4

85 12 8
                                    

Duk

Aku merasakan seseorang menaruh sesuatu di mejaku dengan pelan namun cepat-cepat, seperti terburu-buru. Aku membuka mataku setelah tidur cukup lama, dan menemukan susu stroberi dengan kertas dibawahnya. Aku membuka kertas tersebut dan menemukan surat.

'Yoon Heejin, malam nanti, bisa bertemu di tempat kemarin? Aku akan menunggumu. JHS.'

Aku mengerjapkan mataku cepat, tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku mengedarkan pandanganku sekeliling dan tidak menemukan Hoseok sunbae, atau mungkin.. dia menyuruh salah satu dari orang yang ada disini?

Benarkah seperti itu?

HARUS TENANG!

Lagi-lagi aku menatap kertas itu sembari menahan senyuman, aku pun menengok ke arah Yerin yang baru saja masuk ke kelas,

"Ya! Ya! Ya! Yerin-ah!"

Aku berlari ke arah Yerin dan duduk di samping kursinya yang dekat dengan pintu kelas, "Lihat, lihat. Ini tulisan Hoseok sunbae! Astaga! Apa yang harus kulakukan? Bukankah dia.. Seperti mengajakku berkencan?!"

Yerin menatap lekat kertas itu lama, beberapa detik kemudian alisnya mengkerut menunjukkan wajah tidak percaya. "Tunggu dulu, apakah itu benar tulisannya? Itu.. sedikit berantakan, padahal kupikir dia orang yang rapi." ucapnya menampakkan wajah kecewa. "Ya bisa saja, kan? Anak pintar juga tidak harus rapi tulisannya." belaku sembari menatap kertas tersebut lagi.

Yerin pun mengangguk, membenarkan hipotesisku. Tiba-tiba, gadis itu membuyarkan lamunanku karena menepuk pundakku. "Heejin-ah, tapi apa kau masih ingat kejadian di kantin waktu itu?"

Aku mengernyitkan dahiku, "Yang kemarin? Aku sudah tidak peduli, lagipula malamnya–AKU BELUM MEMBERITAHUMU YA?" ucapku yang tiba-tiba heboh membuat Yerin tersentak. "A-Ada apa?"

"Saat aku sedang makan di toko swalayan, tiba-tiba disana ada Hoseok sunbae. Lalu, kita makan bersama-sama.. Gila! Aku sedikit takut sebenarnya, kenapa ini begitu aneh seperti sebuah kebetulan yang aneh. Dia membawa pizza yang katanya kelebihan, kemudian dia makan di toko swalayan yang ternyata ada aku, dan yang terakhir dia mengetahui namaku."

Yerin menatapku kaget sekaligus bingung. Aku bukan mind reader, tapi dari raut wajahnya, dia seperti tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

"Okay, itu adalah TMI, tapi tentang insiden kantin itu, dia tidak mengatakan apapun kok. Lucu ya, padahal jelas-jelas dia melihat diriku marah-marah seperti gorila di depan Jeon Jungkook sialan itu."

Otot-otot di wajah Yerin mulai melemah dan menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi itu. Beberapa detik kemudian, dia tersenyum lemah kemudian menaruh tangannya dipundakku. "Sepertinya kau tidak mengerti apa yang aku maksud, tapi.. Baiklah, Jung Hoseok memang MUNGKIN mendatangimu–"

"Itu benar, tahu!"

"Ah, oke oke. Tapi yang aneh, Jeon Jungkook, Heejin-ah. Dia tidak mengganggumu lagi? Atau bahkan sekedar menyapamu atau melakukan apa gitu?" Kali ini berganti situasi, sekarang aku yang terdiam. "Hmm, aku mulai berpikir jika dia itu sebenarnya adalah pengecut, masa baru saja dimarahi sekali dia sudah tidak berani?"

Aku pun berdecak, "Jeon Jungkook, ya?" ucapku, "Terserahlah! aku tidak peduli dengannya. Aku sudah muak bahkan dengan melihat kehadirannya." Yerin terkekeh melihatku seperti itu, "Awas ya, kalau tiba-tiba kau 'benci jadi cinta' dengan pria itu."

Mataku kubuka lebar-lebar, "Ya! Itu tidak mungkin! Lihat saja, nanti juga dia akan mengerjaiku. Aku juga sudah siap mental kok."

Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Pelajaran pun kembali dimulai dan kami belajar seperti biasa. Sesekali aku menengok ke arah Jeon Jungkook yang tertidur di kursinya sendiri. Memang benar seharian ini dia tidak menggangguku atau bahkan berbicara dengan teman-temannya, sejujurnya itu sedikit membahagiakanku sih, namun ada sedikit perasaan di dalam hatiku.. yang benar-benar sedikit.. bahwa aku merasa aneh.

who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang