1. SANG PERAWAT

6.4K 273 4
                                    

#NWR #INCOGNITO #FIKSI #ROMAN #DEWASA

Titan ingin marah, tapi tidak tahu kepada siapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titan ingin marah, tapi tidak tahu kepada siapa.

Ira – kakaknya – memenangkan hadiah undian, sebulan keliling Eropa naik kapal pesiar, meninggalkan ibunya berdua dengan Krisna, anak tunggalnya di rumah. Titan disuruh, ya disuruh, bukan diminta, karena Ira tidak menerima penolakan, untuk tinggal di rumahnya selama sebulan itu.

Masalahnya, Titan baru saja berbaikan dengan Maureen, dan ia sudah setuju untuk hidup serumah. Titan kuatir kalau ditinggalkan sebulan, ia akan lari lagi.

Titan sebenarnya ingin segera menikahi Maureen, tapi ia menolak. Maureen seorang model, ia kuatir pernikahan akan menghambat karirnya.

"Apa sih bedanya menikah dengan hidup bersama?" tanyanya kemarin. "Sex? Kita toh sudah sering melakukannya."

"Aku ingin kamu menjadi istriku, istri dalam arti yg sesungguhnya." Jawab Titan emosional.

"Tunggu, tunggu." Potongnya, "Kalau butuh seorang yg yg bangun setiap pagi memasak untukmu, membersihkan rumah, mencuci pakaian, kau cari saja pembantu."

"Aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku."

"Tidak sekarang. Anak bisa ditunda, tapi karir sebagai model tidak, aku dikejar umur."

Dan Titan takluk ke dalam pelukannya saat Maureen menggiringnya ke tempat tidur.

Krisna membukakan pintu pagar supaya mobil Titan bisa masuk ke carport, garasi sudah penuh dengan dua mobil Ira dan suaminya.

Titan turun dari mobil dan menepuk pundaknya, "Bagaimana kuliahmu, enak kan jadi mahasiswa?"

"Nggak enak, oom, semua harus diingat-ingat sendiri, pindah-pindah ruang kelas, nggak ada lagi guru yg mengingatkan PR dan lain-lain, lupa nyerahin tugas, nilai nol." Katanya terkekeh sambil beriringan masuk ke dalam.

Di dalam, Titan melihat ibunya sedang memarahi seorang perempuan yg sedang menyapu lantai dari ceceran makanan.

"Mama." Titan menyapa, dan ibunya menoleh dengan gembira, mengulurkan kedua tangannya dari atas kursi roda.

"Kenapa ini? Mama membanting piring lagi?" Titan memeluknya hangat.

"Titan, kapan Ira pulang? Mama mau makan masakan Ira, masakan Anna tidak enak."

Titan tertawa, "Mbak Ira baru tadi pagi berangkat, mama sudah tanya kapan pulangnya. Padahal kalau ada mbak Ira, mama juga sering rewel, tidak mau makan."

Anna beranjak ke dapur.

"Buatkan aku telur dadar, dikasih daun bawang prei, dan cabe rawit, kecap asin, merica." Kata bu Sari, Anna mengangguk, dan berlalu ke dapur.

"Ayo, makan, kau pasti lapar." Bu Sari menggapai bakul nasi dan menyendokkan nasi. Krisna mengambil tempat duduk di seberangnya.

Di meja makan ada sup, ayam goreng, tahu dan tempe goreng, dan sambal.

"Mama makan lagi ya," Titan merayunya sambil menyendokkan sup berisi wortel sosis dan makroni ke piringnya sendiri.

"Nggak, mama nunggu telor dadar."

"Oma, supnya enak kok," Kata Krisna sambil menggigit sepotong ayam goreng.

"Enak apanya? Sup kok isinya cuma wortel, nggak ada kol, nggak ada buncis dan kentang." Bu Sari menggerutu.

"Lain koki kan beda resep, oma." Kata Krisna, menambahkan nasi ke piringnya. "Enak supnya, mbak." Katanya kepada Anna yg masuk membawa telor dadar.

Mungkin telor dadarnya juga enak, bu Sari mau menghabiskan nasinya tanpa rewel lagi.

Setelah makan, Titan mandi. Anna membereskan meja makan lalu mencuci piring di dapur. Titan masuk ke kamar ibunya, melihat ia sudah pindah ke tempat tidur. Ditariknya sebuah kursi ke dekatnya, dan mengobrol sambil menonton TV sampai larut malam.

Titan menurunkan bagian atas tempat tidur ibunya, Ira membeli ranjang seperti di rumah sakit sejak bu Sari stroke 6 bulan yg lalu, saat itu Titan melihat sebuah kasur disandarkan di dinding di dekat jendela.

"Itu kasur tempat tidur Anna," Bu Sari menjelaskan. Titan membantu mengatur bantalnya supaya lebih nyaman, melirik jam dinding, pukul sepuluh malam, mengapa Anna belum tidur?

Pelan-pelan Titan menutup pintu kamar, lampu ruang tengah sudah diganti dengan lampu temaram, pintu ke dapur sudah ditutup. Ia berjalan ke arah kamar waktu melihat Anna tertidur di sofa ruang duduk.

Titan menduga umurnya masih sekitar dua puluh tahun. Wajahnya mungil, sesuai dengan badannya yg tingginya sekitar 160 cm, dibandingkan dengan Maureen yg kurus, Anna lebih bohay, lebih nyaman untuk diremas-remas bila ...... aduh, Titan mengeluh, mengapa jadi berpikiran seperti itu? Apakah karena melihat sebagian pahanya yg mengintip dari roknya yg sedikit terbuka karena Anna duduk sambil merenggangkan kakinya? Anna memakai seragam perawat, rok terusan berwarna putih dengan krah kotak-kotak berwarna biru muda, kancing di depan dari atas ke bawah.

Titan duduk di samping Anna menggoyang-goyangkan pundaknya supaya ia bangun, tapi ia hanya bergumam tidak jelas. Pasti besok Anna akan bangun dengan tubuh pegal-pegal bila tidur dengan posisi duduk, karena itu Titan kembali ke kamar, menurunkan kasur, lalu kembali ke ruang tengah. Ia mengangkat kedua tangan Anna melingkarkannya di leher, lalu menggendong Anna ke kamar. Bu Sari sudah terlelap.

Titan membaringkan Anna pelan-pelan ke kasur, melepaskan tangannya dari pundak, tapi malah terjatuh ke atas tubuhnya. Anna terbangun kaget melihat ada lelaki menindihnya, ia membuka mulut akan berteriak. Titan panik, kuatir ibunya dan para tetangga bangun, yg terpikirkan saat itu adalah membungkam mulut Anna, dengan .....................

bersambung

INCOGNITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang