Dor...
Dor...
Dor...
Dor...
"HAPPY BIRTHDAY !!!"
Suara confetti terdengar bersahutan dan lampu kembali menyala terang.
"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday, happy birthday, happy birthday Marshaaaa...!! "
"Selamat ulang tahun sayang!! "
"Habede yang ke-16 tahun yaa... Sahabatku yang paling unych-unych! "
"Gila mantul banget deh ekspresi kamu Sha, hahaha. Gapapa deh yang penting selamat ultah ya...! "
WHAAATTT.....!!!APA-APAAN INI?
SIAAAAL.......!!!
Suara ucapan dan nyanyian lagu selamat ulang tahun masih menggema memasuki rongga telingaku, tapi bagaimana keadaan ku sekarang?
Aku masih terkulai lemas di antara lengan kokoh ayah dengan nafas yang masih terengah-engah dan debaran jantung yang masih menggila.
Dengan sisa tenaga yang tinggal tak seberapa ini, aku mencoba untuk berdiri lebih tegak dan membuka mataku lebih lebar untuk melihat lebih jelas. Dan disanalah terlihat Marshall, Seli, dan juga Ayah Alex sedang memegang confetti, lalu Tiger yang membawa tumpukan piring yang terbuat dari seng tak ketinggalan juga Hero yang membawa ember kecil dengan tulisan slime dan sekarang aku mulai paham bahwa benda dingin, lengket, dan berlendir yang ada di pegangan tangga adalah benda yang sedang ia bawa sekarang. Oh Tuhan, sudahlah cukup aku dikerjai habis-habisan malam ini, RALAT hari ini, bahkan aku sampai lupa bahwa hari ini adalah hari kelahiranku padahal aku sudah diberi ucapan selamat ulang tahun oleh Ibu Dewi sekitar 23 jam yang lalu.
"Kakaak...! "
"Argh..! "
Sepertinya kejadian tadi menimbulkan sedikit paranoid pada tubuhku, lihat saja sosok mahluk kursi roda tadi menjerit didepan mukaku sedang menarik-narik ujung piyamaku dan refleks aku langsung memekik sehingga menjadi bahan tertawaan renyah bagi mereka.
"Ish... Kakaak, kok kakak malah teriak sih? Emangnya Chely nyeremin kaya hantu apa? "
Sedetik kemudian...
"Oh iyaa... Kan tadi Chely akting jadi hantu ya, hehehe maaf ya kak! " Semua orang langsung tertawa geli karena mendengar kekehan polos Chely, kecuali tentu saja Marsha karena masih syok dan kesal disaat yang bersamaan.
Tak lama terdengar kembali lagu selamat ulang tahun namun berasal dari arah dapur.
"Selamat ulang tahun Marshanya ibu... "
"IBU DEWI...! " Melihat Ibu Dewi sontak langsung saja aku memeluk dan menumpahkan tangisanku sampai-sampai air mataku membasahi jilbab birunya.
Aku terus menangis sambil memeluk Ibu Dewi, karena cukup wajarlah seorang anak mendapat kejutan ulang tahun dari ibunya walaupun Ibu Dewi bukan ibu kandungku, namun rela meluangkan kesibukannya mengurus panti sampai jauh-jauh datang kesini hanya UNTUKKU.
Namun tidak dengan sahabat-sahabatku yang justru mematung dan melebarkan matanya serta jangan lupa mulut mereka yang menganga lebar layaknya mulut panci karena pertama kali menyaksikan sisi lain diriku.
"Buset ternyata gunung es bisa nangis juga? " Lirih Tiger dan Hero Secara bersamaan dan tentu saja mendapat jitakkan cuma-cuma dari Seli.
"Udah dong sayang jangan nangis, lihat lilinnya hampir habis! " Mungkin karena terlalu antusias melihat Ibu Dewi, aku sampai tidak menyadari bahwa Ibu Dewi membawa kue dengan angka 16 di atasnya.
"E.. Eh.. Make a wish dulu! " Akupun memejamkan mata beberapa saat kemudian mulai meniup lilin tersebut hingga padam kemudian dilanjutkan oleh suara tepuk tangan.
"Sha, anggap aja hadiah pertama kamu! " Aku menyerngit binggung karena Seli tiba-tiba menyodorkan cermin kepadaku, ketika aku melihat bayanganku sontak aku langsung membulatkan mata melihat rupa wajahku sendiri. Kalian tahu? Rambut acak-acakan, wajah kusam, mata bengkak, hidung merah, dan jangan lupa sisa-sisa air mata yang masih tertinggal di pipi, oh sepertinya aku seperti melihat bayangan monster saja!.
"Gak papa kok Sha, karena bagiku kamu masih terlihat seperti bidadari! " Ucap Marshall sehingga mendapat sorakan dari yang lain dan kekehan dari Ayah dan Ibu Dewi.
Tiba-tiba dari arah luar datang seekor mahluk kasat mata berlari terburu-buru dengan bajunya yang basah karena keringat.
Dor...
"HAPPY BIRT-day Marsha... " Ucapnya dengan nada lirih diakhir.
"Kok lilinnya mati sih? " Lanjutnya dengan tampang watados.
"Udah telat kali Cell.. Udah dari setahun yang lalu malah! " Ucap Marshall yang diangguki oleh yang lain.
"Ya.. Lagian kakak sih! Yang lain udah siap-siap, eh... Tiba-tiba kakak malah kabur gitu aja! " Ucap Chely sehingga membuat Marcell menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Emang kamu kemana dulu sih Cell, kok tiba-tiba bisa ngilang? " Tanya Hero penasaran.
"Sorry, tadi gue ke... Eum, ke... Ke kamar mandi, iya ke kamar mandi dulu!"
"Ngapain emang kamu ke kamar mandi? "
"Jogging dong! " Ucap Marcell asal sehingga mendapat amukan dari yang lain.
"Sudah, sudah, sebaiknya kalian istirahat. Kuenya kita makan besok saja! " Ucap Alex menengahi sebelum amukan penyerangan Marcell semakin menjadi.
"Tap..."
"Tidurlah... Sekarang sudah malam, siapkan tenaga untuk esok hari! Kamu juga ya sayang, besok ada beberapa hal yang akan ayah sampaikan untuk mu juga untuk kalian! "
"Iya om! " Ucap mereka serempak dan pergi ke kamar masing-masing, baru saja Marsha melangkahkan kakinya, Alex menahan salah satu tangannya.
"Kenapa yah? "
Cup...
"Tidur yang nyenyak sayang, besok ayah akan menagih janjimu dan juga memperkenalkan kakak kembarmu! " Janji, oh tentu saja! Aku tidak akan melupakan janjiku, akupun melihat ke arah Ibu Dewi yang menganggukan kepala sambil tersenyum.
"Iya yah! " Ucapku sambil tersenyum, kemudian ayah menyodorkan sebelah pipinya yang berarti menyuruhku untuk dicium.
Cup...
"Selamat malam sayang! "
"Selamat malam ayah! "
Cup...
"Selamat malam bu! "
"Selamat malam juga sayang! "
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Brothers For Cold Girls (Completed)
Подростковая литератураNamaku Marsha. Ya, hanya Marsha, tanpa ada embel-embel nama panjang ataupun nama keluarga dibelakangnya. Seorang gadis cantik namun irit bicara, dihidupnya yang hanya berwarna hitam dan putih, sampai ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai kembar...