21. KETEMU LAGI

2.3K 139 5
                                        

#NWR #INCOGNITO #FIKSI #ROMAN #DEWASA

#NWR #INCOGNITO #FIKSI #ROMAN #DEWASA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KRISNA

Aku mengangkat telpon pada dering pertama, lalu menjauhkannya dari telingaku, sedetik lagi suara oom Titan di dekat telingaku, aku harus dilarikan ke klinik THT.

"DIMANA KAU KETEMU TASIA??"

"Sabar, sabar oom." Setelah oom Titan berhalo-halo dengan intensitas decibel yg diturunkan, aku mendekatkan handphone ke telingaku lagi, "Nanti aku ceritakan, oom makan malam di sini, kan?"

**

TITAN

Iseng aku membuka profil Tasia, IA MEMAKAI FOTO PROFIL YG SAMA DENGAN KRISNA!!!

Last seen 13.50, sekarang jam 13.54.

[test] aku mengirim pesan, lalu cek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[test] aku mengirim pesan, lalu cek. Pesan masuk, tapi belum dibaca.

Aku langsung mematikan AC dan lampu, menyambar kunci mobil dan bergegas turun.

Sabtu jam dua siang, jalanan ibu kota lenggang. Yg keluar sejak pagi atau siang belum pulang, yg keluar sore masih di rumah. Sebentar saja aku sudah sampai di rumah mbak Ira.

Aku membuka pagar dengan kunci serep, memasukkan mobil, menutup pagar, dan masuk ke kamar Krisna lewat pintu samping. Krisna sedang duduk di depan laptop, aku melihat kertas-kertas berlogo AV, ia sedang sibuk mengerjakan proyek butik Adrian Valentino.

Aku tidak berkata apapun, berdiri di pintu kamarnya, napasku terengah-engah menahan gejolak di dada. Krisna tahu aku mencari Tasia, ia menemukannya tapi tidak memberitahukan kepadaku??

"Hai, oom." Krisna mengangkat kepala sebentar tersenyum menyapaku, lalu meneruskan pekerjaannya lagi.

"Mana dia?" Aku berusaha tenang, "Dimana kau ketemu dia?"

"Di sini."

"Apa maksudmu di sini?"

Krisna tidak menjawab, ia mengirimkan foto profilnya kepadaku, untuk apa?

Aku klik dengan sejuta tanya, dan sebuah foto yg utuh terpampang di layar handphone, Tasia berdiri berdampingan dengan Krisna, dan mama duduk di kursi di depannya, di ruang makan rumah ini.

Aku membalikkan badan pelan-pelan. Kalau kuingat lagi kejadian ini, kira-kira caraku membalikkan badan itu seperti di film-film horor atau thriller, dan saat sudah berputar, setan atau pembunuhnya muncul. Dan yg kulihat di ruang makan itu ANASTASIA! Aku hampir pingsan.

**

Tasia sedang menata piring di meja makan, ia belum melihatku. Rambutnya pendek seperti dulu, berkacamata, bibirnya berwarna coral alami tanpa polesan lipstik. Tasia memakai celana longgar selutut dan blus longgar lengan pendek. Dua tahun aku tidak bertemu dengannya, semua kelihatan sama.

"TASIA."

Aku melangkah maju dan memeluknya, rasanya tak ingin kulepaskan lagi. Aku menutup mata menikmati detik-detik itu.

"Ehem." Aku membuka mata, mbak Ira dan mas Harto berdiri memandangku, tersenyum-senyum. Tasia melepaskan diri dari pelukanku dan berlari ke dapur.

"Datang bukannya nyari mama, tapi langsung peluk-peluk." Mama menggerutu, tapi aku tahu beliau pura-pura, "Titan, mama nggak dianggap lagi ya?"

"Maaa," aku mendekati mama yg duduk di sofa ruang keluarga, tadi aku melewatinya, tapi tidak menyadari kehadirannya, "Hepi besde." Aku memeluk mama dan mencium pipinya.

**

Makan malam keluarga, kami mengelilingi meja makan kapasitas sepuluh orang. Mas Jules dan mas Odis datang dengan istri masing-masing, anak-anaknya tidak ada yg ikut karena kuliah di luar kota. Dari semua keponakanku, hanya Krisna yg kuliah di Jakarta.

"Enak masakannya."

"Tasia yg membantu masak," kata mbak Ira, aku tersenyum bangga melirik Tasia yg duduk di sampingku.

"Dua tahun ini kerja dimana?" tanya mas Odis, biasanya ia pendiam.

"Jadi fashion designer, pak."

"Loh nggak jadi arsitek?"

"Sama-sama mendisain kok, pak."

"Kenapa kamu menghilang tanpa kabar, Tasia?" Pertanyaan mas Jules membuatku tegang, "Habis lembur di apartemen Titan, kamu hilang tak ada beritanya. Kamu diganggu, Titan?"

"Mmmm ....." Aku merasakan ranting kecilku menggeliat mendengar gumaman Tasia, setelah dua tahun ternyata masih ada efeknya.

"Bu... bukan, pak," Tasia menjawab dengan gugup.

"Oooo ya sudah, waktu aku cerita ke istriku, ia sempat punya pikiran Titan mengganggumu. Kalau sampai kamu hamil ......" mas Jules memandangku.

"Mas," aku memotong, "Aku sudah berusaha mencarinya, tapi Nella saja bilang nggak tahu. Aku pinjam handphone ke semua karyawan untuk menelpon Tasia, berharap ia mau mengangkat, tapi begitu tahu aku yg telpon, langsung ditutup."

Aku menoleh ke Tasia, ia menunduk.

"Ya aku sempat mengajak Nella berbicara, aku minta ia berterusterang kalau sampai Tasia hamil, aku akan minta kamu bertanggungjawab."

"Kenapa aku? Tasia juga akrab dengan Krisna." Aku membela diri.

"Gak masalah, oom." Krisna tersenyum lebar, tapi kilatan matanya nakal, "Hari ini aku ajak Tasia ke sini ya rencananya mau bicarakan rencana ngelamar dia."

"Kau .... kau .... mau kawin dengan Tasia?"

"Itu kalau kamu nggak mau." Kata mama, semua tertawa, kecuali aku dan Tasia.

"Jadi, bagaimana?" Tanya mbak Ira, "Yg melamar Tasia aku atau mama?"

"Bagaimana, Tasia?" Mas Odis bertanya, nggak biasanya ia banyak bicara, "Kamu mau kawin dengan Krisna atau Titan?"

Aku menoleh memandang Tasia, berharap ia menyebut namaku.

"Saya perempuan pak, saya menunggu dipilih." Pipinya memerah.

"Loh," Mas Harto menukas, "Kalau sekarang aku melamar kamu untuk Krisna tapi kamu cintanya ke Titan, bagaimana?"

"Perempuan kan bisa menolak pak." Tasia menunduk.

Yg lain tertawa, mama memeluknya.

"Bagaimana ini? Krisna?" Mas Harto bertanya kepada Krisna, aku menunggu Krisna menjawab dengan hati berdebar-debar.

Krisna menatapku tajam, "Yg lebih tua dipersilahkan menjawab lebih dulu, pa."

Semua mata memandangku.

"Tasia," Aku meraih tangannya, "Maukah kamu menjadi istriku?"

"Mmmm ......" Tasia mengangkat wajahnya, memandangku.

"TASIA!!" Aku membentaknya tanpa sadar, "Aku sudah pernah bilang jangan mmmm mmmm di depanku, itu merangsangku, tau!"

Setan lewat ............. sunyi sepi, tak ada yg bersuara, aku juga kaget sudah membentaknya.

"Tasia," Krisna memecahkan kesunyian, "Jawabannya tidak harus ya, ada aku di sini yg siap melamarmu juga."

Aku memandang Krisna dengan tatapan mematikan.

Tasia memandangku, memandang Krisna, "Mmmmmm......."

"TASIA!"

bersambung

INCOGNITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang