6. Lembaran yang Terbuka Kembali

331 19 1
                                    

Membuka kembali lembaran yang telah lalu memang tidaklah mudah, tetapi menggantinya dengan yang barupun membutuhkan cukup waktu.

🍂🍂🍂

"Loh kok kesini?!" ujar Caca dengan nada setengah teriak.

"Berisik lo! teriak-teriak kaya di hutan." Darren menutup satu telinganya.

Darren sudah lebih dulu melangkahkan kakinya untuk masuk ke arena pasar malam—setelah memarkirkan motor trail-nya berjajar dengan kendaraan lain milik pengunjung.

"Darren, gue mau pulang!" protes Caca tidak terima. Ya iyalah ngga terima, main bawa kabur anak orang gitu aja.

Caca berjalan dengan kesal kemudian menghadang langkah Darren untuk masuk ke pasar malam sambil memegangi sweater bagian depan cowok itu.

"Gue laper Ca,"

"makan dirumah kan bisa!,"

"ngga ada makanan dirumah,"

"ck! Alesan lo!, pokoknya gue mau pulang!"

"sebentar doang deh, suer, janji gue, ya?" 

Darren menatap Caca yang hanya diam, raut mukanya kesel, sebel, dongkol, yahh.... jenis julukan apapun itu yang maknanya setara sama keset mushola lah.

"cuma sebentar sayang, gue laper" tutur cowok itu, kali ini dengan nada begitu lembut.

Melihat respon Caca yang hanya diam meski dengan bibir mengerucut, membuat cowok itu tersenyum, kemudian menggandeng tangan Caca untuk ditarik masuk ke arena pasar malam. Yah meski terpaksa tapi Caca tetep nurut ngikut masuk juga akhirnya.

"mau apa?" tanya Darren pada Caca saat mereka berdiri didepan banyak stand-stand makanan.

Caca hanya mengamati sekeliling dengan tatapan tak berminat sama sekali.

"nggak!" sahut Caca jutek. Yah, Ngambek.

Darren hanya mendengus geli kemudian tatapannya beralih ke salah satu stand yang menjajakan aneka olahan ayam. "bentar ya, tunggu sini, jangan ngilang, nanti susah nyari yang kaya lo lagi" tuturnya kemudian beranjak menjauh.

Caca enggan menyahuti. Dia cuma mengamati Darren yang pergi ngga tau mau kemana. Masa bodoh sama Darren, Caca bete, jadi dia mending duduk diselasar bangku yang disediakan buat pengunjung di pasar malam. Caca cuma duduk sambil mengamati sekitar aja. Lama-lama duduk disana bikin Caca jadi nostalgia sama masa kecilnya dulu, dimana dia masih merasakan apa itu kehangatan keluarga. Tapi sekarang? Ah sudahlah.

Ngga lama kemudian Darren datang dengan membawa dua cup ice cream di tangannya.

"nih!" Darren menyodorkan salah satu ice cream­ ditangannya ke Caca.

Walaupun tadi di awal bilangnya "ngga" tapi kalo soal ice cream, permen kapas, coklat, apapun itu yang manis-manis mah Caca cinta banget. Jadi ya dia ngga bisa nolak dong, meski rada gengsi gitu juga sih nerimanya. hmm

"Makasih," ucap gadis itu datar.

Darren hanya tersenyum tipis, kemudian menghempaskan dirinya untuk duduk disebelah Caca.

"waktu kecil, gue sering ke tempat kaya gini," ucap Caca tiba-tiba, kemudian mulai menyendok ice cream ditangannya.

"oh, ya? gue kira little Safira Ayu Roro Ginaswari Putri, lebih suka main di timezone dari pada tempat ginian,"

Caca memukul bahu Darren pelan, "lo kira gue anak mall?,"

Darren hanya mengangguk-angguk, "yah, sejenis itulah,"

UNTITLED - [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang