-30-

4.5K 173 0
                                    

Aku menatap lurus kearah sekumpulan anak-anak yang sedang berlarian dibibir pantai yang sesekali diteriaki agar berhati-hati oleh orang tuanya, melihatnya saja sudah membuatku iri salah melainkan sangat iri dimana mereka seakan tidak memiliki beban untuk dimasalahkan, uh... Sungguh sempurna sekali hidup mereka.

"Daripada mikir yang aneh-aneh, mending mikirin aku aja"

Plak!

Kesadaranku baru bisa kembali saat ada seseorang yang berbisik tepat ditelingaku sehingga membuatku reflek memukul wajahnya hingga menampakkan warna kemerahan berbentuk telapak tangan.

"Aduh... Wajah menawanku! " Ucap Marshall dramatis.

"Ngapain kesini? "

"Loh harusnya aku yang nanya kamu dong, kamu ngapain ngelamun sendirian disini? Jangan-jangan lagi mikirin yang 'iya-iya' lagi, ya Allah Sha, tahan dong sampe kita nikah dulu baru ki..."

Plak!

"Aaww... Hobi banget deh kamu nampar aku, aku tau kalo aku itu ganteng tapi gak usah di tam... "

Plak!

"Ya ampun Sha, kamu udah KDRT-in aku berapa kali nih, ya sudah maafkan aku ya say... "

Plak!

"Marshaaa....! "

Plak!

"BERISIK MARSHALL! " Akupun meninggalkan Marshall yang masih cengo karena untuk pertama kalinya aku berteriak kencang. Merepotkan saja, aku niat awal ku adalah mencari ketenangan di pantai atas masalahku, tapi setelah dia datang justru masalahku bertambah dua kali lipat.

Tak lama aku beranjak, datanglah Tiger menghampiri Marshall dengan cengiran khasnya.

Pletak!

"WOY MACAN NGAPAIN KAMU HAH? "

"Wes... Wes... Santai bos, ngapain kamu hah bengong sendirian disini? Kesambet setan Lombok baru tau rasa kamu! "

"Yee si macan, ngomong asal aja kamu! "

"Lah terus ngapain? "

"Kepo! "

"Alah bahasamu kepo-kepo, paling lagi mikir yang 'iya-iya' kan? "

"Kalo iya kenapa? "

"ASTAGFIRULLAH MARSHALL... "

"Brisik woy! "

"Ceritain dong, Shall!" Ucap Tiger setengah berbisik sambil menaik turunkan alisnya.

Pletak!

"Dasar kambing! "

🍂🍂🍂

Entah mengapa suasana pantai sepertinya tidak bisa mengembalikan moodku sehingga akupun berjalan kembali ke villa kemudian mendudukkan diriku diatas kursi yang berada di balkon kamar yang menghadap langsung ke laut yang menampakan semburat jingganya, memang benar jika sedari dulu aku sangat tidak menyukai keramaian sehingga rasanya disini cukup tenang sampai-sampai aku memejamkan mataku sambil merasakan hembusan angin menerpa wajahku, sampai ada seseorang yang mengelus rambutku dari belakang.

"Kok main di pantainya sebentar? "

Akupun tersenyum singkat kemudian menggelengkan kepalaku "ada apa yah? "

"Memangnya ayah harus punya alasan untuk menemuimu? "

"Emangnya ayah gak kepantai? "

"Untuk apa ayah ke pantai sedangkan putriku berada disini, hmm? " Ucapnya sambil tersenyum geli " Oh iya, sepertinya ayah belum mendengar ceritamu hari ini? " Tak perlu heran, karena semenjak kejadian ayah memberikan ku ponsel setiap malam ayah selalu menghubungiku untuk menanyakan aktivitas yang aku jalani pada hari itu selain itu juga agar aku tidak perlu merasa canggung jika berada didekatnya.

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang