DUA BELAS

1.2K 83 7
                                    

Sayup-sayup udara membuat rambut panjangku melambai-lambai mengikuti embusan angin. Dentruman transportasi begitu terdengar jelas di telinga. Kini aku sedang berada di motor bersama seseorang yang mampu membuatku salah tingkah akhir-akhir ini, bersamanya di dalam naungan senja membuatku ingin mengentikan waktu sejenak saja.

Setelah satu jam latihan di kafe biasa, aku diantar pulang olehnya. Kesempatan itu tak ingin kusia-siakan begitu saja. Sudah dua hari ini bernyanyi bersama nya membuatku jauh lebih dekat, dan aku pun sering melihat tawanya yang manis itu.

Sekitar 10 menit bergulat dengan semrautnya jalan raya, akhirnya kami sampai di rumahku. Aku turun dari motor sport hitam itu seraya mengembalikan helmnya.

"Makasih ya, Arkan," ucapku dengan senyuman mengembang. Ia pun membalas senyumanku, oh god rasanya seperti terbang.

"Besok saya jemput ya?"

"Hah? Jemput?"

"Iya, mau kan?"

"Baiklah. Heum, mau mampir dulu?"

"Saya langsung balik, salam buat Bunda sama Abang kamu. Dan semangat buat besok!" Tutur Arkan, tersenyum.

"Iya, semangat!"

Arkan mulai menyalakan motornya dan melesat, menghilang oleh jalanan. Tanpa sadar senyuman ini masih terukir sempurna di bibirku.

Ya, besok hari pementasan. Aku harus tampil sempurna, dan membuat para murid SMA Galaksi terpukau. Semangat, Anna!

*********

Kejadian malam ini membuatku terheran-heran, pasalnya bang Arlan mengajak teman wanitanya makan malam bersama. Katanya teman si bukan siapa-siapa, tapi aku yakin akhirnya akan menjadi sepasang kekasih. Tak kusangka, bang Arlan untuk pertama kalinya membawa wanita ke rumah.

Usai makan malam tadi, kami lanjut mengobrol di ruang keluarga. Bunda begitu inisiatif bertanya-tanya. Sedangkan aku masih bingung, maksud bang Arlan tiba-tiba seperti ini.

"Nak, Laura ini satu jurusan sama Arlan?" Tanya bunda. Oh jadi namanya Laura-batinku. Pintar sekali bang Arlan memilih wanita, lihatlah Kak Laura boleh dikatakan sangat cantik. Mata belo nya membuatku iri.

"Kak Laura pacarnya Bang Arlan?" Pertanyaan itu sontak membuat bang Arlan menatap tajam ke arahku. Apa salah aku?

"Cuma temen ko, Na."

"Pasti digantungin kan sama Bang Arlan? Abang mah gitu, emang orang tuh jemuran." Aku melihat sama tajamnya kepada bang Arlan.

"Bawel banget kamu budak kecil, sana tidur besok sekolah," rancau Arlan mengalihkan pembicaraan.

"Mengalihkan pembicaraan, dasar gak gentelman," gumamku.

"Huss Anna, sana tidur jangan goda Abangnya terus." Aku mendengkus, lalu melangkah ke kamar. Masa bodo lah, nanti juga bakal ada kabar bang Arlan punya pacar.

Sampai di sana langsung saja bergelur dengan selimut, namun getaran handphone membuatku terjaga kembali.

Arkan:*

Anna sudah tidur?

Bagus lah kalo sudah

Jangan sampai bangun kesiangan ya

Oh ya, semangat lagi

Anna beneran dah tidur"(

Yahh, yaudah good night😙

Aku tertawa sendiri melihat pesan dia, pipi terasa panas. Untung aku sedang sendiri di kamar, kalo tidak sudah dikira orang gila. Ia gila, gila karena kamu Arkan.

Bidadari Sekolah(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang