The Lost Page

82 15 5
                                    

Seorang Hero baru debut hari ini!

***

Phantoma, seorang Hero yang baru saja debut menghilang setelah pergi ke Osaka, dan menjadi seorang wanita yang justru sangat berbahaya.

Media mengatakan Quirknya adalah kutukan, dan tidak seharusnya menjadi Hero karena dapat mencabut nyawa orang lain.

"Kita tidak pernah bisa menoleransikan orang pemilik Quirk pencabut nyawa menjadi hero!" Komentar salah seorang warga sipil yang mengetahui Phantoma memiliki Quirk yang bisa mencabut nyawa.

***

"Tidak mungkin..." Batinku memperhatikan kertas itu lebih saksama.

"Yah, semua bisa terjadi di dunia ini, kan?" Kata Izuku sambil bersandar di dinding sebelahnya.

"Kalau Phantoma adalah seorang Hero, seharusnya aliansi Villain mengerti! Kenapa bahkan—"

"Shht, tenang dulu," Izuku meletakkan jarinya depan mulutku, menghentikanku berbicara, "Kau belum tahu semuanya, kan?"

Aku menepis tangannya risih, "Bukan, aku sudah cukup dengan semua omong kosong ini,"

"Kau tidak akan keluar hidup-hidup jika kau berhenti di sini," Katanya lagi, "Lagipula, kau membacanya, 'dia' tertolak oleh media,"

Aku terdiam, perkataannya benar.

Dunia memang sampah.

Apakah itu artinya aku ini anak seorang mantan Hero?

Amit-amit, aku benci disebut sebagai Hero. Tidak ada gunanya sama sekali. Yang mengherankan, kenapa orang mau saja bekerja sebagai Hero? Ketenaran? Uang? Penggemar? Pamer Quirk?

"Karena kau sudah menemukannya, sebaiknya kita segera kembali sebelum 'ayah'mu marah," Katanya menyeringai.

"Tidak," Jawabku, "Di sini membangunkan semua memoriku yang hilang, aku harus menelusurinya lebih dalam,"

"Heh... dasar keras kepala, kalau begitu... pulanglah sendiri tanpa ada orang yang melindungimu," Ancamnya.

Aku tidak peduli, lebih baik aku sendiri, mencari semua jejak yang kuperlukan.

Somehow, tempat ini membuatku mengingat secara samar-samar beberapa ingatan yang tidak kuketahui penyebabnya hilang.

Phantoma adalah Hero... yang akhirnya ditolak dan jatuh ke dalam gelapnya dunia Villain.

Ia tidak tahu apa yang terjadi. Kenapa bahkan dia memilih jalan Hero?

***

I can't remember when you hurt me so bad.

Kalian tidak tahu apa-apa tentang Quirk ini, yang kalian lihat hanyalah sisi negatifnya.

Itulah mengapa aku membenci media.

Mereka melihat apa yang terlihat, bukan apa yang ada di dalam.

Manusia memang bodoh.

Mereka menilai apa yang mereka lihat, bukan yang seharusnya mereka ketahui.

Apa bahkan mereka memikirkan Hero?

Mereka hanya meminta diselamatkan dengan cara yang sempurna.

Satu kesalahan kecil yang dilakukan seorang hero, seperti menghapus semua kebaikan dan usaha Hero tersebut.

Ibarat panas 30 hari, dihapus oleh hujan satu hari.

Semua usaha Hero itu langsung sirna ketika mereka melakukan satu kesalahan.

***

"Kenapa kau bahkan menjadi seorang Hero..." Batinku kesal.

Aku menghancurkan pintu yang terkunci lagi di depanku, dan yang kutemukan adalah sebuah ruangan gelap, dengan cahaya yang samar-samar.

Aku mengangkat handphoneku dan menyalakan senternya.

Debu di mana-mana.

Pecahan kaca dan sobekan kertas di mana-mana. Benar-benar tidak bisa kulihat dengan jelas.

Berkas-berkas media juga berantakan di mana-mana.

Ruangan yang sangat berantakan.

Akhirnya aku masuk dengan hati-hati, melangkah perlahan sampai kakiku tidak sengaja menendang sesuatu yang tergeletak di lantai.

"Apa lagi ini?" Gumamku mengangkat benda berdebu itu.

Sebuah catatan dan syal biru tua?

"Quirk : Phantom"

Syal ini... pasti miliknya.

//cluk!//

Sebuah suara kecil di belakangku membuatku menoleh, dan ternyata itu adalah Warp Gate milik Kurogiri—

"Sedang apa kau di sini?"

Pandangan mataku melebar, dan langsung mundur sambil menyembunyikan syal biru itu.

"Apa kau tidak puas dengan kejadian kemarin?" Shigaraki yang menatapku tajam itu membuatku semakin waspada.

Aku membuang pandangan ke sembarang arah, aku tidak akan memberitahunya untuk kedua kalinya.

"Shimura Hirei!"

Mendengar nama lengkapku disebut akhirnya dengan perlahan aku menatapnya, "Kenapa?"

"Kenapa kau ada di sini?! Ini bukan tempat yang bagus karena lokasinya sudah terbuka!" Katanya lagi dengan nada meninggi.

"Tidak ada," Jawabku sambil kembali memalingkan pandanganku.

"Hei!" Ia terus memaksaku untuk menjawabnya.

"Tidak ada urusannya dengan siapa-siapa di sini," Geramku kesal, "Jangan membuang waktu di sini,"

//PLAKK!!//

*** Nobody's POV

"Sebenarnya itu tidak apa untuk dilakukan," Gumam All for One menatap kejadian itu di layar, "Asalkan Tomura tidak menggunakan kelima jarinya,"

"Tapi bukankah—"

"Tidak, justru dia harus mengerti,"

*** Hirei's POV

"Apa-apaan?!" Aku memegangi wajahku sambil salah satu tanganku mengepalkan tanganku menahan kekesalanku.

"Kau tidak tahu sama sekali, apa yang bisa terjadi disini?!" Sambungnya tegas.

"Tidak, dan aku mau keluar," Aku melewatinya, tapi ia menarikku masuk ke warp gate milik Kurogiri.

"Midoriya Izuku," Shigaraki yang berhasil membawaku kembali itu melemparku ke arah Izuku.

"Tomura, tenangkan dirimu—"

"Aku sudah tenang, Kurogiri, jangan ikut campur!" Perkataan Kurogiri terpotong oleh kalimat penuh kekesalan Shigaraki.

"Kau tidak akan mengetahuinya, tak pernah, tak akan, kapanpun!"

Between Truth and LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang