Malam yang Yoongi alami itu sangat sulit. Dalam penglihatannya ibunya sedang dijambak, diseret, dan dipukul dengan kejam oleh ayahnya yang mabuk setiap malam. Selain ibunya Yoongi juga kerap menerima semua itu. Ayahnya itu memang kasar setelah kehilangan kekayaan yang sudah lenyap karena ayah ditipu oleh temannya.
Ayah dari dua orang anak ini benar-benar tidak menyadari ketakutan yang dialami anak dan istrinya setiap dia melayangkan pukulan atau pulang dalam keadaan mabuk. Dia seperti mesin tinju yang sangat bagus untuk dilombakan.
Yoongi yang menangis dibalik pintu lemari bajunya hanya bisa pasrah dan mendengar suara-suara kasar yang seharusnya tidak dia dengar di usia sekarang. Adik kecilnya yang masih berusia 3 tahun itu juga tidak bisa berhenti menangis. Yoongi sebagai kakak yang masih berusia 6 tahun ia hanya bisa memeluk tubuh adiknya yang menggigil ketakutan. Dia sendiri juga bingung dengan situasi semacam ini.
Ketika semua ketakutan itu belum dirasa cukup terdengar suara dobrakan pintu kamar mereka cukup membuat kakak dan adik ini terkejut namun masih berusaha untuk meredam teriakan dan tangis mereka.
"Dimana kau sembunyikan mereka?!", pertanyaan keras dan kasar itu terlontar dari kepala keluarga yang harusnya menjadi pelindung yang baik untuk anak dan istrinya.
"Jangan ganggu anak-anak. Mereka tidak tau apa-apa", ucapan lirih diringi dengan tangis itu bahkan tidak bisa menghentikan suaminya yang sedang mengacak-acak kamar kedua putranya.
Dan ketika pintu lemari itu terbuka kasar, ia tersenyum senang karena yang dia cari sudah berhasil ia temukan. Tangan kekar itu dengan cepat menarik tangan kecil Jungkook dengan kasar dan membuat Jungkook terlepas dari pelukan Yoongi.
"Ayah! Ayah!"
Yoongi berteriak dan keluar dari tempat persembunyiannya terlalu takut jika adiknya terluka. Dengan kaki kecilnya dia berusaha menggapai tangan kecil adiknya yang sedang diseret kasar oleh sang ayah. Kasar sekali, Yoongi tidak tega melihatnya.
Ibunya bahkan berkali-kali tersentak karena mencegah ayahnya untuk pergi. "Apa yang mau kamu lakukan!? Jangan sakiti anakmu!"
"Dia akan kujual! Jangan halangi aku!!"
"KAU GILA!!"
"AKU BUTUH UANG!!"
Tanpa menghiraukan apapun lagi ayah dari dua orang anak itu menghentakan tangan dan kakinya kasar agar istri dan anak sulungnya tidak mencegah langkahnya lagi. Jungkook semakin berteriak memanggil kakaknya sambil berusaha menarik tangan kanannya dari cengkraman kuat dan kasar dari sang ayah.
Langkah ayahnya berlanjut. Yoongi bangkit kembali dan berlari mengejar mobil ayahnya yang sedang melaju kencang.
Jungkook yang duduk di kursi penumpang itu menatap kakaknya sembari menangis keras.
"Kakak"
Yoongi kepayahan mengejar mobil itu. Dia hanya anak kecil yang tidak ingin adiknya pergi. Tapi dia pantang menyerah, kaki kecil itu masih tetap berlari sampai ada batu besar yang menyandung kakinya. Menghalangi dirinya untuk mengejar mobil yang membawa Jungkook pergi.
Tubuh anak kecil itu akhirnya melemas, tidak peduli pada lututnya yang berdarah dan pergelangan kakinya yang membiru. Dia terlalu takut sesuatu yang buruk terjadi pada sang adik. Dia tidak mau.
Tapi agaknya itu hanya angan semata. Karena sejak ayahnya membawa Jungkook, dia tidak bisa menemukan adiknya dimanapun.
Dan kenyataan selanjutnya yang dia harus terima adalah ibunya menjadi tidak waras. Setiap hari selalu menangis, tertawa, bahkan marah jika baju bayi Jungkook yang ada ditangannya direbut orang lain walau itu adalah anak sulungnya sekalipun.
Sejak hari itu Yoongi kehilangan senyumnya. Setiap hari hanya ketakutan yang dia rasa.{}
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos [YoonKook] // Completed
FanficYoongi harus menjalani hari-hari yang berat setelah ayahnya pergi meninggalkan dia dan ibunya, ayahnya sedang mabuk itu juga dengan kejam memukul, menyeret, juga membentak adiknya Jungkook yang masih kecil. Ayahnya mengatakan bahwa dia tidak akan k...