Seluruh tubuh Xander membeku ketika melihat kondisi wanita yang ada di depannya sangat parah, kalau saja Felicia bukan wanita yang kuat mungkin ia sudah tidak bisa melihat dada wanita itu yang naik turun. Xander sempat bersyukur melihatnya meskipun hembusan napas wanitanya terkesan lebih lambat dari biasanya.
"Begitukah caramu memperlakukan adik serta orang yang kau cintai, Darrel?" tanya Xander seraya menggeram sedangkan kedua tangannya sudah mengepal erat bahkan urat di tangannya tampak menonjol.
"Kau tidak tahu bagaimana rasanya. Itu sangat menyenangkan, Xander," balasnya kemudian ia berjalan ke arah Joyanne lalu mengecup pipi wanita itu. "Aku merindukanmu, Sayang..."
Joyanne menggeleng sambil mencoba melepaskan tangan kekar Darrel yang melingkar di pinggulnya. "Kau gila!"
"Semua orang berkata seperti itu karena tidak mengetahui alasannya."
"Kau membunuhnya," bisik Joyanne seraya menatap nanar wanita bernama Felicia, entah kenapa dadanya begitu sesak melihat kondisi Felicia saat ini. "Apa kau akan melakukan hal yang sama lagi padaku?"
"Kalau kau mengizinkannya..."
"Kau harus membawanya kerumah sakit kalau kau masih menginginkannya hidup."
Ucapan seorang pria bermata abu membuat Xander tersadar kemudian ia mulai melepas ikatan di perut Felicia, ia menangkup pelan dagu Felicia hingga ia dapat melihat jika kedua mata Felicia masih terbuka.
"Cia..., Are you okay?"
"Jawab aku, Cia...," katanya lagi seraya menepuk pelan rahang wanita itu.
"Sepertinya dia masih shock karena tembakan tadi," sahut Edgar kemudian pria itu ikut bertekuk lutut di samping Xander. "Dia sudah kehabisan darah, kau harus cepat membawanya pergi dari sini."
Xander mengangguk lalu ia mulai membawa tubuh Felicia di dalam gendongannya diikuti dengan Edgar yang menjaganya dari samping. Entah setan apa yang sudah merasuk di diri Edgar hingga ia rela membantu Xander.
Ah come on..., Edgar sudah berkata sebelumnya bahwa ia tidak ingin Darrel menyesal sepertinya. Kehilangan keluarga serta orang yang di cinta sangat menyakitkan, itulah alasan Edgar melarang Darrel untuk membunuh Felicia. Edgar hanya tidak ingin jika Darrel berada di posisinya suatu saat nanti.
"Tidak! Tidak secepat itu kau membawanya, Xander...," Darrel kembali mengeluarkan suaranya, pistol yang tadinya sudah berada di dalam saku kini di keluarkan lagi dan menodong ke arah Felicia.
"Biarkan dia mati di sini, aku yakin ibunya juga sudah menunggu kematiannya sejak tadi," ucapnya sinis kemudian menarik pelatuknya tanpa aba-aba.
"Darrel don't!"
Hunter bersama pekerja Xander yang lain di kejuti oleh suara teriakan wanita yang berbarengan dengan suara tembakan ketika sampai di lantai atas, mereka semua terkejut melihat seorang wanita yang tergeletak di atas lantai dengan darah yang mengalir dari dadanya.
Sontak Xander langsung meletakkan Felicia lalu berlari secepat mungkin ke arah korban.
"Joyanne!" teriaknya seraya memegang dada Joyanne untuk menahan darah yang terus mengalir dari sana. "Apa yang kau lakukan brengsek!" Xander menatap Darrel marah namun pria itu malah berdiam diri sambil menatap wajah Joyanne.
Hunter menatap Joyanne sekilas kemudian perhatiannya teralih pada Felicia lalu menghampiri wanita itu. "Nona? Nona Felicia?! Nona sadarlah!" teriak Hunter berkali kali ketika ia mendapati kedua mata Felicia mulai menutup kemudian pria itu langsung membawa Felicia turun dan keluar dari mansion tanpa persetujuan dari Xander, diikuti oleh dua orang untuk membantunya sedangkan Xander dan Darrel masih sibuk berdebat seakan tak peduli jika semakin lama di biarkan maka nyawa Joyanne akan melayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Prince ✓ [#2 JEFFREY]
Lãng mạn[SUDAH TERBIT] RE-UPLOAD Sequel dari Me and Mr Billionaire • Alexander Zachary Jeffrey. Pemuda tampan berusia 23 tahun yang terlahir dari keluarga Jeffrey dan menjadi seorang penerus dari perusahaan Stanley Incorporation. Wajah yang tampan, kaya...