Terkadang sunyi dan sepi lebih senang hinggap berlama-lama dibanding bahagia.
💦
Keluarga? Caca fikir ia lupa apa itu keluarga baginya. Bagi gadis berusia 17 tahun itu, sepi dan sunyi sudah biasa menemaninya dirumah. Menjadi yang memeluknya saat ia butuh. Ah, iya lupa, tapi masih ada Mbok Irah sama Mang Asep yang nemenin Caca dirumah. Jadi ya suasana sarapan sendirian gini udah ngga asing lagi bagi Caca.
"kemana lo kemaren? Kenapa pulang telat? Pake dianter cowok segala," suara berat bariton tiba-tiba memecah kehenigan diruang makan itu. terdengar jelas sekali nada dingin dalam kalimat itu.
Itu Arga. Kakanya Caca.
Caca tersentak ditempatnya, dia tidak menyangka jika Arga tahu Caca pulang telat kemarin, padahal seingat Caca saat ia pulang Arga tidak ada dirumah. Ah iya lupa, kan kemarin Caca di miscall Arga banyak banget. Pastinya juga Arga dapet cerita dari Mang Asep—satpam yang sekaligus merangkap menjadi supir dirumahnya.
"bukan urusan lo," ketus Caca. Kemudian gadis itu menenggak susunya. Caca merasa seleranya untuk sarapan sudah menguar pergi entah kemana begitu saja.
Arga berjalan kearahnya, berdiri tepat disampingnya duduk sambil menenggelamkan kedua tangannya dalam saku celana jeans cowok itu.
Arga tertawa mendengus, "jelas urusan gue, lo itu tanggung jawab gue!," ucap Arga penuh penekanan.
Caca tertawa sumbang ditempatnya, tatapannya nanar kearah piring sarapan dihadapannya. Sejak kapan Arga sok menjadi kakanya? Atau cowok itu acting sok perhatian? Seperti biasa yang cowok itu lakukan jika dia akan meminta sesuatu pada Papanya, cih! Menjijikan.
Caca berdiri kemudian menghadap kearah Arga, "ngga usah berlagak jadi kaka buat gue!" tukas Caca tajam kemudian berlalu dari sana.
Selalu seperti itu suasana rumah mereka. Hanya ada pertengkaran antara Caca dan Arga. Bukan pertengkaran kakak-beradik pada umumnya yang nantinya akan berbaikan dan saling melempar candaan. Caca dan Arga tidak seperti itu. dan ini sudah berlangsung sejak 10 tahun. Memprihatinkan memang.
Caca menjejakan kakinya keluar perkomplekan rumahnya, berniat menunggu taksi untuk ke sekolah. Biasanya dia berangkat sama Mang Asep, Cuma ceritanya lagi ngambek sama Mang Asep gara-gara Mang Asep mulutnya lemes pake cerita segala sama Arga. Kan Caca jadi kesel pagi-pagi.
Setelah beberapa menit Caca berdiri disana, tiba-tiba ada expander hitam berhenti dihadapannya. Caca mengrenyit bingung, mobil siapa? Seingatnya dia tidak mengenal seorangpun dengan mobil expander.
Kaca mobil itu terbuka dan menampilkan sosok cowok jangkung yang duduk dibalik kemudi. Cowok itu tersenyum kearahnya, "Lagi nunggu siapa, Ca?" Tanya Daffa.
Caca sedikit tercengang, namun masih bisa bersikap biasa, "ngga nunggu siapa-siapa sih kak, nunggu taksi aja," jawab Caca.
Dia masih ngga percaya yang lagi ngomong sama dia ini seorang Daffa Rifaldy.
"jam segini mah taksi penuh, bareng gue aja, yuk!" tawar Daffa.
"bareng ka Daffa?," Tanya Caca ragu-ragu.
"iya bareng gue, dari pada kesiangan, gimana?"
Caca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "tapi kak..."
"kenapa? kita belum kenal akrab?" Daffa terkekeh setelahnya. "yaudah sini masuk dulu, entar kenalan, emang lo mau kesiangan?" katanya lagi sambil tersenyum kearah Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED - [HIATUS]
Teen Fiction🍀TEEN FICTION🍀 Terimakasih, Atas ketidak-pekaanmu Sehingga keangkuhanku mampu membuatmu yakin Bahwa aku tidak benar-benar luluh padamu - Dariku Caca "..tentang semua yang tak terjelaskan.." ❗❗NOTE❗❗ ✔ Typo dimana-mana ✔ Banyak ke-error-an author...