-22-

4.9K 209 0
                                    

SEDIH.........

KECEWA........

KEHILANGAN........

TAKUT........

PAYAH........

TIDAK BERGUNA........

SAKIT.......

MENYESAL......

Menangis, menangis dan menangis.

Satu kata untuk yang hanya aku dapat lakukan saat ini, sungguh aku sangat lemah sekali.

Apakah aku diciptakan hanya untuk melihat kesedihan?

Apakah tugasku disini hanya membuat orang lain menderita?

Apakah sikapku hanya membuat orang lain merasa bersalah?

Apakah dan apakah!

Aku seolah-olah menampakkan diri agar terlihat tegar di hadapan banyak orang tapi lihatlah sisi lain dariku, sisi lemah diriku dan ketika sisi tersebut nampak yang hanya bisa aku lakukan  adalah memeluk erat pada satu-satunya orang yang menjagaku, merawatku, dan menjadi sandaran bagiku, saat ini aku sadar sesadar-sadarnya bahwa satu-satunya orang yang menjaga,merawat, dan menjadi sandaranku juga akan meninggalkanku atau mungkin justru aku yang akan meninggalkannya?, entahlah. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, Sepandai-pandainya aku menutup luka masa lalu, semakin lebar juga luka tersebut mengaga.

Ketika Ibu Dewi menceritakan semua fakta kehidupanku, seakan aku tidak bisa lagi untuk menulikan pendengaranku semua mengalir begitu saja sehingga kepingan-kepingan kejadian tersebut seolah-olah terus berputar jelas di otakku. Entah mengapa mereka begitu baik padaku Ibu Dewi, Seli, Marshall, Marcell, Hero, Tiger, Chely, juga adik-adik panti. Mereka terus berada disampingku, menerima semua kekurangan dan kecacatan ku, tidak kenal lelah untuk menghiburku disaat orang lain enggan berteman denganku, padahal mereka tidak menyadari bahwa orang yang mereka perlakukan baik, dan yang mereka perhatikan memiliki masa lalu yang sangat kelam yang membuatnya menjadi seorang yang dingin dan tertutup, karena mereka tidak tahu bahwa orang yang diperlakukan sebagai teman oleh mereka adalah seorang, PEMBUNUH.

Flashback

"Kamu janjikan, gak akan lupain kita berdua? " Tanya Marsha kecil, pada sahabatnya yang lain dan tak bukan adalah Seli.

"Kamu juga janjikan, gak bakalan sombong karena sudah punya mama dan papa baru? " Lanjut Tya.

"Iya aku janji gak akan lupain kalian berdua dan aku juga janji gak akan sombong, tapi kalian juga janji akan tetap menjadi sahabat aku kan? " Tanya Seli.

"Iya kita janji! " Ucap Marsha dan Tya kompak dan mereka bertigapun berpelukan sangat erat menyalurkan perasaan mereka satu sama lain dengan deraian air mata.

Sudah seperti aturannya bahwa mereka yang tinggal di panti asuhan pasti akan melewati suka duka kehidupan sesama penghuni panti yang lain dengan kisah dan latar belakang yang berbeda, mereka hidup bahagia karena memiliki ikatan yang kuat karena merasa memiliki takdir yang sama yaitu kehilangan orang tua. Namun jika ada salah satu dari mereka bertemu dengan para pengadopsi mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus merelakan kepergian salah satu diantaranya. Tidak terkecuali ketiga sahabat tersebut.

"Sudahlah, kalian bertiga tidak boleh terlalu bersedih. Lagipula kan Seli itu hanya berpindah tempat tinggal saja, bukan meninggalkan kalian berdua! " Ucap Ibu Dewi menenangkan ketiga orang sahabat tersebut.

"Iya, bener kata Ibu Dewi nanti aku bakalan sering-sering main ke sini deh! " Ucap Seli sambil tersenyum sehingga membuat kedua sahabatnya ikut tersenyum.

"Enak ya Sel, kamu punya mama dan papa baru! " Ucap Marsha polos pada Seli dan mengundang tertawaan dari yang lain.

"Ih... Marsha gimana sih? kita juga kan punya mama juga, ini mama kita! " Ucap Tya seraya memeluk Ibu Dewi.

"Gapapa kok kalian berdua bisa anggap om dan tante, seperti mama dan papa kalian! "

"Dan kalian juga boleh main ke rumah kita kapanpun kalian mau! " Ucap mama angkat Seli, sambil tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu kami pamit ya bu, dan Terima kasih atas semuanya! " Ucap papa Seli pada Ibu Dewi.

"Sama-sama Pak semoga Seli akan lebih bahagia hidup bersama kalian! " Ucap Ibu Dewi yang kemudian memeluk erat Seli tidak terkecuali Marsha dan Tya. Mereka bertiga terus melambaikan tangan sambil memandang kepergian mobil keluarga Seli sampai tidak terlihat oleh jangkauan mata.

"Marsha, kita lanjut main yuk! " Ajak Tya tiba-tiba.

"Ayo! "

Ketika sedang bermain tiba-tiba Tya bertanya pada Marsha,

"Marsha, kalo misalnya aku ikut pergi dari panti gimana? "

"Ih... Kok Tya ngomongnya gitu sih? Kalo kamu pergi dari panti aku sendirian dong di sini? Aku gak suka kamu ngomong gitu! "

"Iya deh maaf ya! Aku janji gak akan ngomong gitu lagi! "

"Janji? " Tanya Marsha sembari mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji! " Ucap Tya sembari menyambut jari kelingking Marsha.

"Ya sudah, gimana kalo kita main sepeda saja? " Tanya Tya.

"Tapi kan aku gak bisa main sepeda! " Jawab Marsha dengan nada kecewa.

"Gapapa aku yang akan ajarin kamu" Ucap Tya sehingga membuat Marsha terpekik senang.

Beberapa kali Marsha terjatuh ke aspal, namun semangat gadis tersebut lebih besar dari pada rasa sakit akibat terjatuh nya.

Dengan sabar Tya terus mengajari Marsha dengan terus memegang stang dan jok belakang sepeda yang di duduki Marsha.

"AAHHHHH.... TYA LIAT AKU BISA NAIK SEPEDA! " Pekik Marsha ketika Tya melepaskan pegangannya, tentu saja Tya pun ikut bahagia melihat sahabatnya bisa menaiki sepeda, namun tiba-tiba.

TIINNN......!!!

"MARSHA AWAS.... "

BRUK.....!!!

"TYAAAA.... "

Ketika berada di depan IGD, Marsha terus menagis dipelukan Ibu Dewi Sambil terus menyalahkan dirinya, tak lama dokter pun keluar.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya? " Tanya Ibu Dewi dengan nada cemas.

"Maaf Bu, kami telah bekerja semaksimal mungkin, anak ibu tidak bisa terselamatkan " Jawab dokter sehingga membuat tangis Marsha kembali pecah.

"TYAAA.... " jerit Marsha hingga tak sadarkan diri.

Dan hari itulah dimana awal dari perubahan besar diri Marsha, menjadi tertutup, dingin, dan tak tersentuh.

🍂🍂🍂

Alhamdulillah akhirnya bisa double up nih😊😊, next ya👇👇

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang