14. Gencetan Senjata

274 18 5
                                    

Terimakasih yang sudah mendukung dan menunggu dengan sabar cerita ini:))

Happy Reading!!♥

Dalam ruang lingkup yang tidak sempit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam ruang lingkup yang tidak sempit. Kau selalu meriuhkan hampa, untuk merekahkan canda. Semua gravitasi berporos kepadamu, namun acuh ada dalam jiwaku.



"Pin! Lembar tugas gue nggak ada!" ucap Caca panik bukan main.

Lima menit lagi, Pak Hendra—guru ekonominya itu akan masuk. Beliau adalah guru yang paling susah untuk diajak berkompromi soal kelalaian anak muridnya. Ingat tentang Caca yang terakhir kali dihukm mengepel aula? Entah hukuman apalagi yang akan ia terima kali ini. Tapi sejujurnya Caca yakin betul semalam ia memasukkan lembar tugas itu bersama dengan saat membereskan baju olahraganya. Tapi kenapa sakarang mendadak tidak ada?

"Lo serius Ca? bentar lagi itu bapak macan mau masuk loh?! Coba lo cek lagi, di laci apa dimana kek" Pina ikut panik mencarinya.

"udah, Pin...tetep nggak ada. Gimana ini Pin, itu tugas akhir sebelum UAS"

Caca berkali-kali menghela nafas pasrah . Sudah pasti dia akan dihukum. Pina sendiri heran dengan sahabatnya itu, tidak biasanya Caca teledor begini. Apalagi soal tugas, tidak mungkin anak teladan seperti Caca lalai pada tugasnya.

Memang nasib sial untuk Caca, karena tak lama kemudian Pak Hendra masuk ke kelasnya. Poor Caca!

"Silahkan kumpulkan tugas akhir kalian yang saya perintahkan minggu lalu"

Lihat bukan, bahkan tanpa basa-basi guru yang sedikit killer itu langsung to the point. Caca sudah keringat dingin ditempatnya ketika teman-temannya yang lain maju satu persatu mengumpulkan lembar tugasnya. Dan Pina juga tidak bisa berkutik apapun soal hal ini. Dia ingin membatu Caca, tapi bagaimana?

"Apa ada yang belum mengumpulkan tugas dari saya? saya hitung jumlahnya masih kurang"

Caca semakin tegang. Bagaimana ini? Tapi dia harus hadapi kenyataan. Dia baru saja akan mengangkat tangan saat seseorang lain dari pojok belakang kelas bersuara.

"Saya belum mengumpulkan, Pak. Maaf saya lupa mengerjakannya, Pak"

"Ren, lo—" suara Bagas terpotong karena sahabatnya itu kembali bersuara.

"Saya siap dihukum atas kelalaian saya, Pak" ucap Darren tegas.

Hampir semua cewek dikelas Caca semakin kagum dan langsung memuji Darren—dalam hati—yang makin keliatan cowok banget karena berani dengan tegas bertanggungjawab. Yah, Darren emang bandel tapi selama ini dia nggak pernah lari dari konsekuensi dari setiap perbuatannya. Itulah sebenarnya yang jadi nilai plus buat cowok tengil itu dimata cewek-cewek.

UNTITLED - [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang