Gaza baru saja menyelesaikan promo filmnya. Kota terakhir setelah Jogjakarta yang dikunjunginya adalah Denpasar. Seharusnya, dia pulang ke Jakarta kemarin, namun Gaza merasa perlu memberikan reward untuk dirinya sendiri berupa waktu sejenak untuk bersantai. Gaza memutuskan tinggal lebih lama di Denpasar. Setelah puas menikmati keindahan alam pulau dewata, Gaza tiba di airport.
Beberapa kali ponselnya berdering, namun dia tidak mengangkatnya. Telepon dari Bastian dibiarkan begitu saja. Masih terlalu dini untuk membicarakan agenda yang harus dia jalani selanjutnya. Saat ini Gaza hanya ingin menyendiri, setidaknya sampai hari ini berlalu.
Gaza mengamati dua orang muda, laki-laki dan perempuan duduk di hadapannya. Di jari manis keduanya tersemat cincin kawin. Mungkin mereka adalah sepasang suami istri yang berbulan madu di Bali. Gaza mengamati setiap gerak-gerik mereka. Sang istri menyerahkan earphone sebelah kanan kepada suaminya, sementara earphone sebelah kirinya dia pindahkan ke telinga kanan. Sang suami langsung memasang earphone dari istrinya ke telinga sebelah kiri dan tak lama mereka asyik mendengarkan play list berdua.
Gaza menelan ludah. Sudah sering dia saksikan sepasang muda-mudi berbagi earphone, namun entah mengapa, apa yang dilakukan pengantin baru di depannya ini terlihat sangat romantis. Gaza berfikir mungkin karena mereka sudah terbingkai oleh ikatan pernikahan.
Sampai pada kata pernihakan, Gaza teringat kepada Khay. Tentang keinginannya ta'aruf sebagai langkah awal pernikahan.
"Apakah pengantin baru di hadapannya juga menikah melalui proses ta'aruf? Atau mereka sudah berpacaran selama beberapa tahun lamanya sebelum memutuskan untuk menikah?" Gaza membatin dalam hati.
Monolognya terhenti ketika sebuah panggilan telepon kembali menggetarkan ponselnya. Kali ini nama Umma berkedip di layar telepon. Tak kuasa Gaza mengabaikan panggilan Umma, bergegas dia menerimanya.
"Assalamu'alaikum umma."
"Wa'alaikumussalaam Gaza dimana sekarang nak?"
"Ini sudah di airport Um. Sebentar lagi masuk pesawat. Maaf Gaza tidak memberi kabar Umma sebelumnya."
Gaza berdiri meninggalkan kursinya. Mencari tempat lain yang lebih tenang. Untuk terakhir kalinya, ekor mata Gaza melihat pasangan pengantin baru itu masih asyik berbagi earphone.
"Gaza...Gaza..." Umma memanggil anaknya yang terdiam.
"Iya Umma. Maaf tadi Gaza sedang mencari tempat yang lebih tenang." Gaza memberi alibi. "Sekarang sudah tidak terlalu ramai. Ada apa Umma?"
"Kamu baik-baik saja kan nak? Umma khawatir karena telepon Bastian tidak kamu terima sedari tadi."
"Alhamdulillah Gaza baik-baik saja Umma. Gaza sengaja tidak terima telpon Bas karena Gaza belum ingin membicarakan masalah kerjaan."
"Tapi ini bukan sekedar masalah kerjaan Za. Kamu harus membaca WhatsApp yang dikirim oleh Bastian. Intinya, ada sebuah berita dari akun gosip yang menyertakan foto kamu dan seorang perempuan masuk ke dalam kamar hotel berdua. Umma sudah tahu dari Bas kalau itu Shilla. Yang ingin Umma tanyakan apakah berita itu benar?"
"Berita yang mana sih Umma? Gaza belum baca sama sekali."
"Ya sudah setelah ini Umma tutup telepon dan kamu langsung buka link berita yang dikirim Bastian. Umma tunggu kebenarannya segera!" Ada penekanan dalam kata segera yang diucapkan Umma.
"Iya Umma... Iya."
Seketika telepon terputus, tanpa salam penutup. Gaza langsung membuka chat dari Bastian dan membuka link berita yang dikirim olehnya. Sebuah akun gosip menyatakan bahwa Gaza dan Shilla menginap berdua di dalam kamar hotel yang sama. Mata Gaza terbuka lebar menyaksikan berita di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf -Menikah Denganmu-
Fanfiction"Ada sejuta alasan untuk seseorang melabuhkan cintanya. Ada juga yang tak butuh alasan untuk mencintai. Namun, untukmu aku hanya punya satu alasan." (Khaylilla) Khaylilla bersikeras menjaga cintanya untuk seseorang yang memberinya janji kelingking s...