15. Hai

10 0 0
                                    

Lani mematung, berdiri di samping tempat sampah. Lebih tepatnya tempat sampah di depan kelas 11 IPS 2, kelas Egi.

Teett Teett

Semua siswa berhamburan keluar kelas. Entah menuju kantin, perpustakaan, atau toilet. Suara bel istirahat adalah surga sekolah.

"Anjirr! Matematika barusan bikin otak gue mau meledak!" Teriak lelaki yang baru saja keluar dari kelas 11 IPS 2.

"Alay lo panjul," sahut Egi, yang juga ikut keluar mengekori Alex.

"Seriusan njirr! Gue--"

"Eh, Lani," Egi memilih untuk menyapa gadis itu, daripada menggubris omongan tidak penting Alex.

"Wah, minta digasak lo, Gi," umpatnya.

"Hai, Gi," sapa Lani kemudian.

"Egi doang nih yang disapa? Gue enggak?" Protes Alex.

"Bacot! Lagian barusan yang nyapa gue juga cuman Egi doang. Ribet banget idup lo!"

Pedes.

"Wah, minta digasak juga ni cewek," Alex masih tidak terima.

"Gak penting ladenin Alex," ucap Egi kemudian, "lo ngapain berdiri di situ?"

"Ee.. gue--"

"Ya lagi nungguin elo lah, Gi," potong Alex cepat.

"Gue cuman lagi buang sampah, terus kebetulan lo lewat. Udah gitu doang," alibinya.

"Alesan. Kalo mau modus bilang aja kali," Alex- masih saja- mengusili Lani.

"Gak jelas lo!"

Sepertinya meladeni Alex hanya akan membuat orang-orang menjadi gila. 'Tapi Alex ada benernya, kenapa juga Lani mesti buang sampah disitu? Padahal di depan kelasnya juga ada tong sampah. Batin Egi.

"Terus sekarang lo mau kemana?" Tanya Egi, tanpa memedulikan batinnya yang ingin tahu hal lain.

"Ee--" jawab Lani terbata, "nggak tau,"

"Dia tuh cuman mau ngobrol sama lo, Gi," Alex ini kenapa sih?

Tanpa menghiraukan ucapan ngawur Alex, "gue mau ke kantin. Mau ikut?" Tawar Egi.

"Ma-- enggak deh. Entar gue jadi cewek sendiri kalo kalian nongkrong, nggak enak ah,"

"Pede banget lo pengen dikerubungi cogan," jawab Alex.

"Enggak lah, lagian disana juga biasanya ada Bella-- kalo dia nggak sibuk," tutur Egi menerangkan. Daripada Lani terus berdiri disitu seperti orang tidak ada kerjaan.

Lani tampak berfikir, "hm yaudah deh,"

"Tuh kan beneran modus, pengennya deket-deket Egi lo ya,"

Mereka bertiga berjalan, tidak santai. Alex terus saja ndusel-ndusel agar dirinya berada di tengah, agar Lani tidak dekat-dekat dengan Egi, agar Alex tidak dikacangi, agar Alex-- oh! Mereka sudah sampai di kantin dengan keadaan jalan yang tetap berdesakan.

Beruntungnya disana benar-benar ada Bella, tak luput Jovan, dan Ezra yang sepertinya menjadi obat nyamuk. Mereka duduk memanjang dengan Bella di tengah, dengan 3 mangkok bakso dan 3 gelas eh teh. Ingatkan mereka! Tumben tidak pesan popmie?

Egi duduk lebih dulu, Alex menyerobot mengambil posisi di tengah, lalu Lani diujung berhadapan dengan Ezra.

"Eh, tumben ada Lani," sapa Bella kemudian.

"Hehe iya, Kak. Kebetulan," jawabnya.

"Makin akrab aja nih sama Egi?" Lanjut Bella menaikkan kedua alisnya.

"Bukan akrab doang, Bel. Tapi nempel, udah kek glukol," jawab Alex sekenanya.

"Nyamber aja lo," sinis Lani.

"Bagus, dong! Biar kegiatan-kegiatannya selalu lancar!"

Uhukk

Ucapan Bella membuat Egi tersedak, tersedak saat menyeruput es teh milik Jovan. Apaan sih Bella, pake manas-manasin, ntar kalo anak orang baper ama gue gimaneee?

"Itu akibat nyerobot minuman orang," Jovan menarik es tehnya kembali.

"Mau gue pesenin sendiri?" Tawar Ezra. Eh, sejak kapan anak itu mau repot-repot.

"Tumben lo baik?" Alex menginterupsi, "kerasukan apa lo?"

"Kerasukan setan! Itu ada cewek belum makan mau lo biarin kelaperan di kantin?" Jawab Ezra ngegas, dagunya menunjuk Lani.

"Acieee! Perhatian nih," lanjut Alex.

"Garing lo," Ezra tidak tertarik menanggapinya.

"Biar gue aja yang pesenin," Egi bangkit dari duduknya.

"Lhah, ngapa jadi rebutan pesen deh?" Alex bertanya sendiri, "kalo gitu sekalian pesenin buat dedek Alex ya, Gi!" ia setengah berteriak, berharap Egi yang mulai menjauh itu mendengar suaranya.

- - -

Teett Teett Teett

Kali ini bukan bel istirahat lagi, tapi bel pulang sekolah. Alex sudah lebih dulu menghambur, sesak dalam suasana kelas sepertinya.

"Hai," Lani- lagi-lagi menyapanya, lagi-lagi berada di depan kelasnya. Tapi kali ini ia tidak berdiri, ia duduk di sebuah bangku, bahkan Egi tidak tahu sejak kapan ada bangku di depan kelasnya?

"Hai. Kenapa disini?" Jawab Egi dengan pertanyaan.

"Mau nanyain soal bazar amal," ucapnya cepat.

"Hari senin mau dirapatin, terus setelahnya rapat lagi, rapat besar sama semua organisasi. Jadi sekarang belum ada progress apa-apa. Lo tunggu senin aja,"-- mengingat sekarang masih hari jum'at.

Egi bingung sendiri, harusnya Lani tahu itu, harusnya Lani sudah ngobrol dengan teman-temannya yang lain. Kenapa harus susah-susah menunggu Egi di depan kelasnya?

"Oh gitu ya," jawab Lani kemudian.

Lo nggak berharap gue anter pulang lagi kan? -- "iya, gitu,"

Lo beneran nggak mau nawarin gue lagi? Gue nunggu nih -- "hm, yaudah,"

Kenapa masih disini? -- "iya,"

Tahan gue dong! -- "yaudah deh, gue duluan. Thanks, Gi!"

Pulang aja sono yang jauh. -- "oke,"

Anjir! Gak peka banget sih lo!

"Lo nggak berharap gue anter pulang lagi kan?" Batin itu kini dilisankan, Egi benar-benar bertanya dengan suara.

"Ha?" Lani tergugup, "ya enggaklah! Gue bisa pulang sendiri," disusul kekehan miris.

"Baguslah. Gue lagi ada janji soalnya," -- janji mau jalan sama Diandra.

"Oh? Gitu. Yaudah, deh,"-- Gi! Gue Lani! Lani yang dari masa lalu lo!!!

"Take care, Lan,"

Egi menatap Lani sebentar, sebelum gadis itu benar-benar melangkah pulang.

Aneh. Masa iya dia berharap gue anterin pulang lagi? Apa dia baper sama gue? Tapi gak mungkin deh cewek kayak Lani baper sama gue. Dia bukan cewek baperan. Nggak mungkin dia baper cuman karena gue pernah senderan di pundaknya, karena gue pernah peluk dia, karena gue pernah se-perhatian itu anterin dia pulang-- ! Gue pernah lakuin semua itu? Dia beneran baper?!

"Dia udah nunggu disini satu jam. Kelasnya free class, dia memilih cabut biar bisa nemuin lo,"

- - -

Berulang KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang