11. Agam

262 21 0
                                    


Terimakasih yang sudah mendukung dan menunggu dengan sabar cerita ini:))

Happy Reading!!♥

Happy Reading!!♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada tanya dari setiap degup jantung yang menggila. Mengapa detaknya harus berontak meminta keluar dari dada. Padahal logika secara tegas menolak kamu sebagai penyebabnya.




Bel pulang berbunyi sejak beberapa menit lalu, Pina dan Bagas sudah pergi duluan karena mereka juga akan menyelesaikan tugas kelompok mengingat tenggang waktunya sebentar lagi. Jadi, menyisakan Caca dan beberapa teman kelas lainnya termasuk Darren.

"Darren, kita jadi nugas?" tanya Caca hati-hati.

Gadis itu sebenarnya sedikit tidak enak atas kejadian dikantin saat jam istirahat tadi. Namun melihat Darren yang bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa—padahal pipi cowok itu memerah karena tamparan Nanda—membuat Caca semakin merasa bersalah karena pergi begitu saja setelah ditarik Daffa.

"Jadi, ayo!" sahut cowok itu singkat.

Darren berjalan keluar kelas mendahului Caca. Entah cuma Caca yang merasa atau memang benar-benar kenyataan jika Darren tiba-tiba cuek. Bahkan keduanya melangkah bersamaan menuju parkiran dalam hening. Benar-benar susana yang sangat berkebalikan dengan biasanya jika Caca saat sedang bersama Darren.

Dan keanehan berikutnya berlanjut sampai ketika Caca sudah naik diatas boncengan motor Darren dengan tenang tanpa harus ada adu cekcok seperti saat pertama kali ia membonceng cowok itu.

Setelah perjalanan dua puluh menit yang membosankan, akhirnya Caca sampai juga didepan rumah yang bisa dibilang tidak terlalu mewah dan tidak terlalu sederhana juga—rumah Darren.

"Duduk Ca, lo mau minum apa? biar gue bilangin sama Mbak Sari sekalian ke belakang"

"Apa aja Ren, yang nggak ngerepotin"

"Oke"

Saat Caca menghempaskan dirinya duduk di sofa ruang tamu, Darren melangkahkan kakinya masuk kedalam.

Caca melepaskan pandangannya menelusuri ruangan yang bernuansa serba pastel dengan gaya klasik itu. Gaya ruangan yang memberi kesan tenang saat mengamatinya, benar-benar bukan hal yang Caca pikirkan ketika melihat bagaimana sifat Darren yang bertentangan dengan dekorasi rumahnya yang terlihat lebih kalem itu.

Tak berapa lama kemudian dari dalam muncul seorang gadis kecil dengan kursi roda sambil membawa nampan berisi minuman. Caca yang melihat itu pun dengan reflek membantu mengambil nampan itu dari pangkuan si gadis kecil.

UNTITLED - [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang