7

73 9 7
                                    

"Hmm.. Jung Hoseok ya.."

Pria itu mengetuk-ngetuk ponselnya dan menatap dengan lekat nama yang ada di layarnya. "Kenapa harus Hoseok hyung dari semua laki-laki di dunia ini? Astaga.." ucapnya frustasi.

Dengan cepat, Jungkook menekan tombol telepon agar tidak merasa penyesalan setelahnya jika dia tidak menghubungi pria ini. Beberapa detik kemudian, sambungan telepon pun terhubung. "Oi! Jungkook-ie. Ada apa?"

"Hyung! Bisakah kau membantuku?"

"Eh, kenapa? Tentu saja."

"Yoon Heejin, sekelas denganku. Kalau kau tidak tahu, dia yang memarahiku di kantin tadi."

Hoseok sempat berpikir sebentar kemudian tertawa kencang. "HAHAHAHA! Astaga! Iya iya, Aku ingat! Dia galak ya? Kenapa? Kau takut?"

Mendengar hal itu lantas Jungkook segera menyanggahnya sekuat tenaga, "Hyung! Aku ini jauh dari kata takut, ya! Memangnya aku kelihatan takut saat di kantin tadi?"

"Hmm.. Mungkin."

Jungkook berdecak tidak percaya. "Hyung..."

"Hahahah, oke oke. Ada apa dengannya?"

Tentu saja Jungkook ragu untuk memberitahu hal ini kepada Hoseok. Tidak, dia tidak akan mengatakan kalau Heejin menyukai Hoseok, itu sangat terang-terangan dan terlalu to the point. Tepatnya, dia hanya ingin melakukan sesuatu kepada Yoon Heejin. Menurutnya, suatu hubungan yang akan terikat nantinya itu akan jauh lebih bagus jika prosesnya rumit.

Tentu saja, dia satu-satunya orang yang berpikir seperti itu.

"Hyung dimana? Masih disekolah, kan?"

"Iya. Ini baru mau pulang."

"AH BAGUS! Hyung, tolong datang ke kelasku. Aku akan menunggumu disini."

"Okee~"

Panggilan pun terputus. Jungkook tertawa ringan saat melihat sekotak pizza yang dia baru saja beli. Niatnya, dia ingin memakan pizza itu bersama teman-temannya yang lain, namun sepertinya dia berubah pikiran.

Dia sendiri bahkan tidak percaya, bahwa ia akan menyuruh seniornya itu untuk memberikan makanan ini ke Heejin.

"Wah.." ucapnya kagum sekaligus merasa aneh terhadap dirinya sendiri.

Semenjak Jungkook pindah ke Seoul. Dia tahu bahwa Heejin–korban keisengannya–tinggal di daerah yang sama dengan tempat tinggalnya. Tidak jarang, pria itu suka mendapati gadis itu makan di toko swalayan hanya untuk memakan ramen dengan hoodie dan celana training.

Untung saja pria itu tidak dituduh sebagai penguntit yang sedang merencanakan pembunuhan. Karena tanpa sadar, pria itu selalu mengikuti Heejin sejak 2 Minggu sebelum dirinya masuk ke SMA yang–anehnya–sama dengannya.

"Hyung!" panggilnya saat melihat pria bernama Hoseok itu berjalan ke arahnya. Pria berwajah riang itu pun kembali menyapanya, "JUNGKOOK!! Ada apa?!!" ucapnya dengan volume setengah teriak dan langkahnya pun berhenti tepat di depan pintu kelas Jungkook.

Melihat pria itu mogok disana, mau tidak mau Jungkook berjalan ke arahnya dan memberikan pizza yang dia genggam dari tadi. "Ini.. Ada kelebihan. Datanglah ke toko swalayan dekat rumahku dan saat disana makanlah dengan Yoon Heejin. Bye bye."

Pria itu segera lari dari kelasnya dengan terburu-buru seolah baru saja kepergok mencuri jam tangan mahal milik Hoseok. Sebenarnya yang terjadi dia hanyalah malu...

Dan juga takut kalau-kalau Hoseok melihat wajah sumringahnya yang telah dia tahan sedari tadi.

Malamnya, seperti biasa. Pria itu memakai hoodie dan topi hitamnya sembari bertengger di mobil miliknya, tapi untuk kali ini, dia tidak akan mengikuti Heejin sampai di depan rumahnya, namun dia hanya ingin melihat apakah rencananya berhasil atau tidak.

Beberapa menit kemudian, seorang gadis dan Hoseok keluar dari toko swalayan. Melihat dari senyuman gadis itu, Jungkook yakin seratus persen bahwa rencananya berhasil.

Tiba-tiba gadis itu membungkuk 90 derajat ke arah pria berwajah riang itu. Melihat tindakan Heejin, Jungkook sontak tidak percaya dan menutup mulutnya.

"HAH, Apasih?! HAHAHAHAH!"

Dia pun tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Heejin yang seolah-olah sangat berterima kasih kepada Hoseok. "Hanya dibelikan pizza dia sampai bungkuk begitu?! Astaga... Karena aku yang membelikanmu pizza, besok kau harus sujud di depanku! Tidak mau tahu!"

"Terima kasih sunbae untuk semuanya. Lain kali jika aku bertemu sunbae, aku akan mentraktir sunbae dengan makanan lain yang lebih banyak dan lebih sehat. Hehe. Selamat tinggal, sunbae."

Samar-samar, suara gadis itu terdengar di mobilnya yang berjarak tidak terlalu jauh dari mereka. Jungkook memutar matanya tidak percaya.

"Sangat terlihat. Bagaimana orang lain tidak tahu bahwa kau sangat menyukainya? Bahkan aku saja langsung tahu." omel Jungkook sembari menaruh dagunya di stir mobil. Wajahnya memoleskan senyuman ringan, dirinya terbawa suasana saat kembali menerawang wajah emosi gadis itu.

"Yah.. Walaupun setelah itu, kau marah-marah kepadaku. Itukan salahmu sendiri, Yoon Heejin." Pria itu terkekeh, masih dengan tatapan menghadap Heejin.

Mendadak, gadis itu memutar tubuhnya dan menghadap ke belakang dimana Jungkook bisa melihat senyumannya yang kelewat lebar dan tangannya mulai beberapa kali menepuk mulutnya agar tidak terlihat aneh dimata orang lain.

Tatapan Jungkook semakin horor.

Apa-apaan sih dia?!

"Hey."

Gadis itu dan Jungkook sama-sama menengok ke arah Hoseok. Tentu saja bukan Jungkook yang dipanggil, dia hanya merasa ikut terpanggil karena Hoseok tidak melontarkan nama orang yang sebenarnya ia panggil. Hoseok tersenyum dan berjalan ke arah Heejin dengan kedua tangan di kantong seolah-olah sedang berlagak menjadi pria tertampan di dunia.

"Astaga.." ucap Jungkook kemudian menutup matanya dengan tangannya. Dia tidak tahan dengan pria itu.

Bagi Jungkook, mungkin teman dekatnya itu sedang akting menjadi artis mendunia yang sangat dielu-elukan oleh banyak gadis, namun apa daya Jungkook.. dia tidak bisa meninju pipi Hoseok begitu saja.

Disela-sela jarinya, dia menatap pria itu yang masih dengan gaya catwalk-nya. "Tiga.." gumamnya.

"Dua.."

"Satu.."

"Good!" Jungkook mengepalkan tangannya tanda sukses saat Heejin dan Hoseok berjalan seiringan. Mengerti bahwa kedua insan itu akan pulang, Jungkook pun menyalakan mobilnya dan segera memutar stir mobilnya ke arah sebaliknya untuk pulang ke rumahnya.

"Okay! Sukses."

who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang