Latihan Basket

12 5 0
                                    

Pagi yang sama dengan pagi pagi sebelumnya, tidak ada yang istimewa bahkan mood mereka biasa saja. Kegiatannya pun sama seperti hari hari biasa, keadaan sekolah terlihat sudah ramai hari ini Ara dan Ravan terjebak macet membuat mereka sedikit kesiangan.

Berjalan beriringan melewati koridor sekolah dan sampai pada yang titik yang paling tidak menyenangkan bagi Ara yaitu barisan kelas XI.

Pada awalnya langkah kaki Ara cepat dan semakin cepat sampai akhirnya Ara merasa ada keanehan. Gibahan kakak kelas yang kencang memang sudah biasa disepanjang barisan kelas itu ditambah lagi dengan kelakuan kakak kelas cowok yang sok jagoan didepan adik kelasnya membuat Ara semakin muak dengan kelakuan kakak kelas XI itu.

Beda halnya dengan senior kelas XII yang bersikap kalem dan lebih dewasa mereka juga lebih menjauhi kerusuhan dan semua masalah entah kenapa tapi Ara mengira semua hal itu mereka lakukan agar kelulusan nanti berjalan mulus.

Keanehan yang semakin lama semakin aneh itu membuat Ara melambatkan langkahnya dan berhenti diikuti Ravan yang juga berhenti

"Kenapa berhenti?" Tanya Ravan

"Tunggu! Coba kamu denger"

"Denger apa? Nggak ada apa apa. Yang ada cuma suara obrolan yang kenceng banget"

"Iya coba dengerin"

Mereka diam mendengarkan obrolan kedua siswi yang duduk dikursi depan kelas mereka dengan fokus tinggi.

"Dribble bener bener bikin meleleh"

"Iya apalagi pas dia Crossover sumpah tambah ganteng"

"Eh bener bener ditambah lagi keringatnya yang mengalir ditubuhnya, astaga seksi banget"

Ravan memutar mata malas. Kenapa obrolan tidak penting ini harus didengar. Sedangkan Ara berniat mendengar lebih jelas obrolan mereka, bahkan ingin bertanya siapa yang sedang mereka puji itu.

Tanpa disadari Ravan, Ara tidak berdiri lagi didepannya melainkan sudah ada didekat dua orang siswi yang sedang ngobrol tadi

"Misi kak, yang kakak puji puji tadi siapa?" Tanya Ara sopan

"Paan sih, nggak sopan banget nguping omongan orang" bentak salah satu siswi dan keduanya langsung beranjak dari tempat duduk langsung masuk kekelas yang tak jauh dari kursi itu.
Ara hanya memasang wajah cemberut kesal

"Tuhkan! Mangkanya jangan terlalu kepo" Sindir Ravan

"Udalah lupain, lanjut kita kekelas yuk" ajak Ara

⚛⚛⚛⚛

Siapa sangka kalau Angga serajin sekarang. Cowok yang biasanya kelayapan sebelum bel sekolah berbunyi malah ada dikelasnya membujuk seorang siswi berkaca mata. Sedangkan siswi itu tidak menghiraukan dan sibuk membaca buku ditangannya.

"Ayolah Na, sekali ini aja kok! Nah gimana kalo abis ini lu gue traktir" bujuknya dengan seribu kata. Sedangkan siswi cupu ini masih sibuk dengan apa yang ia lakukan

"Lu nggak tegakan sama gue kalo sampe gue dihukum buk Lala karna ini" kata Angga sekali lagi

"NGGAK!" Bentaknya yang singkat padat dan jelas lalu membuka kacamatanya dan bernian meninggalkan Angga. Tapi Angga adalah anak yang selalu dapat apa yang ia inginkan. Angga berhasil menahan siswi itu dengan cara menarik tanganya

"Dina, tolongin gue. Nanti gue turuti semua keingin lu, apapun. Lu mau apa? Gue cium? Gue peluk? Atau mau jadi pacar gue?"

"Ih Jijik. Lagian ya gue udah nggak suka lagi sama lu, pas kelas X sih emang pernah suka" kalimat terakhirnya dan langsung pergi begita saja.

Buset ni cewek batin Angga.

Dengan muka putus asa dan menyerah matilah dia kalau sampai buk Lala tau ia belum mengerjakan Pr matematika. Entah kenapa guru matematika disekolah ini semuanya killer mulai dari buk Sari buk Lala belum lagi buk Yani yang akan bertemu dikelas XII nanti.

"Gimana bro?" Panggil teman sekelasnya

"Susah" singkatnya dengan nada lemas dan muka ditekuk.

"Nih liat punya gue aja"

"Kok?-" ucapan Angga terputus

"Udah nggak usah banyak tanya"

"Tapi lu dapat dari mana?"

"Liat punya Citra"

"Kok dia mau?"

"Ya, karna dia suka sama gue haha" ucapnya sembil tertawa yang hanya dibalas tatapan sinis oleh Angga.

Angga berfikir kalau tidak dari sini dari siapa lagi akan dapat contekan. Bener atau tidak yang penting dia sudah menyesaikan tugasnya, kalau tugasnya selesai tidak ada alasan guru killer yang satu itu menghukumnya.
Lagian Citra salah satu anak rajin dikelasnya walaupun tidak sepintar Dina setidaknya Citra lebih mengerti tentang Bab ini dari pada dirinya.

Angga menatap tajam kebawah, mengkerutkan dahi, menyipitkan mata dan menekuk bibirnya larut dalam pikiranya.
Tangan Raka dari tadi berayun tepat didepan muka Angga berusaha menyadarkannya, sedangkan tangan yang satunya masih memegang buku betulis angka dan lambang lambang dalam matematika.

"Woy!" Bentak Raka

"Eh iya"

"Mau nggak?"

"Iya iya sini"

⚛⚛⚛⚛

Dengan rasa malas Ara melemparkan tas ditempat duduknya membuat Iqbal da Manda yanh sedang duduk dibelakang kursi itu kaget.

"Kanapa lu?" Tanya Manda. Pertanyaan itu seolah tidak masuk kedalan telinga Ara

"Tadi dia dibentak sama kakel" jawab Ravan

"Hah!? Serius? Berani banget tu kakel belum pernah ditonjok oleh Iqbal kayaknya

"Emang kenapa?" Sambung Manda

"Serek tu kakel. Orang aku nanya baik baik malah disentak sentak" jawab malas Ara sambil memutar kedua matanya

"Iya, jadi tadi dua kakel cewek ngombrol sambil muji muji orang. Dilihat dari kata kata yang dipakek kayaknya mereka lagi muji orang yang habis main Basket" jelas Ravan

"Tau dari mana?" Kaget Ara

"Lah? Kamu nggak denger?. Tadi mereka pakek kata Dribble, Crossover dan banyak lagilah"

"Oh jadi itu istilah istilah dalam Basket ya?"

"Itu salah satu teknik tekniknya Ra" jawab Iqbal

"Oh gue tau!, mereka pasti lagi ngomongin kak Angga dan timnya" Manda

"Iya!, emang sebagus itu ya?, emang yang nonton Rame ya? Lu juga ikut nonton?" Tanya Ara

"Gini ya kak Angga itu ganteng jadi banyak yang nonton kalo ditanya bangus apa nggak, menurut aku nggak bagus bagus amat. Kemarin, nonton sih nggak tapi liat dikit" jelas Manda

"Lah kok nggak ngajak?" Protes Ara

"Aku nggak sengaja nonton Ra, jadi kak Nata mendadak minta tolong sama aku buat bikin data ekskul yang akan ikut lomba. Nah karna pulangya kesorean aku nggak sengaja liat kak Angga sama timnya latihan"

"Yang liat cewek semua ya?" Tanya Ravan

"Cewok juga ada"

"Serius? Buset tu cowok normal nggak?" Sambung Iqbal

"Yang nggak normal itu lu!, cowok cowok itu nemenin ceweknya nonton  latihan itu" ucap Manda
Yang membuat ketiga orang yang diajaknya ngombrol itu tercengang.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang