"Anna, ada temanmu datang!" Telingaku menangkap gelombang suara bunda, aku bangkit dari ranjang dan menuruni tangga.
Benar, di sana ada Geby, Veril, dan Rara. Gara-gara lelaki itu aku lupa kalo mereka akan datang ke rumah.
"Hey kalian, ayok ke kamar aku aja," ajakku yang langsung dituruti oleh mereka.
Sesampai di kamarku, mereka seolah menyebar. Veril, gadis itu memainkan bintang-bintang di jendela. Geby, melihat buku-buku koleksiku di rak khusus. Dan Rara, gadis itu hanya diam, duduk formal.
Kududukan bokong di ranjang dan memulai pembicaraan, "Geb, katanya mau ceritain tentang Sisil."
"Oh iya, gue lupa." Geby ikut duduk di ranjang.
"Sisil itu cewek tercantik dan paling digandrumi se-SMA Galaksi. Namun itu dulu, sekarang kecantikannya hanya sebatas make up. Dan kelakuannya pun mirip jalang," jelas Geby dengan antusias.
"Benar tuh. Dengar-dengar Sisil itu suka banget sama Arkan, tapi ya gitu deh. Arkan tak menyukainya," sahut Veril.
"Semua siswi SMA Galaksi juga suka kali sama Arkan," tukas Rara.
"Trus pasal gelar itu maksudnya apa?" Tanyaku.
"Gue gak tau asal-usul terciptanya gelar itu. Namun di sekolah selalu menyebut cewek yang masuk kriteria idaman itu sebagai bidadari sekolah," jelas Geby.
"Dan lo masuk dalam kriteria itu." Veril melangkah ke arah kursi dekat ranjang.
"Tapi Sisil gak bakal mau tertandingi oleh siapa saja."
"Benar apa kata, Rara."
Aku terdiam sejenak, memikirkan semua perkataan mereka.
"Pentingkah gelar itu?"Geby dan Veril mengedikan bahu, tanda mereka tak tahu.
"Anggap aja itu sebagai penghargaan bonus dari para murid SMA Galaksi," Rara menyahut lagi. Perempuan itu begitu realistis."Jangan beratkan pikiran lo hanya karena penuturan tadi." Geby melangkulku.
"Lapar nih, bagaimana kalo kita pesan pizza!" Veril mengalihkan pembicaraan supaya tidak terlalu serius.
"Biar aku yang pesan."
*******
Sepulang mereka bertiga aku menyenderkan kepala di sofa ruang tamu. Kembali terlintas gelar itu 'bidadari kelas' sungguh tak ada niat sedikit pun untuk mendapatkan gelar aneh itu.
Fisik yang kupunya ini hanya bonus dari tuhan untukku, aku tak ingin menjadi tinggi hati nantinya.
Aku mendesah pelan, dan meraih ramot TV untuk mengusir pikiran itu.
"Weiii, asik banget." Aku tersentak kaget, ya ampun bang Arlan."Dosa tau ngagetin orang." Mataku terfokus kembali ke layar Tv.
"Eleh, lagi bad mood? Nih biar kembaliian mood." Arlan menyodorkan beberapa batang coklat. Itu semua berhasil membuatku tersenyum lebar, dan langsung merampas coklat itu.
"Dasar cewek." Bang Arlan mengacak-ngacak rambutku dan melanggang pergi ke kamarnya.
Ini yang kusuka dari bang Arlan, selalu mengembalikan mood. Tapi kadang ngeselin juga sih ...
Baru saja aku ingin berpindah ke kamar untuk menikmati coklat pemberian bang Arlan, bunda menghampiriku dengan jaket hitam di tangannya.
Itu kan ...
"Ini punya siapa, Sayang? Bang Arlan gak punya jaket kaya gini kan?" Tanya bunda. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, jujur atau berbohong ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Sekolah(END)
Teen Fiction[Tahap Revisi] Kita disatukan dalam sebuah gelar, kita disatukan dalam sebuah sekolah, dan kita disatukan dalam sebuah hubungan. Tapi mampukah kita melepaskan? Sementara hati ini ingin terus terikat. Aku ingin menjadi bidadarimu bukan hanya sebatas...