Hanya Harapan

55 6 2
                                    

  "Kenapa mas?" Selang beberapa menit aku baru berani bertanya.

  "Gak papa makasih sudah mau saya peluk.".

   Ia meninggalkanku dengan tragedi aneh untuk malam ini.Kududukan badanku di sofa,mengatur ritme jantung yang menggedor cepat.Perlakuannaya manis,tapi sikapnya dingin,itu memang tidak beda jauh.Ada hal apa yang membuatnya aneh.Aneh dari mana sih,itukan haknya buat peluk aku.Abaikan aku segera beranjak ke dapur menyiapkan makanan untuknya,walau aku tahu akhirnya ia tak akan menyentuhnya barang sekejap.

   Otakku melayang entah kemana,arus bahteraku akan berlabuh dimana.Haikal nampaknya pandai membuatku terjebak dalam opsi konyol walau tidk secara gamblang dikatakan padaku,tapi semua nampak dari sikapnya yang memperlakukan aku dengan acuh tak acuh.Opsi untuk aku bertahan atau pergi,sungguh itu kata yang membuatku sesak,pergi meninggalkan yang ada.

     Air didalam panci nampak meletup bertanda sudah matang.Ku masukkan beberapa sayuran disana.Menu malam ini sop,bahan bahan benar sudah habis dikulkas,jadi menunya pun ala kadarnya.

    "Kamu masak buat saya?"Tangannya nampak mengusap rambutnya yang tengah basah.

   "Iya,memangnya kenapa?".

   "Saya udah makan,lagian kamu setiap malam kayak gini.Sudah tahu saya pasti udah makan diluar.Sudahlah jangan sakiti diri kamu dengan saya gak menghargai kamu.".

    Aku hanya memandangnya yang tengah duduk di meja makan sekilas.Mencolos aku hafal bagaimana sikapnya,bodohnya lagi meski begitu,tanganku selalunya spontan bergerak memasak masakan baginya.

    "Lebih baik kamu lanjutkan skripsimu.La kamu gak usah terlalu perhatian sama saya,saya bisa urusi diri saya sendiri.".

    Ia pun pergi meninggalkanku.Tanganku rasanya tak kuasa memindahkan sop itu ke manggkuk.Sebenarnya apa esensi dari sebuah pernikahan jikalaau bukan untuk bakti yang dilakukan.Lalu apa alasan dia menikahiku kalau dia sendiri tak pernah menghargai hadirku disini.

  "Sampai kapan harus makan sendiri seperti ini."Lirihku sembari memainkan dentingan sendok yang beradu dengan piring.

    Usai makan aku segera membereskannya nasib sudah,masak sendiri makan pun sendiri.

    "Aqilaaaa,kamuu letakkan diamana map hasil laporan saya."

     Buru buru saya ke kamarnya.Kenop pintu itu terbuka perlahan,Haikal nampak uring uringan di meja kerjanya.

   "Aqila naruh di loker kok mas"Aku mencoba memastikannya sembari membuka loker meja kerjanya.

  "Mana,gak ada kan.Ah saya gak bisa buat laporan untuk diajuin ke sekertaris supaya cepat dirangkap.Kamuu sih,buruan di cari".

    Aku mencoba mengingat selingan kejadian tadi sore.Aku benar meletakkannya disini.Kubuka satu persatu lokernya,aroma maskulin begitu semerbak di kamarnya,hampir hampir menganganggu konsentrasiku.

   "Nih mas Aqila dapat."

    "Dapat dimana?"Tanya dengan tatapan menghujam.

   "Di loker,dibawah tumpukan buku.Aqila lupa kalau tadi naruh mapnya di posisi paling bawah."

   "Teledor sih kamu.".

Al Ja'far Dan Ja'fariyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang