Malam yang syahdu di kota ningrat. Jogjakarta selalu mengajarkan kesederhanaan dalam setiap tarikan nafas penduduknya. Arus modern yang menggempur setiap sudut kota tak mampu mengalahkan tradisi Jogja yang lekat dalam kehidupan. Bahasa Jawa alus masih sering terdengar dari percakapan sehari-hari. Unggah inggih dan tata krama masih dijunjung tinggi di setiap kisi kota.
Gaza tengah berada dalam perjalanannya kembali ke hotel. Pertemuan singkatnya dengan Khay membuat hatinya terasa hangat. Setidaknya, rindu yang selama ini dia rasakan sudah bermuara. Percakapan terakhir dengan Khay kembali terngiang di kepalanya.
"Aku sekalian pamit ya Khay. Mungkin besok nggak bisa pamitan. Setelah Jogja aku langsung ke Denpasar siangnya" Kata Gaza di akhir perjumpaan.
"Iya kak. Makasih loh sudah mampir. Sebuah kehormatan bagiku didatangi seorang aktor terkenal. Menyempatkan waktu di sela-sela pekerjaan bukan hal yang mudah loh. Aku sangat tersanjung." Jawab Khay.
Tak berapa lama, ojek online yang dipesan datang. Mereka benar-benar tiba di ujung pertemuan.
"Kak, laki-laki sejati tidak akan membiarkan seorang perempuan yang dicintainya menunggu tanpa kepastian. Jadi menyambung pertanyaan kakak soal menunggu tadi. Semoga kakak tidak menjadi laki-laki seperti itu ya. " Khay berbisik.
Gaza harus menggunakan pendengarannya dengan baik untuk bisa menangkap semua perkataan Khay. Sangat lirih, kalah dengan suara motor mas ojek.
"Terakhir Khay, sebelum aku benar-benar pulang. Aku akan tetap memegang janji kelingking kita sewaktu kecil. Walaupun menurutmu itu hanya ungkapan anak kecil tak bermakna. " Kata Gaza tak kalah berbisik.
Gaza melihat Khay tampak kebingungan mencerna perkataannya. Sudah tak ada waktu untuk menjelaskan panjang lebar. Hanya berharap putaran waktu kembali mempertemukan mereka.
Gaza melihat arloji di pergelangan tangannya. Pukul 23.00 dirinya sudah sampai kembali di hotel. Suasana hotel malam itu ramai. Fasilitas pub yang disediakan oleh pihak hotel menjadi saya tarik tersendiri bagi orang untuk berkunjung sekalipun waktu sudah mendekati pergantian hari. Bergegas Gaza menuju ke dalam hotel, ketika dilihatnya seseorang yang dia kenal sedang mondar mandir tak jauh dari pub.
Sedang apa dia disana malam ini? Gaza heran dan segera menghampirinya. Cewek itu terlihat kaget ketika Gaza menyapanya, namun sedetik kemudian ada rasa lega yang terpancar dari wajahnya.
"Lo ngapain malam-malam begini mondar mandir di depan pub. Gaya lo ya mau ikutan ajib-ajib biar dikata anak gaul? " Tegurnya kepada cewek tersebut.
"Sialan lo Za. Gua bukannya mau ajib-ajib tapi gue lagi khawatir. Untung deh lo nongol. Gue kira lo udah tepar. Darimana jam segini baru balik ke hotel? Klayapan mulu lu. " Cewek itu langsung melontarkan berbagai macam ocehan.
"Lo nggak usah kepo gue darimana. Gue kan tadi nanya ngapain lo disini? Khawatir sama siapa? "
Cewek bernama Fifi itu langsung menarik lengan Gaza, sedikit menjauh dari lokasi pub. Fifi adalah asisten pribadi Shilla yang merupakan lawan mainnya.
"Shilla ada di dalam Za. Gue nggak boleh ikutan masuk. " Kata Fifi.
"Serius lo? Ngapain dia di dalam? Kurang kerjaan banget. "
"Itu dia. Gue khawatir dia mabok. Kalau sampai ketangkap kamera bisa gawat. Film lo berdua mungkin menjadi taruhannya. " Kata Fifi histeris.
"Memangnya kenapa Shilla sampai masuk ke pub segala? Setahu gue dia bukan anak yang suka ajib-ajib. "
"Dia ada masalah keluarga. Sebelum ke sini kemarin, bunda sama papanya sedang tidak harmonis. Gue pikir dia frustasi memikirkan kondisi orang tuanya, makannya dia coba-coba ke pub. Biar lebih rileks katanya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf -Menikah Denganmu-
Fanfiction"Ada sejuta alasan untuk seseorang melabuhkan cintanya. Ada juga yang tak butuh alasan untuk mencintai. Namun, untukmu aku hanya punya satu alasan." (Khaylilla) Khaylilla bersikeras menjaga cintanya untuk seseorang yang memberinya janji kelingking s...