Dua bulan sudah Egi dan Diandra menjalin hubungan. Tidak banyak yang berubah dari mereka. Hanya beberapa hal kecil seperti akhirnya mereka tahu makanan favorit masing-masing, atau hal lainnya seperti yang kalian tahu, panggilan gue-elo yang berubah menjadi aku-kamu.
"Ini, Gi," Diandra menyodorkan segelas capcin pada Egi.
"Makasih,"
"Iya," Diandra kembali mengambil duduk di sampingnya.
Ya, seperti yang kalian tahu. Mereka sedang berada di Taman Desa, entah ini sudah menjadi malam minggu yang keberapa, lagipula siapa peduli, yang terpenting adalah mereka masih berdua.
"Aku masuk OSIS, Di," Egi lagi-lagi membuka obrolan.
"Aku masuk ekskul tari," Diandra turut memberi tahu.
"Kamu suka nari?"
"Hanya sedikit bisa,"
"Hebat dong!" Puji Egi.
"Lebih hebat kamu, lah, bisa masuk OSIS,"
"Haha. Cuma beruntung,"
"Nggak ikut ekskul?"
"Enggak,"
"Kenapa? Katanya kamu suka nyanyi,"
"Nyanyinya cukup sama anak-anak aja,"
Anak-anak yang dimaksud Egi adalah teman tongkrongannya, iya, teman yang dihitung Diandra ada 5 waktu itu. Ternyata setiap malam minggu mereka menjadi band di Taman Desa ini. Mulai sekitar pukul 11 hampir larut sampai jam 2 pagi. Kata Egi terkadang ada saja yang melempari uang, padahal niat mereka hanya ingin mengasah bakat dan mengusir rasa bosan.
"Aku pengen lihat, tau!" Seru Diandra.
"Aku kan udah janji ke Mama kamu buat nganter kamu pulang sebelum jam 10 malem," dielusnya rambut Diandra lembut.
Astaga, kenapa Diandra lemah sekali. Dia langsung bungkam seribu bahasa, bingung antara mau cemberut atau tersenyum saja.
Mama is calling...
Diandra mengangkat teleponnya,
"Iya, Ma?"
"Lhah kan Vania lagi di Surabaya?"
"Oh gitu, oke, dengan senang hati,"
Tutt
Sambungan terputus.
"Kenapa, Di?" Tanya Egi penasaran. Bagaimana tidak? Diandra terus tersenyum seperti orang gila setelah mematikan telepon itu.
"Mama pergi. Ada acara sama temen kerja katanya, tiba-tiba dijemput di depan rumah. Aku disuruh nginep di rumah Vania, nanti malem dia landing jam 11,"
Vania sudah tidak masuk sekolah 2 hari, karena menengok neneknya yang sakit di Surabaya. Hari ini dia pulang, jam 11 tiba di bandara, di pusat kota. Sedangkan jarak antara pusat kota dengan desa ini sejauh 2 jam, jadi Vania tiba disini sekitar pukul 1 dini hari.
Betapa beruntungnya Diandra akhirnya bisa melihat band Egi dan teman-temannya tanpa takut apapun, karena secara tidak langsung Mamanya sudah mengizinkannya pergi dengan Egi semalaman.
"Jadi beneran mau lihat aku main?" Tanya Egi kemudian.
"Iya dong,"
- - -
Sudah hampir larut malam. Band Egi sudah memainkan 3 lagu. Diandra bisa melihat Hendra dan Sony dari sini, juga lelaki lainnya yang belum dikenalnya. Dia hanya duduk manis di samping kerumunan itu. Mereka lengkap dengan bass, piano, dan apalah itu. Diandra tidak peduli, ia hanya fokus pada Egi yang terus memainkan gitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berulang Kali
Teen Fiction"Aku mencintaimu, dan selamanya akan begitu," - Ryn Diandra "Gue suka sama lo sejak pertama kali kita ketemu 10 tahun yang lalu!" - Melani Eriska "Hidup itu pilihan, mencintai dan dicintai adalah dua hal yang berbeda," - Egi Alfarandy "I'll try so h...