14. MENDADAK IMPOTEN

2.8K 177 7
                                    

#NWR #INCOGNITO #FIKSI #ROMAN #DEWASA

#NWR #INCOGNITO #FIKSI #ROMAN #DEWASA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TITAN

Waktu aku membuka mata, Tasia tidak ada di sampingku. Aku ke kamar sebelah, kosong. Lalu kudengar suara air di kamar mandi, aku membuat kopi, dua, sekalian untuk Tasia.

Kemarin fokus kepada pekerjaan, melihatnya duduk bersila dan memamerkan separoh pahanya tidak memberikan efek apa-apa. Blusnya longgar, kancingnya menghadap ke kiri, jaraknya agak jauh, sehingga ada celah-celah mengintip yg ditutupinya. Aku menggendongnya ke kamar, dadanya menekan badanku, karena sudah capai dan ingin segera tidur, hal itu juga tidak ada efek apapun. Sekarang .......? Gemercik air shower membuatku membayangkan Tasia telanjang menyabuni seluruh tubuhnya.

Gila!! Ini efek Maureen terlalu sibuk, libidoku tidak tersalurkan.

Tasia memakai celana panjang, bagus jadi pikiranku tidak pecah ke pahanya. Ia memakai kaos ketat V neck, waduh, kaosnya memeluk erat kedua bukit indahnya, untungnya belahan dadanya agak tinggi, tidak membuat tanganku ingin merogoh ke dalam lembahnya.

"Kopi." Kataku menunjuk secangkir kopi yg kubuat untuknya.

Tasia malah menyodorkan sepiring nasi sosis, "Rice bowl ala Mc Tasia." Katanya.

"Enak," aku jadi kangen nasi goreng buatan Anna. "Kalau saja ada yg membuatkan sarapan setiap pagi seperti ini ....."

"Mangkanya, kawin, pak." Kata Tasia mengagetkan aku, ouw ternyata aku tadi mengucapkan apa yg ada di pikiranku.

"Jaman sekarang, mana ada perempuan mau merbabu di rumah, semua mengejar karirnya sendiri." Maureen tidak pernah memasak, isi kulkas di apartemennya hanya buah dan minuman dingin, freezernya kosong.

"Pasti adalah, pak." Kata Tasia, "Saya aja tidak keberatan memasak untuk suami saya."

"Apa aku kawin denganmu saja ya?" Tiba-tiba aku menginginkan Anna, tapi yg ada di hadapanku kan Tasia.

"Saya sudah punya pacar, pak."

"Kapan kamu terakhir ketemu pacarmu?" Aku berjalan menghampirinya.

"Hampir empat bulan yg lalu."

"Nggak kangen?" Aku saja dua minggu tidak memeluk Maureen rasanya ingin kujepitkan di pintu.

"Kangen sih." Tasia membalikkan badan, dan menabrakku.

"Nggak kepingin dipeluk? Dicium?" tanyaku dengan suara bergetar. Kedua lenganku di samping badanku, tapi begitu ingin aku mendekap perempuan ini, meremas setiap lekuk tubuhnya.

Tasia menutup matanya, bibirnya merekah. Aku mundur selangkah, aku harus menjauh, aku tidak tahan melihatnya menggodaku seperti itu. Bila aku mengikuti dorongan hatiku, Tasia akan lari menjauh seperti Anna. Ah, Anna!

Tiba-tiba Tasia terhuyung-huyung akan jatuh, aku sigap meraih tubuhnya, dan menuntunnya ke sofa.

"Tasia, kamu tidak apa-apa?"

"Tasia, kamu tidak apa-apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANASTASIA

Pak Titan duduk di sampingku, tidak melepaskan pelukannya walaupun sudah duduk. Aku masih mabuk dengan aroma maskulinnya, bila diteruskan seperti ini, aku bisa pingsan.

"Iiiih .... bapak belum mandi." Kataku mendorong tubuhnya.

"Ooo kamu hampir pingsan karena bau badanku?" Ia berdiri dan mencium ketiaknya sendiri dengan gaya yg lucu

Pak Titan menyiapkan printer dan kertas, lalu menghilang ke kamar mandi.

Aku mencocokkan tiap halaman hardcopy dengan file yg kukerjakan kemarin, mencetak seperlunya. Aku larut dalam pekerjaanku, tidak menyadari ada orang masuk ke dalam apartemen.


"Ehem."

Aku mengangkat kepala dan melihat seorang perempuan cantik, langsing, dengan dandanan cetar memandangku dengan curiga.

"Anda siapa?" tanyaku.

"Aku yg harusnya bertanya, kamu siapa, ngapain di apartemen Titan?" Kalau film kartun, tatapan matanya bisa digambarkan seperti sepasang tangan keriput berkuku panjang yg siap mencakarku.

"Saya Tasia, karyawannya pak Titan."

"Ouw karyawan." Ia memandangku merendahkan, tidak berusaha menutupi rasa tidak sukanya dengan kehadiranku. "Aku Maureen, calon istrinya."

Oooo ini Maureen, model yg kata Krisna teman kumpul kebo pak Titan.

"Maureen!" Pak Titan keluar kamar mandi dengan pakaian tidak layak, lagi-lagi bertelanjang dada dan hanya membelitkan handuk di pinggangnya.

**


TITAN

Aku kaget keluar kamar mandi ada Maureen di situ, ia memang memegang kunci serep apartemenku, tapi aku tidak mengharapkan kehadirannya. Lalu kaget lagi, aku lupa ada Tasia, aku tidak berpakaian layak.

"Sayaaannnggg, dia siapa?" Maureen bergayut manja di lenganku, menggeserkan tubuhnya kepadaku, cepat sebelah tanganku memegang simpul handuk sementara yg lain memeluknya.

"Tasia, kami lembur untuk tender hari senin."

"Kamu nggak ngapa-ngapain dengan dia, kan?" Maureen menarikku ke kamar, aku ogah-ogahan, tidak enak dengan Tasia, tapi Maureen tidak perduli.

Aku sempat melihat Tasia juga tidak memperdulikan kami, asyik dengan pekerjaannya, sebelum Maureen menutup pintu kamar, mendorongku ke tempat tidur, menindihku, melumat bibirku dengan ganas. Masuk ke kamar dengan ogah-ogahan tampaknya tubuhku juga ogah-ogahan bangun, aku mendadak impoten.

Maureen langsung melucuti semua pakaiannya, biasanya aku akan segera balas menyerangnya, aku tidak suka didominasi perempuan. Tapi hari ini ada menyadari ada Tasia di ruang tengah, ia bisa mendengar suara kami, keinginan memberikan kepuasan kepada Maureen dengan cara lainpun tidak ada.

Setelah beberapa waktu berusaha membangunkan aku tanpa hasil, Maureen menggeram marah.

"Mungkin karena aku capai." Aku meminta maaf sekalian membela diri, tapi ia marah.

"Berapa ronde kau dengan lonte itu, sampai tak bisa melayaniku?" Katanya sambil memakai pakaiannya kembali.

"Kami lembur urusan kantor."

"Pekerjaan kantor dilembur di apartemenmu?? Kaupikir aku bodoh?"

Ia membuka pintu kamar dengan kasar, keluar dan membanting pintu apartemen dengan lebih kasar, masih sempat memaki Tasia, "Lonte!"


Aku tak ingin menyusul Maureen, aku memakai celana pendek dan T shirt, ke kulkas mengambil minuman dingin. Aku melirik Tasia, ia masih sibuk dengan pekerjaannya, duduk bersila di lantai. Aku mengambil kunci serep di dekat pintu, baguslah Maureen meninggalkannya, ia sekarang tidak bisa sembarangan masuk ke apartemenku.

Baru saja aku menghempaskan pantatku di sofa, Tasia menoleh kepadaku, "Kok dia marah pak? Nggak orgasme ya?"


bersambung

INCOGNITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang