-24-

4.8K 184 0
                                    

Pemandangan pantai pada sore hari ini sangat cerah dan sesekali angin lembut berhembus untuk bermain-main dengan anak rambut ditemani oleh lautan yang membentang luas dan langit biru yang menaungi dua insan yang sedang asik bercengkrama di hamparan pasir putih yang menggelitik kaki telanjang mereka.

"Sha, kok kalo aku perhatikan kayaknya hari ini kamu lebih banyak ngomong ya? "

"Emang kenapa, gak boleh?"

"Gapapa sih! Biasanya kan kamu kalo ngomong paling cuma satu atau dua kata itupun muka kamu mirip banget kaya papan triplek!" Ucapnya sambil terkekeh." Tapi kalo boleh jujur, justru aku lebih suka kamu kayak gini, kalo bisa dipertahankan terus ya! " Ucapnya lembut sambil tersenyum sehingga membuatku ikut tersenyum.

" Ehh.. Ekhemm!, iya Sha senyum kamu dipertahankan juga ya.. Kamu semakin terlihat cantik, aku suka! " Ucap Marshall salah tingkah sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Memang aku akui hari ini aku sedikit banyak bicara, aku berfikir bahwa aku harus membahagiakan Ibu Dewi setidaknya untuk yang terakhir kalinya, bagaimana bisa gara-gara sifatku ini Ibu Dewi berfikiran gagal dalam merawatku padahal jelas-jelas ini semua kesalahan ku, antara sifatku dan kematian sahabatku.

Tentu saja aku bisa bersifat terbuka hanya  dengan Ibu Dewi, karena hanya Ibu Dewi lah yang bisa membuatku nyaman bahkan melebihi ayahku sendiri. Tapi dengan Marshall? Entahlah akupun heran dengan diriku sendiri. Tapi tunggu sebentar, tadi dia bilang aku harus mempertahankan senyumku? Memang sejak kapan aku tersenyum? Tadi dia bilang aku cantik dan ia menyukainya? Tuhan, tolonglah ada apa dengan jantungku ini? Kenapa debaran nya sangat keras? Apakah aku akan terkena penyakit jantung di usia muda? Huft,aku memang benar-benar sudah gila.

"Makasih! "

"Sha! "

"Hhm? "

"Kayaknya cacing-cacing di perutku udah demo buat minta jatah deh! "

"Kamu cacingan! "

"Eh enggak maksud aku, kamu anter aku ke warung makan "

" Ngapain? "

"Jogging di trampolin sambil nyanyi Aitakatta! "

"Hah? "

"Kita ke warung makan makan buat cari makan lah, masa buat meet and greet sama upin-ipin! "

"Oh! "

Marshall lama-lama gemas sendiri karena mendengar jawaban aneh dari gadisnya ini, jadi ia pun menarik tangan Marsha kedalam restoran seafood terdekat. Ketika sampai di dalam restoran tersebut ternyata keempat temannya pun ada disitu  sedang berkumpul menikmati paket mugbang besar seafood didepannya. Tapi yang menarik perhatian Marsha dan Marshall bukanlah makanan di atas meja, melainkan seorang perempuan cantik berwajah khas Eropa Timur di sebelah Tiger.

"Woy Sha, Shall, sini gabung! " Mendengar teriakan Seli tidak perlu disuruh dua kalipun kami langsung duduk di kursi yang kosong dan entah kebetulan atau tidak tinggal dua kursi kosong yang tersisa sehingga meja pun penuh dikelilingi oleh tujuh orang yang sedang kelaparan.

"Oh iya, nih kenalin pacar baru aku namanya Margaretha. Mami sayang, kenalkan mereka berdua juga salah satu sahabat papi namanya Marsha dan Marshall! "

Sumpah demi apapun! Yang aku rasakan saat ini adalah mual mendengar panggilan sayang Tiger kepada pacar barunya, akupun melirik kearah Marshall yang juga terlihat menahan kejijikan akan ucapan Tiger, jika saja ia tidak ingat bahwa ada Margaretha di sebelah Tiger mungkin ia akan dengan senang hati meluncurkan sumpah serapan di muka pria berjuluk Macan tersebut.

Sedang asik-asiknya makan tiba-tiba terdengar lagu jaran goyang yang cukup nyaring dari handphone Tiger yang menandakan adanya panggilan masuk dan ketika Tiger melihat siapa nama yang menelfonya tiba-tiba saja mukanya berubah pucat.

"Eh, mami... Papi kesana bentar ya mau angkat telfon dulu! "

"Yaelah can, ribet amat sih tinggal angkat aja disini apa susahnya, emang siapa yang nelfon? " Tanya Seli penasaran dan langsung mengintip pada handphone yang masih dalam genggaman Tiger. "Oh si Eva ternyata! "Gumamnya.

" Sstttt.... Emang siapa Eva? " Bisik Marcell pada Hero.

"Anak SMA sebelah sekaligus pacar yang ke-114 si Macan! " Balas Hero yang ikutan berbisik.

"Lah terus si Margaretha pacar yang keberapa? "

"Entah filing aku sih antara yang ke-118 atau 119"

Marcell pun menggeleng takjub kepada salah satu sahabatnya, walaupun bermuka pas-pasan cenderung abstrak tapi ia bisa menjelma menjadi sosok playboy kelas kakap bahkan bisa untuk menggaet bule seperti Margaretha.

Tiger yang hanya diam di tempat tanpa mengangkat telfonnya ternyata membuat Margaretha geram dan langsung merebut handphone tersebut dan meng-loudspeakernya agar kami semua bisa ikut mendengar namun baru saja ia akan mengucapkan halo tiba-tiba suara disebrang handphone langsung menyerobot untuk bicara.

"Ih... Sayang kok, angkat telfonnya lama banget sih? Kamu emangnya enggak kangen apa sama aku, tadi aku lihat postingan kamu, kamu lagi liburan ke Lombok ya? Kok gak ngomong sama aku sih? Kamu gak lupakan sama pacar kamu yang cantik ini? Kamu nanti kal.... "

Tanpa dikomando pun Margaretha langsung memutus sambungan telfon ditangannya kemudian menatap Tiger dengan tatapan membunuh sehingga membuat Tiger mati kutu di tempatnya.

"M-Mmami.. Pa..papi b-bisa je...jelasin k-kalo dia it.... "

"Putus"

"APA? "

"P-U-T-U-S"

"Ta.. Tapi kan kita baru aja jadian 52 menit 14 detik yang lalu, masa langsung putus sih? "

"Nyakarep apa tembung kowe, nyakarep kowe ambu kandha apa, sing aku arep mung putus padha kowe lan anyak saiki aja temokake aku meneh!" ( Terserah apa kata kamu, terserah kamu bau bilang apa, yang aku mau cuma putus sama kamu dan mulai sekarang jangan temuin aku lagi!)

"Tapi Mam... "

"Aja celuk aku mami meneh lan ora usah ngaku ngomong papi, aku nesu padha kowe, awas aja ngalangi dalanku! " ( Jangan panggil aku mami lagi dan gak usah ngaku ngomong papi, aku marah sama kamu, awas jangan menghalangi jalanku)

"TUNGGU DULU DONG GARET, GARET, AKU BISA JELASIN! "

Tiger pun ikut berdiri dari duduknya dan mengambil ancang-ancang untuk mengejar Margaretha sambil menyebut-nyebut namanya. Namun bukannya diri Margaretha yang kembali, justru sandal jepitnya lah yang kembali dan tepat sekali mengenai kepala Tiger yang membuat dirinya meringis.

Kami yang sedari tadi menyaksikan drama di hadapan kamipun hanya bisa melongo tak percaya bahwa Margaretha yang memiliki paras bule yang kentara namun sangat lancar berbicara dengan bahasa Jawa lengkap dengan dialeknya yang sangat medok.

Dan bukanya mendapat rasa simpati dari temannya, justru Tiger mendapat tertawaan keras dari sahabat jahanam nya bahkan saking kencangnya mereka tertawa, mereka tidak sadar telah menjadi tontonan gratis dari seluruh pengunjung restoran.

"Dasar deh waktu pacaran manggilnya papi sama mami, pas putus jadi peti sama mati! Hahaha"

🍂🍂🍂

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang