Duduk sendirian diujung ranjang dengan kasur empuk Queen size, tatapannya lurus dan tajam memandang kearah pintu balkon kamarnya. Geram kesal dan hilang mood membuat Ara malas melakukan hal lain selain duduk diam melamun.
Hal yang terjadi pos satpam sore itu membuatnya benar benar bad mood saat ini.Pintu balkon dan semua jendela kamar sengaja dibukanya lebar membuat angin malam sejuk masuk menghiasi kamar Ara
TOK! TOK! TOK!
Suara terdengar keras, tapi sama sekali tidak dihiraukan Ara. Ara hanya menoleh sebentar dan mendapati seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Yanti. Diambang pintu dan terlihat membawa Nampan yang berisi salat buah dan segelas susu hangat.
Yanti menaruh nampan itu disalah satu meja kecil dekat ranjang Ara. Yanti berjala mendekati Ara dan segera duduk disamping Ara dengan menghelakan berat.
"Kamu kenapa?" Tanyanya lembut memecah keheningan
"Nggak apa apa ma" ucapnya dengan nada kecewa cewek lagi bad mood
"Kamu ada masalah dengan Ravan?" Ara terbelalak, matanya membulat
Yanti selalu tau perubahan anak gadisnya ini kalau dia sedang ada masalah dengan sahabatnya.
"Bukan ma" jawab malasa Ara
"Ra, Ravan itu baik, mama percaya sama dia buat jagain kamu, kita juga udah deket sama keluarganya jadi mama yakin Ravan nggak mungkin ngapa-ngapain, dia pasti jaga kamu dengan baik"
"Ma, ara bukan lagi anak kecil yang kemana mana harus sama Ravan. Mama selalu ngasih kepercayaan mama ke Ravan. Nggak ada sisa buat orang lain. Lama lama mama bakal jodohin Ara sama Ravan iya kan ma?. Mama Ara mau bebas" Ucap Ara yang terdengar sopan namun terdengar seperti mengutarakan semua isi hatinya.
Yanti sama sekali tidak menjawab. Mamanya itu tau apa yang dibutuhkan Ara saat ini Yaitu waktu untuk sendiri. Menjernihkan pikirannya dan menengankan hatinya.
"Yah...mama ngerti kok, mama tinggal dulu ya, salatnya jangan lupa dimakan sam susunya jangan lupa diminum" ujar Yanti beranjak dari tempat duduk sambil mengusap kepala Ara agar emosinya reda.
⚛⚛⚛⚛
Kamar bernuansa Hitam Putih sengaja dihias agar terlihat netral siapapun di dalamnya. Ravan sedari tadi duduk di meja kesukaannya, meja belajar miliknya yang ada di dalam kamar hitam putih itu.
Entah sudah berapa banyak buku dibacanya dari mulai buku pelajaran sampai novel tebal, membuat meja itu penuh dengan buku yang terbuka dengan berbagai halaman.
Tidak ada satupun kata dari buku-buku itu masuk ke dalam otak Ravan. Tidak fokus itulah kata yang tepat mewakili Ravan saat ini, benar saja kejadian di pos satpam membuatnya tidak tenang
Ravan melirik angka dibenda bulat yang terpasang ditangan kirinya
Waktu menunjukan pulul 19.30Prang!
Bunyi keras berasal dari pintu kaca kamar Ravan terbuka. Semua hordeng terbang bergelombang seakan melambai. Benar saja angin bertiup kecang diluar bertanda hujan lebat akan turun.
Membuat Ravan memutuskan menuju kebalkon kamarnya untuk menikmati saat saat seperti ini.⚛⚛⚛⚛
Angin bertiup semakin kencang membuat Ara mengurungkan niatnya memasukan sendok kedalam mulutnya. Dan tersenyum melihat kearah luar. Ara memang suka dengan hujan. Angin yang menandakan akan hujan saat itu membuat mood Ara kembali padanya
Baru tiga langkah sampai balkon dengan senyum girang ala dirinya. Dari kejauhan Ara melihat cowok berkaca mata berdiri dibalkong rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah Ara, Yaitu Ravan. Yang saat itu juga sedang menikmati angin malam.
Ara berhenti dan menatap lurus mata Ravan. Tatapan itu dibalas Ravan, tatapan heran seakan belum mengenal satu sama lain. Ravan tersenyum membuat Ara membuang muka dan langsung masuk dan menutup pintu menghentikan tatap menatap itu.
"Ara bener bener marah sama aku" batin Ravan
⚛⚛⚛⚛
Seperti biasa Ara dan Ravan kesekolah bersama berbeda dari sebelumnya kali ini keadaan hening dan tidak satupun yang bisa memecahkannya.
Sampai sekolah, saat Ara belum sepat turun dari motornya Ravan, cowok ganteng yang jadi rebutan sekolah itu langsung menyambut Ara dengan penuh senyuman
"Pagi my dear" Angga langsung menggandeng tangan Ara. Membuat Ara langsung tersenyum setelah menekuk wajahnya selama diperjanan.
Mereka berjalan bergandengan disepanjang koridor. Ravan mengiringi mereka dari memastikan Ara tidak apa apa.
"Aaa kak Angga!"
"Kak Angga kenapa bukan aku?"
"Kak jadi yang kedua juga gapapa"
Jerit semua siswi sepanjang koridor itu.Terlihat 3 siswi diperempatan koridor berjalan beriringan, siapa lagi kalo bukan Tasya dan geng centilnya
Yang langsung berlari melihat Ara dan Angga.Langsung melepaskan kasar tangan gandengan itu
"Gandeng gandengan ya udah kayak penganting baru"Keduanya tidak menjawab
"He lu siapa? Kenal juga nggak" kata Angga
"HEY BEB! KITA BELUM PUTUS YA! JANGAN PURA PURA ANGGAK KENAL"
"Jadian aja nggak pernah"
"Kamu nggak inget pernah nembak aku dibelakang WC cewek"
"Anjir belakang WC cewek"
sentak Iqbal sahabatnya Ravan. Yang entah dari mana datangnya tiba tiba berdiri disamping Ravan. Membuat semua mata tertuju kepadanya.Drama tidak penting. Kata kata yang terbesik dipikiran Ravan menyaksikan hal itu terjadi. Tanpa pikir panjang Ravan meninggalkan segerombolan orang itu.
"Woy Van" panggil Iqbal dan segerah menyusul
"Kak Ara masuk kelas dulu ya" pamit Ara
"Hati hati dear" jawab Ravan
⚛⚛⚛⚛
Keadaan kelas X IPA 2 membosankan. Pelajaran Matematika yang diajarkan oleh Buk Sari, guru killer yang sama sekali tidak ditakuti oleh siswa siswa nakal disekolah itu, membut seisi ruangan itu menidurkan kelapanya dimeja, menekuk muka dan melihat jam setiap detik.
"WOY KALO LU LIATIN TERUS TU JAM DINDING, JARUMNYA NGGAK JALAN JALAN" teriak Rian membuat semua mata tertuju padanya, termasuk Buk Sari menghentikan kegiatannya yaitu menulis dipapan tulis.
"Paan sih!"
"Tau ganggu aja, orang lagi fokus fokusnya"
"Baru aja mau tidur! Haaahh"
"Tau gila kali si Rian"
Protes seisi kelas ituPRAAAKKK
Bunyi keras dari papan tulis yang dipukul oleh Bu Sari membuat kepala siswa berputar, kembali menghadapnya yang ada di depan.
Belum sempat suara Buk Sari keluar, semua siswa mengucap Alhamdulillah
Karna mendengar bel istirahat berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat
Ficção Adolescente"Angga itu nggak baik buat kamu Ra. Angga banyak musuh di luar sana belum lagi komplotan nakalnya dan klub-klub aneh yang diikutin. Alasan sekolah Milih Dia jadi anggota OSIS cuma supaya ada yang memberantas siswa nakal di sekolah. belum lagi--" uca...