chapter 3

15.1K 742 16
                                    

"Wanita bukanlah pakaian yang bisa kamu kenakan dan gunakan setiap hari. Wanita itu terhormat dan memiliki haknya."
UMAR BIN KHATTAB

"BUNDA, ABANG MESUM!" Teriak Nisa dan berlari menuju kamarnya membuat Ibra tertawa ngakak, karena berhasil mengerjai adeknya.

Tadi Ibra dan Nisa berada diruang tv sambil memakan cemilan. Ibra yang memang sama jahilnya dengan Nisa pun mengerjain Nisa. Tanpa Ibra sadari Hanum ada dibelakangnya dan bersiap menjewer kupingnya.

"Aw aw, bunda lepasin!" Rengek Ibra.

Bukannya melepas, Hanum semakin mengencangkan jewerannya membuat Ibra memekik barulah Hanum melepaskan jewerannya.

"Kamu ngomong apa sama Nisa?" Tanya Hanum berkacak pinggang membuat Ibra mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehehe anu bun, itu lho apa itu ish,"

"Ngomong yang bener Ibrahim Alatas!" Tekan Hanum.

Mampus-mampus dah, kalau bunda udah manggil nama panjang artinya kudu jawab jujur. Batin Ibra.

"Hehehe Ibra mau videoin malam pertama Nisa," ringis Ibra membuat Hanum melotot dan lagi-lagi menjewer telinga Ibra.

"Astagfirullah Ibra!" Pekik Hanum sambil melepas jewerannya.

Ibra cengegesan menatap Hanum, takut-takut nanti dia djewer lagi. Tanpa Ibra dan Hanum ketahui Nisa berdiri diatas menatap mereka sambil cekikikan.

Nisa yang terlalu fokus menatap kebawah tidak menyadari kalau Malik ada disampingnya, barulah dia menyadari saat Nisa akan berbalik.

"Astaghfirullah, Ustadz!" Pekik Nisa sambil mengusap dadanya.

"Maaf saya mengagetkan kamu." Ucap Malik sambil mengusap puncak kepala Nisa yang tertutup hijab. Nisa hanya menganggu saja, karena dia agak gugup berhadap-hadapan dengan Malik.

"Kapan ujian nasionalnya?"

"Sebulan lagi,"

"Owh,"

Nisa menyipit menatap Malik curiga pasalnya Malik terlihat lega setelah mendengar jawabannya, seperti mengetahui isi kepala Nis, Malik pun mendekatkan wajahnya ketelinga Nisa dan berbisik.

"Karena saya bisa cepat meminta hak saya," ucap Malik dan menjauhkan wajahnya lalu menatap Nisa dengan senyum misterius dan meninggalkan Nisa yang masih terbengong.

Nisa mengerjabkan matanya sambil memikirkan apa yang dimaksud Malik, karena otaknya yang isinya hanya kejahilan itu  lambat untuk menerima maksud Malik.

Mata Nisa membola setelah menyadari maksud Malik. "Kyaaa, Ustadz mesum!" Pekik Nisa membuat Malik yang masih berdiri ditangga terkekeh.

Malik menggeleng melihat kelakuan Nisa, dan melanjutkan jalannya menghampiri Hanum dan Ibra.

"Pagi bun, bang." Sapa Malik yang diangguki mereka.

Malik duduk disamping Ibra yang mulai berkutat pada laptopnya. Sedangkan Hanum permisi kedapur untuk menyiapkan sarapan.

"Gimana Lik?" Tanya Ibra menoleh kearah Malik sambil tersenyum jahil. Malik yang memang tidak mengerti menyerngitkan dahinya bingung.

"Gimana apanya?" Tanya Malik.

"It-,"

"Jangan kamu dengerin, abang kamu itu emang rada-rada," ucap bunda tiba-tiba membuat Ibra memberengut.

"Udah gak usah berengut gitu. Sarapannya udah siap. Malik tolong panggil Nisa, dan kamu Ibra panggilin ayah kamu." Ucap Hanum yang diangguki keduanya.

Ustadz, Nikah Yuk![TERSEDIA VERSI EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang