5

91 9 11
                                    

Setelah hari itu, kejadian tidak terduga selalu terjadi. Hoseok sunbae yang sekarang berbicara tanpa menggunakan kata-kata formal, kemudian tiba-tiba sunbae yang tahu bahwa aku sedang makan di toko swalayan, dan juga ketika sunbae mentraktirku makanan enak tanpa ada acara atau rangka apapun.

Kita menjadi lebih dekat! Intinya itu!

Apa kita sedang dalam mode pendekatan? Atau sebentar lagi dia akan menembakku?

STOP!

"Oi!"

Aku tersadar dari lamunanku kemudian menoleh ke kanan. Disanalah seseorang yang sedang memegang pulpen. "HAHAHAHAH! INI SIAPA?!" ucapnya sambil menunjukku. Aku menatap jendela di sebelah kiriku dan melihat coretan panjang dari pipi ke pipi melewati atas bibir.

Aku pun menengok lagi ke arahnya, "Argh! Kau mau apa? Tinggal bilang!" ucapku sambil menarik pulpennya yang siap siap ingin mencoret wajahku kembali. "Eiy, jangan kesal begitu. Aku hanya ingin meminjam soal dan jawaban matematikamu. Boleh?"

Hah? Sejak kapan kau perlu mencoret wajah orang dulu untuk meminjam jawaban matematika?

"Oi! Boleh tidak?" Lagi-lagi aku merasa tersanjung dengan kata-kata Jungkook. "Boleh? Sejak kapan kau izin? Memangnya kau tidak tahu jawabannya? Masa manusia pintar sepertimu tidak bisa?" Jungkook mengernyitkan dahinya, "Tadi tuh aku ketiduran! Bukannya tidak bisa! Makanya aku pinjam jawabanmu!" ucapnya setengah emosi.

Tentu saja, sang Jeon Jungkook tidak mau mengakui kebodohannya. Tapi, bukannya dia memang manusia sempurna? Aku semakin tidak mengerti mengapa dia meminjam buku dari seorang yang bodoh sepertiku.

"Pinjam saja buku orang lain! Aku saja tidak bisa mengerjakannya, untuk apa kau pinjam? Sana, sana, balik ke tempatmu." usirku sembari menggerakkan tanganku untuk menyuruhnya menjauh.

Jungkook terdiam, tubuhnya masih berlutut di langai dan kedua tangannya ditaruh di mejaku. Tiba-tiba, tangan pria itu menjelajahi mejaku, "Ah! Yang itu, kan? Benar, kan? Baiklah aku pinjam! Sampai nanti." Tangan pria itu segera mengambil bukuku dan membawanya kabur dengan senyuman cerahnya.

Ingin sekali memarahi kelinci berotot itu, namun–Ah, terserahlah.. Lagipula aku belum mengerjakanya. Lihat saja, saat dia pulang nanti, dia akan menyesali perbuatannya karena aku sama sekali belum mengerjakannya. HAHAHAH.

Sekolah pun selesai, aku keluar dari kelas dan pulang seperti biasa. Setelah tidur siang dirumah, aku pun mulai bersiap-siap. Seperti biasa, saat malam, aku pergi ke toko swalayan, anggap saja seperti tebak nasib, siapa tahu aku bisa bertemu dengan Hoseok sunbae.

Aku membeli ramen dan minuman bersoda, kemudian duduk menghadap jendela dan tiba-tiba seseorang datang.

Tring

Seseorang masuk dengan hoodie berwarna merah dan celana jeans yang sedikit longgar. Setelah tudungnya terjatuh ke belakang dan menampilkan seseorang yang kukenal, aku pun menyapanya.

"A-Ah, sunbae! Disini." ujarku dengan senyuman cerah sembari melambaikan tanganku. "Eh? Heejin! Kau sedang makan?"

"Iya.. Sunbae juga mau makan?"

"Tentu saja." balasnya kemudian berjalan melewatiku, "Sebentar ya, sunbae akan ambil ramen dulu. Kau tunggu disitu." ujarnya kemudian membelokkan badannya ke rak-rak.

"Ah! Omong-omong Heejin-ah." Aku pun menengok ke arah suara itu, disanalah sunbae memunculkan wajahnya saja. Aku pun terkekeh melihat hal itu, "Kau kenapa, sunbae?" ucapku setengah tertawa.

Dia tersenyum kemudian memberikanku sebuah buku, "Aku melihat buku ini terjatuh saat aku berjalan di koridorku dan setelah aku lihat, sepertinya buku ini milikmu? Lihat, ada namamu disitu. Benarkan?"

who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang