6

86 8 12
                                    

Heejin's POV

Aku menatap pria yang sedang enak-enaknya tertidur pulas. Matanya tertutup namun mulutnya terbuka sedikit, mengeluarkan suara-suara halus dari tiap tarikan nafasnya.

Aku sebagai manusia yang tidak tegaan kepada orang lain..

Memutuskan untuk membangunkan pria berotot ini. Ya, sifat tegaanku itu akan selalu hilang tiap menatap Jungkook.

"Hei." panggilku sembari mengetuk pelan tangannya yang terlipat di depanku. "Jeon Jungkook, aku ingin berbicara kepadamu." ucapku lagi.

"Eungg." erangnya yang terdengar seperti penolakan. Alisnya sedikit mengerut namun lama kelamaan wajahnya kembali tenang seperti awal tadi. Mendapat penolakan dari seorang Jeon Jungkook, aku pun kembali membangunkannya. "Oi! Jeon Jungkook!"

"Diam." ucapnya lebih tenang tanpa mengubah ekspresinya sedikitpun.

Sedikit merasa tertantang, akhirnya aku pun menepun tangannya dan berteriak, "Jeon Jungkook!!"

Brak

"APA?!"

Tubuhnya menegap membuat rambut berantakannya terlihat. Matanya tertutup sebelah mengartikan bahwa dia masih belum sepenuhnya bangun, dia hanya sesekali membuka sebelah matanya untuk melihat siapa yang telah mengganggu tidur indahnya itu.

Setelah memastikan siapa yang mengganggunya, dia kembali membungkukkan tubuhnya dan menopang dagunya. "Kenapa?" ucapnya lebih lembut.

Walaupun lembut, tetap saja aku merasakan kesabaran Jungkook sudah habis akibat diriku yang yerus mengganggunya. Yah.. Tapi siapa yang peduli, dia saja pernah melemparku penghapus papan tulis saat aku tidur.

"Apa? Cepat, katakan."

"Buku matematika, milikku. Kenapa ada di sunbae?"

Jungkook membuka matanya dan menatapku tanpa ekspresi, dia pun memutar matanya malas kemudian kembali menenggelamkan kepala di tangannya. "Aku tidak tahu."

"Huh, Kau tidak tahu?" ulangku. "Lalu bagaimana jika suatu hari saat kau meminjam bukuku, namun kau menjatuhkannya di jalanan dan setelah itu aku tidak bisa mengumpulkannya sehingga aku mendapatkan hukuman dari–"

"Heejin-ah." panggil Jungkook dengan suara beratnya.

Jungkook mengangkat kepalanya lagi dan menaruh salah satu tangannya di kepalaku kemudian mengusapnya berkali-kali dengan lembut membuatku bergidik ngeri.

"K-Kau mau apalagi?"

"Kau sudah mengerjakannya, kan? Lalu apa yang harus kau khawatirkan? Lihat, sekarang kau sudah selamat karena tugasmu itu sudah selesai. Daripada mengira-ngira sesuatu, bukankah seharusnya kau berterima kasih kepadaku?"

Tak

"AWW!"

Dia pun mengakhirinya dengan sebuah sentilan di dahiku membuatku mengusap dahiku yang kesakitan, "Sakit!"

"Iya, memang sakit." Dia pun menarik tangannya dan kembali dengan posisi tidurnya. Melihat dia kembali tenang, aku pun larut di pikiranku sendiri.

Tentu saja, seharusnya aku berterima kasih kepadanya, tapi ya tetap saja tidak mungkin, bagaimana bisa aku berterima kasih dengannya?

Itu hanya menjatuhkan harga diriku.

Aku berjalan ke arah mejaku dan mengambil tas untuk pulang. Bersamaan dengan yang lain, aku pun keluar dari kelas. Namun sebuah suara menghentikanku..

who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang