Decitan suara pintu terdengar ketika Aqsa membukanya. Disusul suara lonceng yang terletak di atas pintu. Seorang pelayan kedai menganggukkan kepala menyambut kedatangan Aqsa. Setelahnya, pelayan tersebut mempersilahkan Aqsa memilih tempat duduk dengan pergerakan tangan kanannya. Aqsa memilih duduk di bangku paling pojok. Berusaha mencari tempat nyaman dan minim gangguan. Pagi itu kedai kopi belum terlalu ramai. Baru buka satu jam yang lalu. Aqsa membuat sebuah janji dengan seseorang untuk bertemu di kedai kopi tersebut.
Aqsa menyatukan jemarinya di atas meja. Wajahnya menunduk. Ada satu hal yang harus dia cari kebenarannya. Sebuah fakta yang mungkin akan mempengaruhi keputusannya.
Tak lama, orang yang ditunggunya terlihat memasuki kedai. Celingukan mencari sosok Aqsa hingga akhirnya dia melihat punggung Aqsa di pojok kedai. Orang itu menghampirinya dan menepuk pelan punggung dokter muda itu. Setelahnya, si tamu duduk di sebelah Aqsa. Bangku mereka menghadap taman mungil di belakang kedai. Banyak tanaman memenuhinya. Beberapa ada yang berbunga, beberapa hanya berdaun hijau saja. Belum ada obrolan terlontar dari Aqsa maupun tamunya. Keduanya asyik menikmati kopi yang baru saja tersaji di hadapan mereka.
"Ada yang bisa aku bantu Sa? " Tanya sosok di samping Aqsa.
"Aku ingin menanyakan sesuatu tentang seseorang di masa lalu Khay. Bukan bermaksud untuk mengungkit masa lalunya, namun aku pikir akan lebih bijak jika aku mengetahuinya dan aku yakin bang Adnan tahu tentang ini. "
Adnan mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Aqsa. Pagi tadi, selepas sholat subuh, Aqsa mengirim pesan whatsapp ingin bertemu dengannya untuk menanyakan sesuatu. Hal ini ada kaitannya dengan Khaylila. Ada debaran hebat dalam hati Adnan namun dia berusaha untuk tenang.
"Aku mohon abang bercerita apa adanya dan jujur. Apa yang abang sampaikan akan menjadi informasi yang sangat berharga untuk kelanjutan hubunganku dengan Khay. " Kata Aqsa menatap calon kakak iparnya.
"Insya Allah aku bantu sebisaku." Jawab Adnan.
Suasana canggung tercipta. Aqsa sedikit ragu-ragu untuk melanjutkan niatnya. Hatinya belum sepenuhnya siap jika Adnan memberikan informasi yang tak ingin di dengarnya. Namun di sisi lain, rasa penasaran yang teramat besar mengharuskan untuk mencari tahu kenyataan sesungguhnya.
"Informasi apa yang ingin kamu tahu Sa?" Tanya Adnan.
"Aku pernah mengenal seseorang secara tidak sengaja bang. Waktu itu kami menjadi relawan pada gempa Lombok. Dia bukan orang medis. Dia membuat ku terkesan saat itu. Bermula dari sana, hingga saat ini hubungan kami masih terjalin baik. Bahkan aku baru saja bertemu dengannya beberapa bulan lalu. " Kata Aqsa memulai percakapan.
Adnan mendengarkan dengan seksama.
"Dia sangat kompeten di bidang entertainment. Dia juga mempunyai beberapa bidang usaha. Namun hingga detik ini dia belum menikah. Dia bercerita pernah memendam rasa terhadap seseorang hingga akhirnya dia harus melepaskan orang tersebut dengan sebuah alasan, padahal dia sangat tahu jika orang yang terpaksa dilepaskannya itu sangat mencintainya. "
Aqsa mengaduk kopi pesanannya. Sementara Adnan masih diam di sampingnya. Tak bereaksi apapun menunggu cerita lanjutan yang belum rampung.
"Abang bisa menebak siapa dia? " Aqsa tiba-tiba bertanya.
Adnan sedikit tersentak. Namun ia mencoba untuk tidak gegabah dalam menjawab setiap pancingan yang Aqsa sodorkan. Dia tak ingin memperumit suasana.
"Mungkin aku tahu jika aku dengar dari ceritamu. " Kata Adnan.
"Gaza. Gaza Mubarak. " Kata Aqsa. Aqsa mencoba menganalisa ekspresi wajah Adnan namun ketenangannya tak menjelaskan apapun.
"Aku melihat instagram miliknya beberapa hari lalu. Ada Khaylila di sana bersama dengan ibu dan adiknya. Aku ingin tahu apakah keluarga kalian saling mengenal? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf -Menikah Denganmu-
Fanfiction"Ada sejuta alasan untuk seseorang melabuhkan cintanya. Ada juga yang tak butuh alasan untuk mencintai. Namun, untukmu aku hanya punya satu alasan." (Khaylilla) Khaylilla bersikeras menjaga cintanya untuk seseorang yang memberinya janji kelingking s...