Bertahan

64 4 0
                                    


   Segala kondisi seakan meyakinkan bahwa Allah kirimkan kamu sebagai penguat disaat terjatuh.

Alsena Haikal Ja'far

  "Kenapa mas tanya gitu?" Tanyaku saat tangisku mulai mereda.

  "Saya heran lihat kamu nangis,lagian kamu gak cerita.Ada yang nyakitin kamu?"..

  "Gak ada,Aqila cuman rindu Ayah,Aqila juga belum pantas buat jadi istri mas,selalunya merepotkan,belum bisa kasih suport juga..."

  "Kamu belum menunaikan hak saya kan?"Ia memincingkan matanya,setelahnya ia tertawa renyah.Ternyata dia memintanya,wajahku berubah drastis saat itu.

   "Sans,saya tahu kamu belum siap.Ah udahlah,abaikan."

    Pandanganku seketika tertunduk,aku memang payah,aku egois.Entah aku merasa serba salah...

    Adzan isya berkumandang,Haikal pergi untuk menunaikan shalat isya.Sedikitpun aku tak pernah bertanya tentang pekerjaannya,dengan mudahnya dia mengizinkan aku melanjutkan S2.Ku putuskan untuk keluar sejenak Ayla pun masih tertidur pulas,ku minta bantuan suster untuk menjaganya sebentar saja..
   Dari kejauhan ada yang mengganjal,Kazan tengah duduk di kursi tunggu,dia sakit apa.Justru langkahku maju untuk  mundur menghampirinya,lagi pula untuk apa.Tiba tiba ia nampak menuntun laki laki paruh baya,aku mengenalinya itu Ayah.

    "Ayaahhhhh".Aku berlari menghampirinya ada perasaan bangga sekalipun sedih.Kupeluk Ayahku.

    "Aqila ngapain kesini?".
   
     "Justru Aqila yang nanya Ayah kenapa disini?"Tanyaku parau.

    "Ayah lo gak papa".

    "Kalian bohong,Kazan jawab ayah kenapa?"Tatapanku tajam pada laki laki itu,ia tak biasa nampak sedingin ini..

   "Ayah gak papa nak?".

    "Ayah kenapaa, Kazan jawab?Kamu jangann bohongin gua.!".

   Ia nampak melemparkan senyumannya"Ayah lo darah tinggi,hanya butuh periksa,lo tenang aja,Ayah lo bakal baik baik aja."

   "Lo bilang tenang,gimana bisa tenang keadaan ayah mengkhawatirkan gini,darah tinggi ayah udah akut kan?".

   "Aqila gak boleh gitu ke Kazan,dia yang selama ini rawat ayah,ayah juga gak tega kalau mau bilang ke bunda sama anak anak,cuman Kazan yang tahu ini nak."Jelasnya

   "Lagian kenapa harus Kazan sih yah,anak Ayah itu Aqila bukan Kazan..!"Kataku penuh penekanan,ada sesak di dadaku saat Kazan menyembunyikan semuanya dariku,nyatanya  ia jauh lebih tahu tentang Ayah dari pada aku.Sejak kecil ayah memang menyayangi Kazan,tapi aku tak tahu apa alasan Ayah bisa menaruh kasih sayang yang lebih pada Kazan,ini yang membuat aku bertanya tanya sejak dulu,sayangnya belum terkuak.

   "Ayah kenapa harus Kazan,ayah masih punya keluarga yang lebih berhak tau,Kazan bukan siapa siapa kita!!"Ujarku ganas.

  "Jaga bicara mu Aqila,ada satu hal yang memang tidak kamu ketahui terkait Kazan.!"Ayah nampak marah.Aku terdiam beberapa detik.Mencerna kata kata ayah barusan.

  "Kenapa ayah sesarkastik ini?".

   "Karena ayah kecewa telah menyalami suami kamu,ayah pikir itu Kazan ternyata Haikal."..Jelasnya dengan tatapan tak suka,Kazan hanya terdiam mungkin ia tengah berbahagia sebab ayah lebih memihak padanya,sedang aku dipojokkan dalam penyalahan.

   "Salahnya apa yah?".

    "Ayah tidak mau marah saat ini,jangan buat darah ayah semakin naik!".

   Langkah ayah menjauh,meninggalkan sejuta pertanyaan yang tak pernah ku duga."Aqila butuh penjalasaann"Teriakku tanpa tatapan sedikitpun dari mereka berdua...

     Aku kembali keruangan,dengan hati yang rapuh.Allah aku menjauh dariMu,sebegitu rindunya Allah padaku hingga menciptakan misteri misteri kehidupan.Segera  ku duduk di sofa yang tersedia.Nasya,gadis mungil itu berhasil membawaku kesini,membuka perlahan tabir yang dirahasiakan ku kecup keningnya...

  "Kamu dari mana kok lama?"Pertanyaan itu mengagetkanku.

  "Emm dari jalan jalan mas"..Jawabku cepat.

  "Aneh,lagian apa yang mau di kunjungi sih dari rumah sakit,oh ya saya harus balik,ada rapat".

  Dia segera pergi meninggalkanku.Aku pun membuatkan gadis kecil ini bubur.Untuk memenuhi asupannya..Tapi matanya masih terpejam.

   "Nasya ayo bangun sayang makan dulu."Ku goyang bahunya perlahan.Ia nampak mengerjap perlahan..

   "Kak La sejak kapan disini?".

   "Sejak maghrib"Jawabku sembari menyuapkan bubur..

   "Kakak udah shalat?".

   "Lagi libur sayang."..

    Ia hanya terkekeh.Dasar Nasya..

.......

    Siang itu nampak terik.Usai menyelesaikan refisi skripsi ku putuskan untuk memasak.Menyibukkan diri dengan aktivitas,aku ingin memasak udang asam manis,dan menu lainnya seadanya di kulkas ,rencana aku ingin menghabiskan bahan bahan lalu besok kembali memenuhi kulkas.

   "Ehh mbak gak usah masak,biar saya saja"Ujar bik Ning tiba tiba .

   "Gak papa kok,bibi istirahat saja,udah capek ngerjain banyak tugas rumah.".

    "Saya mau bantu aja..Ternyata mbak bisa masak ya.Saya pikir istri mas Haikal bakal songong,soalnya mas Haikal tu kayak gitu,kadang judes,kadang baik,juga ngeselin mbak yang sabar yaa." Aku hanya terkekeh mendengarnya..

    "Bibi gak boleh ghibah gak baik lho".

   Kami pun tertawa bersama,memasak sembari bercakap cakap pasal Haikal,sudah diingatkan bibi masih saja menceritakan semua kebiasaannya.Ya aku pun hanya bisa menyimaknya saja..

   Makanan pun siap,sembari menunngu Haikal aku beranjak ke sofa membaca beberapa tabloid yang tersedia,sebisa mungkin aku menunggunya.

  Kenop pintu terbuka,aku segera menyalaminya.Namun ia segera memelukku dari belakang membuat langkahku terhenti sementara.

   "Diam sebentar,saya butuh kamu,tetap bertahan Aqila".

    Bisiknya.Ada apa sebenarnya..

.......

  Besok ke pondok,ada apa dengan Haikal,sabar ya yang mau tau kelanjutannya..

Ditunggu vote dan comentnya oh iya aada kesalahan Itu yang sakit Nasya bukan Ayla..maaf yaa

     

Al Ja'far Dan Ja'fariyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang