7. OSIS dan kita

12 0 0
                                    

Tiga bulan berlalu. Setelah penerimaan anggota baru OSIS, kini saatnya pemilihan ketua yang baru, agar anggota lama bisa segera lepas dan fokus pada Ujian Nasional.

"Nomor satu!" Bella membuka satu persatu kertas coblosan dan sudah cukup lama melakukan penghitungan suara dengan rekan yang lainnya.

"Nomor tiga!" Kandidatnya memang ada tiga, ditambah dengan seorang laki-laki yang sekelas dengan Ezra.

"Nomor dua!" Sekumpulan murid menunggu dengan tak sabar.

Sebagian lainnya ada yang menonton pemilihan ketua PMR, UKS, ataupun lainnya. Tapi Egi, Ezra, Alex, dan Jovan tak peduli. Mereka setia bersama. Oke ini kesalahan, Jovan disini bukan karena setia kawan, tapi karena takut pacarnya hilang. Dasar bucin.

Sudah hampir pukul 12, dan penghitungan itu tak juga selesai. Kenapa bisa se-lama ini? Sampai Alex menyesali perbuatannya sendiri, karena terlalu setia kawan sampai lupa memikirkan cacing di perutnya yang berdemo sedari tadi.

"Selamat--"

Hasil voting ketua OSIS
01 Revanio Ezra    : 119
02 Egi Alfarandy   : 120
03 Bayu Prawira  : 110

"-- kepada Egi Alfarandy sebagai wajah baru ketua OSIS periode berikutnya!" Bella menyeru dengan senang.

Bella tidak berada dipihak manapun. Ia memilih keduanya, karena bagaimanapun mereka sama-sama temannya, dia hanya bersikap adil.

Terimakasih Tuhan. Satu suara itu sangat berharga. Mereka benar-benar hanya selisih satu suara.

"Beneran Egi?! Woi! Kok bisa!" Jovan memekik tak percaya. Memberi ucapan selamat dan memeluk sahabatnya itu.

"Lo pikir gue percaya?!" Egi menepuki pipinya sendiri, tak percaya.

Tak peduli siswa-siswi yang melihat aneh kearah mereka, mereka tetap melanjutkan sesi berpelukan ini.

"Traktiran bosquu!" Seru Alex berikutnya.

"Jagain OSIS!" Ezra akan ikhlas menerimanya.

"Gue gak bisa sendirian, Zra," senyumnya. It meants "ayo kita bangun OSIS bareng-bareng" Ezra membalas senyum kemudian. Mereka berpelukan erat.

Mereka tersenyum penuh kemenangan. Bukan Egi yang menang, tapi kita semua. Kita semua berani membuat perubahan, doakan semoga Egi sanggup menerima amanah kalian.

"Ehm.. udah belum nih? Gue mau ngomong sama Egi kalo udah,"

Astaga, kenapa Bella harus memecah suasana haru ini.

"Nggak mau ngomong sama aku aja?" Tawar Jovan, yang dibalas teriakan "Huu" dari murid lainnya.

"Udah bosen," ejeknya sambil menjulurkan lidah. Aih, membuat Jovan gemas saja.

"Iya, kenapa, Bel?" Egi mendekat.

"Heh. Sstt!" Bella menempelkan jarinya ke mulut. Memberi isyarat, seharusnya Egi memanggilnya dengan "Kak" jika sedang berada di depan murid lainnya. Dimana letak sopan santun ketua baru ini?

"Eh lupa," Egi membekap mulutnya sendiri. Menjauh dari kerumunan, dan mengekori Bella.

"Gue mau ngomong soal sekretaris OSIS,"

"Kan dirapatinnya masih nanti,"

"Gue udah milih sendiri," jawab Bella tegas.

"Weh. Siapa?"

"Namanya Lani, anak kelas 11 IPS 1. Tahun lalu dia anggota PMR, tahun ini baru gabung OSIS. Iya gue tahu dia anggota baru. Tapi kinerjanya di PMR udah gak perlu diraguin lagi. Dia pinter, cekatan, gak menye-menye, cocok lah pokoknya jadi partner lo. Ntar kalo anak lainnya protes, gak usah diladenin, berarti mereka kurang ngikutin berita perorganisasian," cerocos Bella.

Berulang KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang