annabele!"

"Lagian malah senyam-senyum dari tadi. Nanti disangka gila, kan repot," tutur Geby.

"Waktu kita tinggal lima hari, apakah itu cukup?" Tanyaku. Geby menghentikan makannya, lalu menatapku dengan serius, "lo yakin gak sama kita?" Aku mengangguk.

"Yaudah, santai aja. Kita sama-sama raih hasil memuaskan itu, terlebih sekarang geng nya Arkan ikut ngumpulin dukungan buat lo." Geby melanjutkan makannya. Mendengar Geby menyebutkan nama Arkan, entah mengapa membuatku berdegup kencang.

"Oke, aku sangat terima kasih untuk semua ini."

"Simpan terima kasih itu buat nanti saja. Habiskan makanannya, setelah ini kita lanjutkan rencana selanjutnya."

********

Usai tadi menyelesaikan makan aku dan kedua wanita yang bersetatus temanku itu berjalan beriringan menuju kelas.

"Ett tunggu ...." intruksi Geby membuat langkah kami terhenti. "Apaan?" Aku menatap bingung.

"Liat tuh, ada poster menarik di mading." Kami bertiga sama-sama terfokus pada mading. Poster itu memberitahukan sebuah pementasan seni, lusa nanti di sekolah.

"Trus apa hubungannya sama kita?" Tanya Veril dengan polosnya.

"Otak dipake dong, Ril. Dengan Anna mengikuti pementasan seni itu secara tidak langsung bakal banyak pendukung dia."

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Jangan diam aja dong, Na itu ide bagus kan?" Aku tersadar kembali ketika Geby menanyakan itu lagi.

"Aku harus tampilin apa?" Aku menggigit bibir, bingung.

"Nyanyi aja!" Seru Veril.

"Nah tumben pinter nih si poni." Geby membetulkan seruan Veril tadi.

Mereka tidak memikirkan apa rasa gugup tampil di depan semua murid SMA Galaksi. Tapi ini juga kesempatan bagus untuk taruhan ini.

"Yaudah deh."

"Sip lah, nanti lo nyanyi pake gitar."

"Iya. Ayo kita ke kelas lagi."

"Ayok! Tenang nanti soal pementasan biar gue yang daftarkan ke OSIS." Kami bertiga melanjutkan langkah ke kelas.

Belum kami sampai di kelas, langkah kami harus terhenti kembali. Sisil dan satu temanya menghadang kami dengan tangan yang dilipat di depan dada. Begitu angkuhnya dia.

"Apa kabar Anna, apakah pendukungmu bertambah? Lima hari lagi kita menentukan siapa pemenangnya loh."

Geby bedecak pinggang, emosinya seperti sudah di ujung tanduk. "Angkuh sekali lo jalang! Kita lihat saja pemenang akan diraih oleh Anna!" Katanya dengan nada tinggi.

"Ck! Ikut-ikutan aja lo cabe. Oya gak usah terlalu berharap, nanti sakit hahaha." Sisil dan satu temanya yang entah siapa namanya tertawa terbahak-bahak. Tidak ada yang lucu juga.

Bidadari Sekolah(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang