opsi aneh

121 6 1
                                    

"Asli gak suka sama si Afkar,usil banget sih La,masa dia ngirim coklat semalam sama sebuket bunga,eh tau taunya sampai kampus dia minta bayaran.Ogah mah gua ada hutang sama dia"Cerocosnya tak karuan.

Mulut Lea seakan mengumpal bak gumpalan cilot di sebrang kampus dekat taman kota.Kesal depannya saja,dasarnya hatinya menyimpan rasa pada laki laki super konyol itu.Kedekatan mereka unik,saling jahil tapi ada rasa terselubung di balik bilik yang bernama hati.

"Lu sok jaim,tinggal bayar aja bereskan perkara."Timpalku,tanganku asyik merapikan beberapa buku usai mata kuliah tadi.

"Tapi kan kibul La.Gua paling gak suka dikibulin.Tinggal kasih kas pembayaran,selesaikan"

Lea masih tak terima,cewek ini memang paling suka mendramastiskan keadaan,hanya perkara sepele,seakan sudah mengkaitkan masalahnya dengan pihak kepolisian untuk diinvistigasi kevalidannya.Tambah ngacokan.

"Oh ya.Aslinya lu senengkan dikerjain gitu,please pahami Afkar lah yang super konyol so abstrak itu."

Aku segera melangkahkan kaki meninggalkan ruangan persegi yang lebih pantas di sebut kelas itu.Langkahku terasa berat seiring tumpukan beban skripsi yang katanya datanya kurang valid.

"Tapii La".

"Sttt,gak ada untungnya merutuki kedermawanan cinta yang tengah menyapa Azalea dengan sok jaimnya kesel sama Afkar"Tanganku mendarat dibibir tipisnya,berharap ia sadar betapa indah kedermawanan cinta itu menyapa.

Ku tinggalkan dia yang tergugu dengan stetmentku baru saja.Lagi pula nikmati saja karunia Allah yang sudah digariskan untuk kita,lantas apakah aku sudah menikmati karunia uringan ciptaan Haikal setiap harinya.Its so funny,lucu bagi mereka yang terlalu mendramastikan keadaan layaknya aku.

Aku menyusuri parkiran di tengah teriknya siang.Langkahku terhenti di parkiran.Mencari sosok motor matic kesayanganku.Hampir tak nampak sebab berjejer dengan motot yang variannya mirip dengan motorku.

"Apa kabar Pipi tembem!".

Wajahku sontak teralihkan ke sumber suara.Saat posisiku sudah hampir sempurna mengeluarkan motor dari posisi semula.

"Kaazann,ngapain sih lo kesini.Katanya udah domisili di sebrang kota,ngapain balik?".Tanyaku sarkas,jujur aku tak suka dengan kehadirannya ,lebih tepatnya muak.

"Salah kalau gua balik.Gua cuman mau yakinin lo perkara ayah,yakin gak mau tahu kelanjutannya?"

Tangannya sudah berpangku angkuh di motorku.Sok meyakinkanku,berkali kali aku menepis bahwa ia hanya mengelabui saja,dengan dalih agar aku bekerja sama dengannya memecahkan teka teki bodoh ciptaannya.

"Gua gak peduli.Gua bakal cari kelanjutannya sendiri tanpa bantuan lo.Minggir!"

"Hey ayah lo tinggal sama gua.Bukti ada di gua."Jelasnya lagi sembari menghadangku.

"Bodo amat,lo pikir gua sebodoh itu mau kerja sama menuhi ambisi gila itu.Gak sama sekali."

Motorku melaju meninggalkannya di parkiran.Kalau di beri opsi,aku tak pernah mau bermusuhan dengan kawan karib dimasa kecilku.Seakan ia sekarang adalah monster bagiku.Datang dengan berbagai permainan bodoh karyanya.Lagi lagi obsesinya membuatnya gila sampai berani mengaitkan ayah dalam permainan.Ada konspirasi apa antara ayah dan Kazan.Perwatakan Kazan berubah setelah ia menyatakan cintanya padaku.Jangan jangan ayah jadi kunci agar aku luluh mengakui perasaannya.Pesan umi kembali tergiang,saat beliau menyuruhku untuk menjauhi ayah.Alasan apa yang jadi penguat bahwa aku benar benar di jaga dari kehadiran ayah dalam hidupku.Aku tak mau memperumit perkara ayah.Bisa bisa aku sendiri yang terjebak disana.

Sesampainya di rumah.Kurebahkan badanku di sofa ruang tamu.Cukup sudah panas sebakda dzuhur tadi menjadi kawan dalam perjalanan, di tambah kemunculan Kazan yang membuat runyam keaadaan.

Al Ja'far Dan Ja'fariyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang