7. Dua Dermaga

329 18 0
                                    

Apakah hati bisa luluh dengan dua hati sekaligus? atau mungkin hati seperti sebuah kapal hanya mampu berlabuh pada satu dermaga , tidak bisa dua dermaga sekaligus?

🌹🌹🌹



Sinar terik matahari mulai memudar digantikan dengan semburat jingga kemerahan mulai menghiasi langit sore. Menandakan sang mentari akan kembali keperaduannya. Ini hampir satu minggu Bayu CS menggarap filmnya, disinilah mereka saat ini. Diatas menara pandang yang bertempat ditengah-tengah hutan mangrove sedang merekam sunset. Sudah seharian mereka berpencar untuk melaksanakan tugas masing-masing dan mereka memutuskan untuk berkumpul dimenara pandang seusai menunaikan tugasnya masing-masing.

Bayu dengan Galih sibuk mem-back up data dari kamera sambil duduk menikmati angin sepoi-sepoi diatas menara pandang itu, diantara keduanya ada Dita yang sibuk mengecek dan merapihkan perlengkapan. Sedangkan Daffa dan Rendi masih sibuk dengan kameranya, Daffa hanya bertugas mengawasi kamera yang sedang merekam sunset dengan sebuah tripod penyangganya. Dan Rendi bertugas mendokumentasikan kegiatan mereka saat ini. Hanya Caca yang memang sedang membaca ulang catatan pentingnya hari ini dengan berdiri santai ditepian pembatas menara pandang itu.

"eh Ca, diem dulu coba" Rendi tiba-tiba mengintrupsinya.

Cowok itu tersenyum dari balik kameranya, insting fotografernya seketika muncul ketika mendapati siluet Caca dengan latar langit yang berubah jingga keunguan dengan gelombang-gelombang awan seperti kapas yang mempercantik pemandangan.

Caca menurut, dan masih melanjutkan aktifitasnya dengan tenang. Ia berdiri menyamping, rambutnya sudah terbang kemana-mana tertiup angin sejak tadi, dan yang membuat Rendi langsung membidikkan kameranya adalah siluet wajahnya dari samping dengan hidung mungil yang sedikit tajam membuat jepretan gambar Rendi terlihat estetik.

Rendi mengamati hasil jepretannya sambil berbangga diri, hasil jepretannya memang tidak pernah jelek, "ada yang kurang nih" komentarnya mengamati siluet gambar Caca

"eh Daf, Daf" panggil Rendi pada Daffa yang sedari tadi sedang berdiri dibelakang tripod. "coba deh lo berdiri disamping Caca" perintahnya.

Caca seketika mendadak diserang rasa gugupnya. Apalagi ketika Daffa hanya menurut tanpa repot-repot mengeluarkan sepatah katapun untuk memprotes.

"Nah, kan Cakep!" seru Rendi ketika ia menilik dari balik lensa kameranya mendapati siluet Caca dan Daffa yang sudah berdiri beriringan.

Baik Caca maupun Daffa hanya sama-sama terdiam ditempatnya. Caca yang sibuk mengendalikkan degupan jantungnya yang menggila sambil melemparkan pandangannya kemanapun asalkan bukan kepada Daffa. Sedang cowok itu, berdiri santai menatap Caca yang terlihat menggemaskan disampingnya.

Semakin sore, angin berhembus semakin kencang, membuat rambut Caca menjadi lebih tidak karuan dari sebelumnya. Caca kemudian merogoh saku celananya lalu mengambil tali rambut dari sana untuk mengikat rambutnya.

"Ka Daffa, boleh minta tolong pegangin buku aku sebentar ngga? Aku mau iket rambut" Caca menyodorkan buku catatan yang tidak terlalu besar untuk ia titipkan pada Daffa.

Daffa terdiam sebentar sambil memandang Caca dan buku ditangannya seraya bergantian, lalu sejurus kemudian cowok itu tersenyum. Tangan cowok itu bergerak mengambil tali rambut ditangan Caca yang satunya.

"biar gue aja yang iket" ucapnya lalu tanpa menunggu persetujuan Caca, tangan cowok itu sudah bergerak melewati bahu Caca dan mulai menggamit seluruh rambut Caca.

Caca terkesiap ditempatnya, dipandangnya lekat-lekat Daffa yang saat ini berdiri begitu dekat dengannya dan tangan cowok itu tengah sibuk mengikatkan rambutnya. Jantungnya tak bisa tenang, berdetak dengan cepat seperti meminta keluar dari dadanya. Pipinya mulai terasa panas saat mata teduh Daffa menatapnya dengan penuh arti.Caca merasakan pasokan oksigen sekitarnya mulai berkurang, sepertinya sebentar lagi ia bisa pingsan. Lebay.

UNTITLED - [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang