(IND) Chapter One - Hometown Visited

2.2K 71 22
                                    

Hari pernikahan kakak tertua Singto, Yung dan tetangga Pha, Rene segera tiba, setelah mengurus seluruh pekerjaan di Seoul, Pha dan Sing pun berangkat ke Chiang Khan. Sayangnya, ibu Pha tidak bisa ikut karena kebetulan kondisinya tidak begitu fit dan harus banyak istirahat, jadi Sing mengusulkan untuk membawa anak – anak berlibur agar ibu Pha bisa beristirahat dengan tenang di rumah.

Pha dan Singto benar – benar di buat kelabakan dalam perjalanan kali ini, karena selain membawa koper yang berisi barang pribadi, juga oleh – oleh untuk seluruh keluarga Singto, di tambah lagi dengan kelakuan si kembar.

Untung ada si putra sulung Seung Eun yang membantu mereka menjaga dan mengawasi adik – adiknya, jika tidak saat ini mungkin mereka sudah ketinggalan pesawat.

Saat Pha sedang sibuk melakukan checkin manual, Seung Hee diam – diam menyelinap masuk ke dalam bag-drop machine yang berfungsi menstransfer koper ke bagian bagasi pesawat.

Untung Seung Eun melihatnya dan berteriak, tidak lama seorang petugas bandara segera berlari untuk mengeluarkan bocah kecil itu dari mesin yang berjalan.

Sementara Singto sedang sibuk minta maaf pada seorang penumpang wanita yang sedang kesal, karena Seung Gie tidak sengaja menabraknya dari belakang saat sedang menikmati cake coklat sambil berjalan, sehingga coklat di tangannya menempel di bokong wanita tersebut.

Pha dan Singto merasa sangat malu dan tidak berhentinya meminta maaf atas kelakuan dua bocah tersebut.

Tidak berhenti disitu, dua bocah itu juga berlarian di escalator flat, bermain petak umpet di bandara, hingga berteriak dan membuat kegaduhan di ruang tunggu bandara. Ingin rasanya mereka memasukkan kedua setan kecil itu ke dalam bagasi pesawat bersama koper.

Selama perjalanan, Seung Gie juga muntah saat lepas landas, mengotori pakaian Singto, sementara Seung Hee menangis meraung – raung.

Meskipun lampu tanda mengenakan sabuk pengaman telah di padamkan, namun Pha dan Singto tidak beranjak dari tempat duduk atau ke kamar kecil, karena kedua bocah itu sangat rewel dan bahkan menumpakan minuman yang disajikan oleh pramugari hingga mengotori lantai kabin.

Mereka juga tidak bisa diam dan memaksa untuk membebaskan diri, namun tentu saja Singto dan Pha tidak pernah membiarkan hal itu terjadi, karena jika tidak mereka mungkin harus melakukan pendaratan darurat.

Pha dan Singto bahkan menahan buang air kecil selama berjam – jam sampai kedua bocah itu tertidur karena kekelalahan, barulah Singto beranjak ke kamar kecil untuk membersihkan diri.

Perjalanan dari Korea ke Thailand serasa seabad, dan barulah mereka bisa bernafas dengan lega setelah pesawat mendarat di bandara Suvarnabhumi Airport.

Dari bandara mereka menuju ke rumah lama Pha untuk menarik nafas sejenak, dan pada hari berikutnya baru meneruskan perjalanan ke Chiang Khan.

Waktu dan jarak yang dibutuhkan untuk mencapai Chiang Khan pun menjadi panjang dan terbuang sia – sia oleh ulang si kembar yang sebenatar – sebentar mengeluh hendak muntah dan lapar padahal hanya mencari alasan untuk turun dari mobil dan bermain.

Singto bersumpah kalau dia tidak akan membawa si kembar kemanapun lagi sebelum keduanya tumbuh besar dan berhenti membuat keributan.

Akhirnya, mereka tiba juga di Chiang Khan menjelang larut malam, begitu menginjakkan kaki ke dalam rumah, Singto langsung merebahkan diri di sofa, setelah menyerahkan Seung Gie pada ibunya.

"Kau baik – baik saja?" Tanya ayahnya, lalu melirik Pha.

"Dia kelelahan mengurus si kembar." Pha membantunya menjawab, ia sedang menggendong Seung Hee yang untungnya sudah tertidur pulas. Sebenarnya keadaannya sendiri tidak berbeda dengan Singto, ia juga ingin segera merebahkan diri di kasur dan tidur.

(IND - ENG) Lovely, New Year Gift 2 (THE END)Where stories live. Discover now