Surat Kaleng

1K 95 5
                                    

Teriknya siang membuat Gaza meneguk habis air mineral di samping kemudinya. Setelah terjebak macet di jalanan ibu kota dua setengah jam lamanya, akhirnya mobil Gaza memasuki pelataran rumah. Sedikit terburu dia memarkir mobilnya dan bergegas masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum." Gaza memberi salam. Terlihat umma tengah duduk termenung di ruang makan.

"Wa'alaikumussalam." Jawab umma tak bergairah.

Gaza terheran dengan sikap ummanya. Umma terlihat kuyu. Matanya satu.

"Umma sakit?" Gaza mencium punggung tangan umma. Suhu badan umma normal. Tak ada tanda-tanda sakit. Gaza langsung duduk di samping umma yang masih terdiam.

"Umma kenapa? " Tanyanya lagi. Umma tak bergeming. Air mata menetes perlahan dari sudut mata sangat ibu.

"Umma kok nangis? Ada apa? Siapa yang berani membuat umma menangis? " Katanya mulai terlihat panik. Gaza segera menghapus air mata di pipi umma. Bukannya berhenti menangis, justru air mata umma semakin deras.

Gaza memeluk wanita di sampingnya. Tak memaksa lagi agar umma bercerita. Saat ini yang terpenting adalah membuat Umma tenang walaupun hati Gaza dihampiri tanda tanya besar. Apa hal yang membuat wanita terkasih nya menangis.

"Mengapa kamu lepaskan? " Umma melepaskan pelukan Gaza.

"Apa yang Gaza lepaskan umma? "

"Khay. Mengapa Gaza melepaskan dia? " Umma menatap tajam kedua bola mata anak sulungnya.

Gaza berdiri dengan kaku. Susah setahun berlalu sejak terakhir kali dia dan Khay bertemu, selama itu Gaza tak pernah memberitahu siapapun  tentang kejadian antara dia dan Khay.

"Darimana umma tahu? "

"Mama Khay datang memberitahu bahwa Khay akan dilamar oleh seorang dokter. Mama Khay dengan sangat menyesal meminta maaf kepada umma karena harus menikahkan Khay dengan seseorang. Katanya papa Khay sudah bicara empat mata denganmu tentang kelanjutan acara lamaran yang dulu gagal dilaksanakan. Tapi kamu memilih melepaskan. Kenapa nak? Apa perasaanmu terhadap dia sudah hilang? " Tanya umma.

Gaza menarik nafas. Bingung darimana baiknya dia menjelaskan.

"Insya Allah itu yang terbaik untuk Khay, umma. " Gaza mengambil segelas air putih. "Gaza ingin melihat Khay bahagia seperti Andalusia. "

"Apa denganmu Khay tidak adanya bahagia? "

"Gaza merasa Khay berhak mendapatkan seseorang yang lebih dari Gaza. "

Umma menarik nafas masygul. Anak sulungnya tak ingin bercerita alasan dia melepaskan Khay. Mungkin belum saatnya. Umma merasa tak ingin terlalu mendesak.

"Khay anak yang baik. Kemarin seharusnya umma ada di acara lamaran dia. Tapi umma memilih tidak hadir. Umma belum siap sakit hati melihat Khay bersama laki-laki lain. Walau bagaimanapun umma selalu berdoa dia bisa mendampingi kamu suatu hari. Tapi Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. "

"Kemarin Khay lamaran umma? " Gaza kaget mendengar cerita umma. Khay benar-benar sudah melupakannya. Hari bahagiakan tak dibagi olehnya. Gaza sama sekali tidak tahu jika kemarin Khay telah melangsungkan acara lamaran.

Ada perasaan galau tiba-tiba hadir menguasai hati Gaza. Perasaan kecewa dan sedikit rasa marah. Entah kepada siapa perasaan itu ditujukan. Dia yang meminta Khay segera menikah tapi ternyata hatinya tak cukup kuat menerima kenyataan itu. Gaza tak ingin umma tahu perasaannya saat ini. Dia lantas pamit menuju kamarnya.

"Umma jangan sedih. Insya Allah Gaza akan carikan menantu yang lebih baik dan lebih cantik daripada Khay. Gaza ke atas dulu ya umma. "

Gaza melangkahkan kakinya cepat menuju kamar. Setelah menutup kembali pintu kamar, dadanya membuncah menahan badai yang saat ini hadir menguasai hatinya. Gaza merasa hancur untuk kesekian kalinya. Tak ada air mata, hanya rutukan yang hadir menyalahkan dirinya sendiri.

Ta'aruf -Menikah Denganmu-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang