Terimakasih yang sudah mendukung dan menunggu dengan sabar cerita ini:))
Happy Reading!!♥♥
Kadang dekat, kadang jauh. Kadang menyebalkan, kadang menyenangkan. Kadang benci, kadang cinta. Perasaan sebenarnya simple, hanya ego yang membuatnya jadi rumit.
♥
Bel istirahat yang berbunyi baru beberapa saat tadi seperti sebuah alaram kebebasan bagi siswa yang sudah jengah dengan semua pelajaran—yang hanya mampu mereka serap beberapa persen saja dari penjelasan panjang kali lebar kali tinggi sang guru. Teman-teman kelas Caca sudah melesat entah kemana.
Pina masih setia disampingnya, cewek cerewet itu sudah berkali-kali mengajukan protes saat Caca bilang dia ingin ke perpustakaan saja, dan menitip makanan pada Pina.
Memang, pola hidup menjadi siswi lurus yang sedari dulu ditanamkan—ralat, dituntut oleh Arga dan Papanya menjadikan Caca siswi teladan berprestasi yang amat sangat mencintai buku.
Dimulai dari buku rumus-rumus yang bikin kepala mau copot sampe buku sastra yang bahasanya amat sangat mengandung makna mendalam—yang kadang bikin pembaca mikir seribu kali buat ngerti maknanya. Semuanya Caca cinta, beda sama Pina, sahabat Caca itu cuma cinta buku sastra terutama yang romansa, makanya nggak heran kalo perbendaharaan kata Pina waktu menasihati Caca soal perasaan itu mirip quotes google.
"Sumpah ya Ca, gue ngga ngerti! Bagian mananya sih yang menarik dari kumpulan rumus yang bikin kepala mau puyeng gini? Untuk ukuran anak IPS, lo itu terlalu rajin belajar rumus! Harusnya lo masuk IPA" omel Pina dongkol, karena Caca lebih rela ke perpus buat ketemu sama buku-buku rumus daripada nemenin Pina makan di kantin, yang katanya karena ada edisi buku keluaran terbaru yang kini tersedia di perpustakaan,
Caca menggeleng tidak setuju, "Kenapa sih anak IPS selalu dipandang kaya gitu? Apa karena materi IPS keliatannya nyante dibanding anak IPA? Jangan salah, Pin, Ilmu Sosial juga penting buat kehidupan, apalagi hal mendasar dari sifat manusia itu saling tergantung dengan mahluk lain, tanpa Ilmu Sosial, manusia bisa apa?" Pina menghela nafas, gantian kali ini dia yang dinasihati.
"Lagian belajar matamatika—atau pelajaran apapun yang bersangkutan dengan logika itu penting, entah dia anak IPA atau IPS, anak IPS juga butuh belajar matematika. Di matematika itu kita belajar menajamkan logika, nah kalo logika kita tajam itu akan ngebantu banget buat belajar materi pelajaran lain, contohnya tentang teori.
"Mungkin ini yang mendasari mindset dari dulu kalo orang pintar matematika di cap bisa pintar pelajaran lain juga, padahal maksudnya adalah, karena kita terbiasa memahami matematika yang mengasah logika, itu akan membuat gampang mempelajari materi yang isinya teori, kaya anak IPS gini. Tanpa logika yang tajam, selama ini kita juga akan susah buat nerima materi sejarah, sosiologi, geografi atau yang lainnya. Iya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED - [HIATUS]
Ficção Adolescente🍀TEEN FICTION🍀 Terimakasih, Atas ketidak-pekaanmu Sehingga keangkuhanku mampu membuatmu yakin Bahwa aku tidak benar-benar luluh padamu - Dariku Caca "..tentang semua yang tak terjelaskan.." ❗❗NOTE❗❗ ✔ Typo dimana-mana ✔ Banyak ke-error-an author...