Selama berlangsungnya pemeriksaan aku tak henti hentinya merapalkan doa untuk Chely. Yap, aku memang sudah terlanjur sayang padanya, aku sudah begitu menyukai perangai dirinya dan aku sudah jatuh hati pada gadis mungil dengan seribu semangat hidup tersebut.
Ketika dokter datang seakan tubuhku terasa sangat kaku bahkan untuk menggerakkan kakiku pun seperti seakan ada paku yang menghalangi aku untuk bergerak.
"Jadi begini, benturan yang dialami oleh pasien cukup parah dan benturan tersebut tepat mengenai syaraf tulang belakang pasien sehingga pasien kemungkinan akan mengalami kelumpuhan...." T-tidak... Tidak... Mungkin... Ia pasti hanya bergurau saja! Oh Tuhan... Rasanya sangat pening sekali kepalaku.
"Ditambah lagi kami menemukan sel-sel kanker di dalam tubuh pasien, sehingga kemungkinan ia bertahan hidup hanya dibawah presentase 30% tapi kita doakan saja karena ini hanya analisa medis yang belum tentu kebenarannya dan untuk kondisi pasien saat ini masih dalam kondisi kritis sehingga akan dirawat di ruang ICU"
Pyaar.....
Seakan ada petir yang menyambar didalam kepalaku. Kejadian 9 tahun yang lalu seakan terulang kembali, tepat ketika salah satu sahabatku harus meregang nyawa didepan mataku. Yap, TEPAT DIDEPAN MATAKU.
Andai saja waktu bisa diulang, aku pasti akan memaksa Chely agar bisa aku temani sesaat setelah meminta izin untuk bermain.
Andai saja waktu bisa diulang, aku akan melarangnya saat bermain sendiri.
Andai saja waktu bisa diulang, aku akan langsung memarahi anak kecil tersebut yang berani menarik kupluk Chely hingga terlepas.
Andai saja waktu bisa diulang, aku akan melindungi Chely ketika melihat anak-anak tersebut mengutak-atik kursi roda Chely.
Andai saja waktu bisa diulang, aku akan murka ketika melihat Chely berlumuran darah di jalan raya sedangkan aku hanya duduk asik bercengkrama dengan yang lain.
Oh tidak, terlalu banyak kata andai dalam benakku dan semua orang pun tahu bahwa waktu tidak bisa diulang apalagi ditambah kata andai yang berarti mustahil.
Rasa pening pada kepalaku seakan terus menjadi bahkan suara tangis histeris Seli pun menjadi terdengar sayup-sayup dan tak lama pandangan ku buram sehingga aku tidak tahu yang terjadi pada diriku selanjutnya.
🍂🍂🍂
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan pemandangan yang pertama aku lihat berupa dinding bercat putih.
'Dimana aku! ' ketika ingin beranjak duduk aku kembali meringis kembali merasakan pening yang semakin menjadi."Kau sudah sadar sayang? Sini, ayah bantu! " Ucap ayah sembari membantuku duduk.
"Bagaimana keadaanmu? Dokter bilang kamu terlalu kecapean dan banyak fikiran, memang apa yang ku fikirkan sayang? "
"Bagaimana Chely? Apa benar yang diucapkan dokter? Dimana yang lain?" Tanpa menjawab pertanyaan ayah aku langsung menyerobot dengan beberapa pertanyaan dengan nada yang sedikit dingin sehingga membuat ayah sedikit terkekeh.
"Satu-satu sayang, Chely sekarang masih di ruang ICU dan yang dikatakan dokter memang benar, Marcell dan Marshall sedang menunggu Chely di ruangannya lalu Ibu Dewi sudah izin pulang karena tidak bisa meninggalkan panti terlalu lama dan sisanya ayah suruh pulang agar beristirahat di villa" Aku tersentak kaget saat Ibu Dewi pulang, secepat itu kah? Atau mungkin aku yang terlalu lama pingsan? Akupun mengedarkan pandanganku untuk mencari jam dan bisa aku lihat waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi yang artinya hampir 10 jam lebih aku pingsan.
"Tenang saja sayang, Ibu Dewi pulang terlebih dahulu karena ia ditelfon bahwa ada sedikit masalah di panti, sebenarnya ia juga ingin berpamitan denganmu dahulu namun, karena kondisimu yang masih belum sadar jadi ia hanya titip pesan padamu bahwa setelah sadar kamu masih bisa mengunjungi Ibu Dewi di panti kapanpun kau mau" Ucap ayah sembari mengelus surai hitamku, sedih sekali rasanya menerima kenyataan bahwa aku dan Ibu Dewi harus benar-benar terpisah namun tatapan teduh ayah seolah menginstruksikan aku agar selalu percaya kepada dirinya, kepada keluargaku yang sesungguhnya.
"Aku ingin melihat Chely! "
"Jangan dulu sayang, lebih baik kamu beristirahat dahulu setelah kondisimu fit baru kita lihat Chely, oke? " Aku menghela nafas pasrah dan menganggukan kepala sehingga membuat ayah tersenyum.
tak lama datanglah seorang suster dengan membawa bubur untuk sarapan.
🍂🍂🍂
Aku terbangun ketika mendengar suara pintu terbuka.
"Ayah? "
"Oh, ternyata si anak panti yang asal-usulnya tak jelas sudah punya ayah? Oh, apa mungkin ia sudah diadopsi oleh seorang lelaki lalu menyebutnya ayah? Oh tunggu-tunggu, atau mungkin hanya ay...! "
"Ngapain kesini! " Ucapku tajam pada seorang wanita kurang bahan tersebut, sedangkan ia hanya tersenyum sinis karena ucapannya dipotong secara sepihak.
"Santai saja sayang, tidak perlu terburu-buru begitu! Lihatlah kamu masih terbaring lemah jangan sampai kau menyakiti dirimu sendiri karena permainanku belum dimulai sayang? " Ucapnya sambil menampilkan senyum menyeringainya.
"Kau...! "
"Sha, aku baw.... " Tiba-tiba pintu terbuka yang menampilkan Marshall yang sedang membawa beberapa makanan kecil langsung mematung karena melihat siapa tamu yang tak diundang didalam ruangan ini.
"Celine! " Lirih Marshall.
"Hai sayang ayo sini masuk, kamu pasti capek kan? Ayo kita duduk dulu disini! " Ucap wanita kurang bahan yang ternyata bernama Celine tersebut dengan nada manja kemudian menarik salah satu lengan Marshall untuk duduk di sofa tanpa memperdulikan keberadaanku di sini dan hei lihat Marshall justru tidak menolak saat ditarik wanita tersebut.
"Wah... Kamu tau aja sayang kalo aku lagi laper, makasih ya! "
Cup
APA?? dengan santainya ia malah mencium pipi Marshall dan lihat Marshall justru tidak menolak justru malah tersenyum singkat pada wanita tersebut, oh Tuhan apa-apaan ini jika saja keadaanku memungkinkan pasti akan aku gorok wanita tersebut. Sialan memang!
🍂🍂🍂
Maaf nih baru sempet updatenya sekarang dan author yang (sok) imut ini ingin meminta maaf karena mungkin beberapa bulan ke depan bakalan slow update karena sedikit kesibukan pasca lulus sekolah 😕.
Jangan lupa baca + votenya sekaligus follow ya manteman, maachiiihh😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Brothers For Cold Girls (Completed)
Teen FictionNamaku Marsha. Ya, hanya Marsha, tanpa ada embel-embel nama panjang ataupun nama keluarga dibelakangnya. Seorang gadis cantik namun irit bicara, dihidupnya yang hanya berwarna hitam dan putih, sampai ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai kembar...