-18-

6.2K 270 0
                                    

Biasanya setiap aku memasuki kelas Marshall tidak pernah absen untuk menyapa selamat pagi namun tidak untuk beberapa hari ini, ia terlihat seperti memasang wajah seperti termenung, awalnya aku tidak begitu peduli namun lama-lama aku melihatnya jengah sendiri. Lantas aku langsung menepuk pundaknya pelan sehingga membuatnya terkejut bukan main, aku menaikan sebelah alisku dengan tatapan 'ada apa dengan mu? '.

"Eh...Sha, k..kamu sejak kak..kapan di s..sini? " Ucapnya terbata-bata masih dengan wajah keterjutannya, tunggu dulu sejak kapan ia menjadi gugup ketika bicara?.

Menyadari aku yang masih berdiri disampingnya, ia lantas menggeser tubuhnya untuk mempersilahkan ku duduk di sebelahnya.

Ketika jam pelajaran berlangsung pun, ia seperti tidak bisa duduk tenang dan fokus mengerjakan soal ujian, walaupun matanya terfokus pada lembar ujian tersebut. Melihat ia terus seperti itu aku berbisik kecil di sebelahnya.

"Kenapa? " Tanyaku setengah berbisik dan ia hanya melirik ku sekilas.

"Gapapa! " Ucapnya dingin dan singkat.

Jujur aku heran dengan sikapnya biasanya ia selalu berisik dan terus mencari perhatian entah dengan menyembunyikan pulpen ku, menarik-narik ujung rambutku ataupun mencuri pandang kepadaku tapi sekarang, 'ah.. Mungkin ia hanya ingin fokus mengerjakan ujian! ' batinku mencoba berpikir positif, tapi aku tidak bisa menampik bahwa aku merindukan perlakuannya seperti itu.
'Tidak, tidak... Marsha kamu harus fokus mengerjakan ujian ini, jangan buat Ibu Dewi dan ayah kecewa. Tapi kenapa dia, arrrggghhh.... ada apa dengan diriku ini? ' batinku hingga tanpa sadar aku mengetuk-ngetuk kepalaku frustasi.

"Marsha... Jika kamu sudah selesai cepat kumpulkan dan segera keluar dari kelas! " Ucap pengawas dengan nada sangat tegas seperti tentara, penggaris yang di todongkan dihadapan ku bak pedang tajam, dan jangan lupa mata yang melotot tajam kearahku.

"Maaf! " Gumamku kecil dan kembali mengerjakan soal dihadapan ku.

"Pulang sekolah temui aku di taman belakang! " Ucap Marshall setelah sesaat pengawas tadi berlalu, dan aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

🍂🍂🍂

Marshall POV

Sungguh beberapa hari ini aku seperti  kehilangan kata jika bertemu dengannya, sebenarnya aku ingin mengobrol dan bersikap seperti biasa namun lagi-lagi aktivitas jantungku seakan sulit untuk ku kendalikan, alhasil aku berbicara dengan nada terbata-bata dan suara sedikit bergetar, oh ayolah Marshall sungguh ini bukan dirimu! Tapi aku tidak bisa berlama-lama seperti ini, ya.. Aku harus bicara dengannya, sehingga disinilah aku berada di taman belakang sekolah sesuai perjanjian kita tadi, selang beberapa menit ia pun muncul.

"Ada apa? " Ucapnya singkat dan sangat to the point dengan ekspresi bingungnya. Dan kalian lihatlah sungguh menggemaskan sekali melihat tatapan polosnya.

"Ehm... Itu, Sha... Anu! " Ucapku seakan kata yang ku susun sejak semalam raib dalam otakku akupun menghela nafas mencoba menenangkan diriku.

"Maaf Sha, aku bukan tipikal cowok yang pandai berkata-kata atau mengungkapkan sesuatu, entahlah sekarang waktu yang tepat atau bukan tapi yang pasti aku sudah merasakannya sejak awal memasuki sekolah ini, dan aku rasa perasaan ini jugalah yang selalu menghantuiku setiap saat dimanapun dan kapanpun"
"Jujur aku bingung dengan diriku sendiri, saat melihat seorang gadis manis yang setiap kali diajak bicara selalu menolehkan kepalanya keluar jendela, atau bersikap seolah-olah hanya memiliki sedikit kosa kata dan ekspresi muka untuk di ungkapkan. Tapi siapa yang tahu bahwa gadis tersebut telah merampas hati dari seorang pria yang sangat jauh dari kata kesempurnaan"
"Dan karena sikapnya lah ia rela dijauhi banyak teman, namun entah sadar atau tidak justru sikapnya lah yang membuatnya menarik dan tanpa ia sadari telah menurunkan tali hatinya dan tanpa sadar pula telah membuat seorang terikat pada tali tersebut"

Aku kembali mengatur nafasku untuk menetralkan kembali detak jantung ku yang membabi buta, dan lantas mengambil kedua tangannya dan ku genggam erat dengan seluruh perasaan yang ada didalam ragaku, dan kembali aku menghela nafas sebelum melanjutkan kata-kata ku.

"Marsha, ini bukan tentang rasa simpati, peduli, atau kasih sayang terhadap sahabat. Melainkan, kasih sayang terhadap seorang laki-laki kepada perempuan dan rasa kasih sayang ini telah berubah menjadi cinta, cinta yang besar dan sangat tulus untuk diungkapkan. Marsha maukah kamu menjadi pacar dan bersedia menungguku  untuk meminta jiwa ragamu sepenuhnya dihadapan tuhan untuk menemani masa depanku dan anak-anakku kelak? "

🍂🍂🍂

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang