"Kau ini bodoh apa gimana?" Hardik Izuku menepuk kepala Hirei yang langsung mengelak dari tangannya. "Matakku... kau ini bertindak sendiri dan kadang kau tak tahu bahayanya,"
"Kata 'bahaya' sudah tidak ada di kamusku," Ujar Hirei, "Aku bertindak seperti apa yang kumau,"
"Ya, tapi kau tahu apa selain membunuh?"
"Tidak ada,"
Hirei mendengus kesal, namun apa boleh buat, memang itu kenyataannya. Ia menatap berlian yang ia dapatkan dari Overhaul. Berlian tersebut mengkilap di mata Hirei. Cantik sekali.
Perlahan Hirei merasakan ketenangan aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kali ini saja ia bisa bernapas dengan pelan-pelan.
"Hirei-chan?"
Izuku sendiri terkejut, ia tak pernah melihat Hirei tidak melawan ketika ia dipanggil dengan tambahan "-chan" di belakangnya.
"Berlian ini..." Ucap Hirei, "Aku ingat sesuatu..."
*
*
*
"Hirei-chan! Jangan nangis-! Nih, okaa-san bawakan kamu barang yang kau akan suka..."
"Aku tak ingin apapun! Kan Okaa-san sudah janji akan pulang dengan selamat!"
"Tapi waktu okaa-san tidak banyak, sayang... kau seharusnya bisa menguatkan diri... ya?"
"Okaa-san...! Otou-san bukan orang yang baik! Dia pernah memukulku, rasanya sakit..."
"Hirei-chan..."
Sebuah tangan lembut mengelus kepala Hirei kecil yang menitikkan air matanya, membuatnya menengadahkan kepalanya, melihat ibunya yang hampir sekarat di dekatnya.
Kejadian ini tentu bisa menjadi sangat traumatis baginya.
"Kuharap... kau bisa hidup dan melanjutkan kehidupan selanjutnya... ya?"
*
*
*
"Hirei? Heh, melamun terus!" Izuku menepuk dahinya, menyadarkan Hirei dari lamunannya tersebut.
"Apa sih?" Hirei menyingkirkan tangan Izuku yang sempat memukul dahinya itu. "Lamunin apa? Kau ini... tak heran kau aneh,"
"Setidaknya aku tahu aku sedang memikirkan apa," Hirei mengantungi berlian kecil tersebut, "Sepertinya aku juga sudah menemukan potongan teka-teki bodoh yang kubutuhkan selama ini,"
"Hee? Soukka? Apa itu?"
"Kau tak perlu tahu..." Tanpa disadarinya, Hirei tersenyum untuk pertama kalinya. Senyumannya tersebut terasa sangat lembut.
melihat ekspresi Izuku yang terpana, Hirei tersadar dan cepat-cepat menyembunyikan wajahnya dengan syal biru yang selalu terpasang di lehernya itu.
"Heee kau manis lho kalau tersenyum,"
"Diam, bodoh, jangan berani bilang siapapun, mengerti? Kau seharusnya merasa terhormat bisa melihat senyumku," Hardik Hirei setengah kasar, diselingi gelak tawa Izuku.
"Kau memang tak pernah berubah sejak kecil..."
"Hirei-chaaaan!!!" Himiko tiba-tiba saja memeluk Hirei yang terlonjak kaget, meronta melepaskan diri dari eratnya pelukan gadis SMA tersebut.
"Dasar, bikin kaget saja," Hirei mengibaskan lengannya, "Aku baru saja kembali dari Overhaul yang bodoh itu,"
"Soukka??? Tomura-kun mencarimu lho,"
"Ah, biarkan saja,"
*
*
*
"Bodoh sekali..." Gumam Hirei saat berpapasan dengan Shigaraki yang menyandarkan punggungnya ke pintu kamar Hirei. "Kau mau apa?" Tanya Hirei kasar.
"Tidak ada," Shigaraki menegakkan tubuhnya, menatap Hirei di balik tangan yang selalu menempel di wajahnya yang berurai rambut biru pucatnya, "Kupikir kau takkan kembali,"
"Bodoh... kau pikir aku akan kemana jika tidak kembali?"
"Tidak tahu. Menyerahkan diri pada polisi dan mati," Shigaraki melewati Hirei yang diam tersebut.
"Aku tidak sebodoh itu," Sanggah Hirei, "Dan terima kasih atas rahasia yang selama ini kausembunyikan susah payah, karena ternyata aku berhasil membongkarnya,"
"Yah, mungkin kepintaranmu tak sengaja kuremehkan,"
"Kau salah besar meremehkan pikiranku," Hirei menancapkan pisau tepat di sebelah Shigaraki yang tetap diam, lalu kembali ke dalam kamarnya,"
*
*
*
Berlian tersebutlah yang menjadi rumor baru bagi warga villain di luar League of Villains. Konon, katanya, berlian tersebut adalah tempat ibu Hirei masih berada, diliputi Quirk Phantom yang kini menjadi milik Hirei.
Apakah rahasia yang dapat diungkap oleh Shigaraki tentang berlian ini?
Berlian itulah yang kini menjadi barang paling berharga dimiliki oleh Hirei, putri pemegang Quirk Phantom milik ibunya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Truth and Lies
FanficSebenarnya semua ini hanya khayalan seseorang, kan? Hidup di antara baik dan jahat, hero dan villain, benar dan salah, sangat membuat semuanya menjadi runyam. Lagipula, kalau sudah terlahir sebagai Villain, justru bagiku adalah hal yang sangat memua...