Heejin's POV
Musuhku, Jeon Jungkook, laki-laki berotot dan merupakan atlet renang sejak SD.
Dia kembali ke kehidupanku setelah 3 tahun 6 bulan lamanya kami berpisah, yaitu di SMP dan semester pertamaku di SMA.
2 minggu yang lalu adalah hari dimana dia datang ke kelasku dan menyapa teman-teman barunya. Dia pun mulai memperkenalkan dirinya sebagai 'anak pindahan'.
Awalnya memang dia disebut sebagai anak yang serba bisa, karena otaknya yang luar biasa pintar dan juga sebagai atlet dalam bidang renang, tapi.. cepat atau lambat, satu sekolah akan mengetahui siapa pria dibalik topeng 'anak baik' itu.
Sekarang, dia masih memakai topeng itu di depan guru-guru dan juga murid kelas lain, namun dia akan menjelma menjadi setan gila jika menemuiku dan teman-teman sekelas.
Bagiku, dia bukanlah laki-laki pintar ataupun anak baik itu, namun dia adalah utusan setan untuk mengusik kehidupan orang lemah, seperti diriku tentunya.
"Wow, gadis cantik darimana ini?"
Mulai lagi, batinku.
Wajahnya berseri saat menatapku berjalan di depan mejanya, aku menghembuskan nafasku kasar kemudian meliriknya sinis.
"Apa yang kau lakukan? Jangan duduk di meja." ucapku dengan lantang, menunjuk tubuhnya yang sekarang sedang duduk di atas meja.
Senyumnya melebar saat tahu aku merespon dirinya, Jungkook mulai menampakkan wajah mengejeknya itu kepadaku. "Ampun, sunbaenim. Aku akan duduk di tempatku,"
Dia pun terdiam sebentar, "Dengan syarat, kau harus mengambilkan pensilku yang jatuh disitu." ucapnya sambil menunjuk sebuah pensil dengan dagunya.
Aku menatap pensil itu.
Tanpa basa-basi, aku langsung menendang pensil tersebut dan menatap pria itu dengan senyuman bangga.
"Begitukah caramu untuk menggangguku? Huh, caramu payah sekali." ucapku sembari memutar kedua bola mataku.
Aku bisa lihat wajahnya mulai tersenyum dan ia juga mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah-olah mengakui keberanianku.
Tangannya pun bergerak dan menaruh ponselnya di samping badannya, kemudian dia memajukan tubuhnya sehingga ia mendekatiku.
Naluriku mengatakan bahwa ini bukan hal baik, aku pun mulai mundur selangkah demi selangkah, Apa yang akan dia lakukan?
Tiba-tiba dia menarik lenganku sehingga tubuhku terhuyung ke depan dan ia menarik lagi kerahku membuatku hampir bertabrakan dengan wajah setannya itu.
"Kau apa-apaan sih?!" ucapku sembari mendorong pundaknya.
Tentu saja, dia tidak goyah sama sekali. Dia hanya terdiam dan matanya menatapku kosong tanpa melakukan pergerakan apapun.
"Kau mau adu mata atau ap–"
Seketika, salah satu tangannya mulai melonggarkan dasiku dan ia membuka kancing bajuku yang paling atas dengan gerakan yang sangat cepat. Menyadari apa yang dia lakukan, aku segera menepis tangannya dan langsung menamparnya.
Plak
"YA!"
"KAU GILA?!" ucapku sambil menutup kerahku.
Dia membulatkan matanya dan tidak merespon ucapanku, wajahnya masih menghadap ke kiri akibat tamparanku yang kencang.
Dia pun tersenyum kecut kemudian kembali menatapku jengkel. Aku kembali sadar dan nafasku mulai tersengal-sengal, betapa bodohnya kau ini!! Bagaimana bisa kau berbuat seperti ini ke Jungkook?, makiku dalam hati.
Aku perlahan mundur sambil berbicara, "A-Aku seperti ini agar.. kau tahu–Agar kau mengerti bahwa kau tidak bisa seenaknya menyuruh orang–Ehm, apa kau tidar sadar itu sudah kelewatan?" lanjutku dengan air mata yang mulai tergenang.
Jungkook memiringkan kepalanya dan mengunyah permen karetnya tersebut, "Heejin-ah," ucapnya manis sembari menarik kedua sudut bibirnya.
Badanku mulai bergetar ketika dia menyebutkan namaku. Tidak, dia akan mempermainkanku lagi, curigaku dalam hati.
Aku langsung keluar dari kelas dan berlari ke arah toilet, tanpa melihat kanan dan kiri, akhirnya aku sampai di toilet. Aku mengusap air mataku kasar dan menatap diriku yang naas ini di depan cermin.
"Yoon Heejin bodoh kalau menangis karena Jungkook." ucapku ke diriku sendiri.
-
Flashback
Saat istirahat, Jungkook segera berlari keluar kelas dan menuju lapangan. Disanalah teman-temannya sudah menunggu untuk bermain bersama. Langsung saja mereka memberikan bola sepak tersebut ke arah Jungkook dan memulai permainannya.
Di lain sisi, Heejin berjalan ke arah kantin sembari memperhatikan bola yang sedang digiring oleh salah satu anak.
Kadang-kadang, dirinya berpura-pura bahwa dia sedang menggiring bola tersebut, entahlah–mungkin menurutnya permainan sepak bola itu seru.
Tanpa ia sadari, sebuah tiang sudah berada persis di depannya dan 3 detik kemudian..
Dug
Kepala Heejin sudah mencium tiang listrik itu.
"A-Aw!"
Jungkook yang tidak jauh berada di sampingnya, mendengar keras bunyi dari tabrakan tersebut. Anak laki-laki itu tertawa terbahak-bahak sembari menutup kedua matanya karena malu melihat teman bodohnya itu.
Mendengar tawa itu, Heejin langsung menatap sinis Jungkook seraya mengusap-usap bagian kepalanya yang terbentur.
"Ya! Ini sakit!"
Jungkook menengok ke arah gadis kecil itu dengan wajah bahagia, "Memangnya aku peduli?! Seharusnya kau memperhatikan jalanmu!" Lalu ia meneruskan tawaannya itu.
Heejin pun jengkel, dia segera pergi meninggalkan Jungkook dengan kesal. Sesekali, dirinya memaki anak laki-laki itu di dalam hatinya.
Tawa anak laki-laki itu perlahan memudar, matanya mengarah ke Heejin dan mulai menggelengkan kepalanya.
"Aah! Dia bodoh sekali."
Melihat gadis itu masih mengomel, Jungkook pun menendang bola yang baru saja diberikan temennya itu ke arah Heejin.
"Ya!" teriaknya.
Heejin menengok ke arah Jungkook dan melihat sebuah bola menggelinding ke arahnya.
Jungkook tersenyum miring kemudian menatapnya remeh, "Jangan lupa taruh bola itu di ruang olahraga, aku pergi."
Beberapa detik kemudian, bel selesai istirahat pun berbunyi, Jungkook segera meninggalkan lapangan itu bersama teman-temannya dan membiarkan Heejin menaruh bola itu di ruang guru.
"Sampai jumpa di kelas.."
"Idiot!" sambung Jungkook seraya pergi meninggalkan Heejin dengan bola itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
who are you?
FanfictionJungkook adalah musuh Heejin, namun bagi Jungkook, Heejin adalah kesenangan dirinya. Namun bagaimana dengan kesenangan Heejin? Sepertinya tidak akan bisa tercapai jika Jungkook selalu berada disamping Heejin.