TIGA BELAS

1.1K 86 3
                                    

Jika tidak bisa menerima kenyataan, jangan buat kenyataan itu hadir karena ego sendiri.

•Geby Aprillisya•

Sang surya telah menampakan dirinya di ufuk timur, dedaunan yang selama terguyur derasnya hujan kini merekah. Burung-burung kecil mengepakam sayapnya di langit biru yang lepas, aku tersenyum penuh bahagia memandang suasana pagi ini.

Tepat senin kali ini akhir dari taruhan selama sebulan tak kuinginkan. Aku tak peduli akan kalah, karena pasalnya tak ada alasan logis untuk Sisil mengeluarkanku dari sekolah.

Aku akan terbebas dari semua ego wanita itu, dan memulai kehidupan sekolah tanpa ancaman. Tak sabar rasanya ingin segera sampai di sekolah, namun lihatlah lelaki berkemeja rapih itu. Sendari tadi aku menunggunya bertelpon, lama sekali. Mungkin sedang bicara dengan wanita yang bernama Laura.

Kesabaranku sudah habis, jam sudah menunjukan pukul enam lewat beberapa menit yang artinya sebentar lagi gerbang sekolah akan di tutup.

"Abang! Cepatlah, Anna telat nih!" teriakanku itu berhasil menyudahi obrolan telpon itu. Bang Arlan menghampiri dengan wajah tanpa bersalah, segera aku memasuki mobil.

*********

Brug!

Dengan sekali hentakan tangan aku menutup pintu mobil, sambil menatap sebal ke arah bang Arlan.
"Gak usah di tekuk gitu wajahnya, kan gak telat ini," ujarnya.

"Bodo, Anna ngambek!" Aku melenggang pergi tanpa mendengarkan jawaban bang Arlan, lelaki itu menjadi super nyebelin ketika hadirnya sosok wanita di hidupnya. Begitu kan orang jatuh cinta?

Dengan tergesa-gesa aku berjalan ke kelas, gerbang memang masih di buka tapi sekarang kan pelajaran pak Wiro. Kalian tau kan dia guru seperti apa? Semoga saja kesialan tak menimpaku.

Aku bisa bernafas lega ketika melihat meja guru masih kosong, pasti pak Wiro sedang dalam perjalanan kemari. Aku segera duduk dengan nafas yang masih tak menentu.

"Hampir aja telat lo," bisik Geby. Aku tak menjawab, karena pak Wiro sudah berada di kelas.

"Nanti hasil taruhan di putuskan habis istirahat," bisik Geby lagi. Aku menatap wanita yang nampak bahagia di matanya.

Aku tahu Geby berharapku untuk jadi pemenangnya, wanita itu sudah bercerita soal masa lalunya yang hancur gara-gara sosok Sisil. Geby di fitnah sampai akan di keluarkan dari sekolah, dan sekarang adalah cara Geby menumpahkan amarahnya yang sudah dipendam selama satu tahun.

Aku pun hampir tak menyangka mendengar semua cerita yang diucapkan Geby waktu itu. Jika memang kemenangan ini membuat temanku bahagia, lalu untuk apa menginginkan kekalahan bukan?

"Anna!" Seruan Geby membuatku tersadar kembali, "ada apa?"

"Tuh ...." aku mengikuti arah pandangan Geby, oh god aku akan terkena masalah! Pak Wiro berdecak pinggang sambil memberikan tatapan tajam kepadaku. Mampus!

"Pagi-pagi jangan ngelamun kamu, cepat sini kedepan kerjakan soal ini," suruhnya dengan tegas. Aku tertegun, dan mengikuti perintahnya saja. Untung semalam aku belajar, jadi tidak kesulitan.

*********

Terik mentari tak membuat suasana lapangan sepi, semua murid SMA Galaksi mulai berkumpul bersama kubu pendukungnya. Setelah tadi bel istirahat, aku dan yang lainnya sudah berkumpul. Begitu banyak pendukungku dan juga Sisil.

Aku dan Sisil saling berhadapan, seperti sedang memimpin sebuah peperangan saja.
Sementara Frizal yang akan menghitung masing-masing kubu pendukung.

Bidadari Sekolah(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang