Yoongi berjalan menyusuri jalanan kota Seoul yang sudah sepi karena hari sudah akan tengah malam. Iya tengah malam dan dia masih berjalan mencari seseorang yang menjadi tujuan hidupnya selama ini. Yoongi bahkan tidak tau arah dan tujuannya. Dia selalu bermodalkan niat dan keyakinannya untuk tetap mencari.
Jangan tanyakan kapan dia herhenti karena dia tidak mau berhenti sampai dia menemukan Jungkook. Mimpinya kemarin malam juga masih dia ingat dengan sangat bagaimana suara Jungkook yang meminta tolong padanya. Suara seseorang yang sedang putus asa.
Kakak merindukanmu, jungkook. Kau ada dimana?
Yoongi kembali membuka pintu kantor polisi itu dan berjalan cepat menuju meja yang ada didepannya. Meja milik Namjoon yang sudah sangat mengenalnya dengan baik dan juga sudah sering Yoongi mintai tolong untuk segala hal.
"Yoon, maaf. Aku sudah mencari lagi hari ini, tapi nihil. Tapi aku sudah memperbarui sketsa wajah Jungkook yang bisa kita jadikan petunjuk"
Kaki Yoongi melemas dan ia terduduk lemas seketika. Lagi-lagi seperti ini tidak ada petunjuk dan selalu gagal.
"Yoon, kita tidak boleh kehilangan harapan. Aku janji akan membantumu"
"Rasanya kita sudah mengerahkan segala cara untuk mencarinya. Tapi satupun, satupun tidak ada yang berhasil", Yoongi memukul pelan meja kerja Namjoon, berniat melampiaskan kesal yang berkecamuk dalam dadanya.
"Yoon.."
"Kenapa begitu sulit hanya untuk menemukannya, Joon? Kenapa? Aku hanya ingin memeluk adikku. Kenapa sampai sekarang Tuhan tidak mengizinkan itu?", ucapan Yoongi disela isak tangisnya itu membuat Namjoon merasa bodoh karena belum bisa membuat harapan sahabatnya ini terkabul.
Tuhan, bantu kami.
Namjoon menggenggam tangan kanan Yoongi yang kini mengepal erat didepannya. Berusaha meyakinkan kembali sahabatnya yang sedang dirundung duka itu.
"Joon, aku ingin menyerah.."
"Tidak!" Namjoon yang kini berhadapan dengan Yoongi memberinya tatapan sarat keyakinan pada janjinya itu. "Kita sudah sejauh ini, Yoon. Kita sudah melewati banyak hal bahkan yang lebih sulit dari ini. Kau bahkan yang selalu memaksaku untuk tidak menyerah, dan sampai sekarang pun aku masih tidak akan menyerah. Aku yakin kita bisa menemukan Jungkook dimanapun dia"
"Yoongi, kita akan berupaya. Aku janji akan membantumu melawan ini semua sampai kita bisa menemukan Jungkook"
Yoongi mengusap air matanya kasar dan menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. Dia kembali meyakinkan hatinya untuk tidak menyerah. Namjoon dan Yoongi membisu untuk kembali menata hati mereka masing-masing. Sampai akhirnya Namjoon membuka suara kembali.
"Yoon, apa kau tidak ingat teman ayahmu? Atau rekan kerja mungkin? Karena satu-satunya cara agar kita bisa menemukan Jungkook adalah dengan bertemu ayahmu lalu kita bisa semakin dekat dengan Jungkook"
Yoongi menggeleng lemas, "Aku tidak mengenal siapapun teman ayahku. Aku masih terlalu kecil saat itu"
Namjoon merutuki dirinya berkali-kali. Kenapa dia bisa lupa bahwa kejadian naas itu terjadi saat Yoongi masih kanak-kanak. "Yoon, kami dari pihak kepolisian mencoba mengaitkan kasus hilangnya Jungkook dan kasus penganiayaan dan penculikan anak di Seoul beberapa tahun belakangan. Bedanya Jungkook tidak di culik, ayahmu yang mengantarkannya. Aku tidak tau pasti tapi tidak ada salahnya untuk mencoba menelusuri ini"
"Yoon sindikat ini sudah bertahun-tahun lamanya buron. Kami juga sudah menyusuri semua jejak mereka tapi memang saat ini mereka masih belum bisa tertangkap. Bahkan kami masih menerima laporan anak hilang seusia Jungkook, dan mereka pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi. Aku tidak ingin mengatakan bahwa Jungkook adalah korban atau ayahmu adalah anggota sindikat itu"
Penjelasan Namjoon barusan sukses membuat telinganya tertutup untuk hal apapun selain pada penjelasan Namjoon berikutnya. "Yoon aku hanya mengira saja. Aku menemukan mobil ayahmu yang ternyata ada di tengah hutan beberapa hari yang lalu, kami baru menerima laporan ada seseorang yang mencurigakan masuk ke hutan itu dan kami menemukan mobil ayahmu, tapi tidak ada siapapun disana. Yoon, dalam mobil itu tidak ada apapun selain.."
Yoongi refleks mendekatkan dirinya pada Namjoon.
"Selain foto Jungkook kecil dan juga..pisau dengan darah disampingnya. Itu adalah cara sindikat penculik itu untuk mengelabui polisi dan membawa lari korban"
Yoongi semakin tidak bisa mengendalikan dirinya mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui itu.
"Aku tidak ingin kau khawatir, tapi kau harus tau ini", Namjoon menyodorkan plastik yang berisi kalung dengan liontin cincin. Benda itu membuat mata Yoongi membola terkejut tangannya bahkan gemetar hebat dan berusaha merain benda itu perlahan.
"Ini, ini kalung Jungkook. Namjoon aku yakin ini miliknya. Ini milik adikku. Lihat bahkan aku memiliki kalung yang sama. Ini kado dari ibu untuk kami. Namjoon ini miliknya aku tidak bohong"
"Ini ada di dekat pisau itu Yoon. Ini membuatku semakin yakin Jungkook bisa saja adalah korban dari sindikat penculik anak itu"
Yoongi semakin mengeratkan kepalan tangannya. Ia bahkan ingin mengacak-ngacak kantor Namjoon sekarang. Yoongi marah pada ayahnya yang ternyata benar-benar menjual Jungkook. Jika ternyata itu benar Yoongi tidak akan mengakuinya sebagai ayahnya. Dia terlampau tidak peduli dengan kata anak durhaka yang akan dia terima setelah itu. Menurutnya orang itu tidak pantas menjadi ayahnya lagi.
Otak Yoongi penuh dengan fikiran buruk sekarang. Adiknya baik-baik saja? Hah...apanya. Yang ada adiknya pasti sedang menjerit minta tolong padanya seperti dalam mimpi itu. Adiknya kini tengah menanggung lukanya sendiri dan itu pasti. Yoongi semakin merasa tidak berguna untuk hal ini.
"Jangan khawatir, Yoon. Kita cari ayahmu setelahnya kita akan bisa menjemput Jungkook"
"Di hutan mana mobil ayahku itu?"
"Yoon, kau tidak boleh kesana kami masih menyelidikinya. Kau jangan menghalangi kami atau kau akan kesulitan karenanya"
"Lalu aku harus apa? Diam saja? Aku sudah tau adikku sedang menderita dengan sindikat sialan itu, dan kau menyuruhku diam!!"
"Yoongi! Aku sudah bilang kami hanya menghubungkan itu. Ini praduga kami. Kami membantumu dan tolong juga bantu kami dengan percaya sepenuhnya pada semua usaha yang sudah kami kerahkan. Kami menyuruhmu diam bukan berarti kau tidak berbuat apa-apa! Jika kau bergerak dengan gegabah, hanya karena praduga saja maka bisa kupastikan semua rencana akan gagal dan itu karenamu!"
Namjoon tau ini hal bodoh, berbicara panjang lebar pada orang yang sedang kacau dengan tatapan sarat kemarahan namun juga sedang dipenuhi air mata itu.
"Aku tau kau ingin menemukannya. Akupun begitu. Jadi bersabarlah. Ini cuma masalah waktu, aku merasa kita semakin dekat. Aku akan berusaha semampuku. Aku tidak akan menyerah pada kasus ini seperti yang lain"
Pundak Yoongi yang sebelumnya menegang itu akhirnya melemas dan perlahan Namjoon dapat merasakan teman sekaligus kliennya ini sudah tenang dan bisa diajak bekerja sama. Yoongi pun tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Harus senang atau sedih, dia tidak tau.
Semuanya serasa berkecamuk jadi satu dalam dirinya. {}
Souyaa
Terimakasih sudah membaca👏👏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos [YoonKook] // Completed
أدب الهواةYoongi harus menjalani hari-hari yang berat setelah ayahnya pergi meninggalkan dia dan ibunya, ayahnya sedang mabuk itu juga dengan kejam memukul, menyeret, juga membentak adiknya Jungkook yang masih kecil. Ayahnya mengatakan bahwa dia tidak akan k...