part five - help me

4.2K 418 18
                                    

Jungkook hanya duduk tenang dan menatap gelap di matanya. Kosong, tidak ada apapun yang bisa dia lihat. Ketika dia membuka mata hari ini hanya satu hal yang dia ada dalam benaknya; ternyata aku masih hidup hari ini. Tidak ada yang Jungkook sesali, dia bahagia bisa diberi kesempatan untuk hari baru dengan harapan kalau seseorang yang akan membuka pintu gudang yang menjadi kamarnya saat ini adalah seseorang yang dia nantikan sepanjang hidupnya. Meski Jungkook sendiri tidak bisa memastikan apakah kakaknya akan sangat bahagia jika melihat kondisinya sekarang. Dia bukan lagi adik yang membanggakan untuk kakaknya, dia hanya seseorang yang begitu menyedihkan.

Jungkook kembali meringis kesakitan di punggung kanannya. Tepat pada bekas jahitan pengangkatan ginjal yang terpaksa dia lakukan. Jungkook hanya bisa merabanya saja, merasakan bagaimana nyeri yang kini menjalar sampai kepala belakangnya. Tempat pukulan dan rambutnya yang sering dijambak paksa oleh sipembeli tubuhnya.

BRAK!

Jungkook sudah tidak terkejut lagi ketika pintu gudangnya dibuka dengan kasar. Langkah kaki yang marah itu datang mendekat. Jungkook refleks menggelengkan kepalanya dan menggigil ketakutan. Kakinya yang penuh luka lebam itu dia paksa untuk mundur kebelakang meski dengan diseret. Tapi dengan cepat pria bernama Hanbin itu mencengkram lengannya.

"Ikut aku! Kau harus bertemu ayah!"

Jungkook menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak mau bertemu dengan seseorang yang membuatnya menderita.

"Ikut!!" Hanbin menarik Jungkook dengan paksa tanpa rasa kasihan pada pergelangan kaki Jungkook yang kini membiru karena diinjak ayahnya kemarin.

Jungkook hanya bisa pasrah, sampai tubuh lemahnya didorong Hanbin sampai kepalanya membentur ujung meja pun Hanbin tetap tidak merasa kasihan. Bagi Hanbin, Jungkook itu adalah barang yang diberikan ayahnya untuk bersenang-senang.

Jungkook hanya menangis tanpa isakan saja menerima semua ini. Untuk berteriak saja tidak tidak berani. Dia tidak berdaya bahkan untuk meminta tolong.

"Kau harus ku buang Jungkook! Kau sudah tidak berguna lagi! Tubuhmu sudah tidak ada yang bisa aku jual!"

Jungkook hanya menundukan kepalanya dalam dan menangisi nasibnya yang terbuang kemana-mana. Bahunya bergetar hebat karena dengan keadaannya yang sekarang bagaimana dia bisa tau dia dibawa kemana. Semuanya semakin rumit. Kepalanya yang sedari tadi dia tundukan itu terangkat saat rambut hitamnya dijambak kuat oleh pria yang menyiksanya.

"Tapi...kau tidak akan kemana-mana sebelum aku memberimu kado terakhir", Ujar pria itu dengan sedikit berbisik di telinga kanan Jungkook dengan menakutkan.

Jungkook menggelengkan kepalanya kuat dengan bibirnya yang bergetar seraya mengucapkan kata "Jangan, aku mohon" berkali-kali tanpa suara.

Pria itu tertawa dengan keras sembari menarik kasar tubuh Jungkook dengan jambakan di kepalanya yang belum terlepas. Sakit, sakit sekali. Jungkook hanya bisa menangis saja dia tidak mengerti dengan apa yang pria paruh baya itu inginkan. Apa yang bisa dia lakukan dengan kondisi sekarang? Bukankah pria itu harusnya bisa melihat tubuhnya yang sudah rapuh itu?

Jungkook merasa tubuhnya dilempar di kasur yang empuk lalu dengan tangan bergetarnya dia meraba sekitar, mencari barang atau sesuatu yang bisa dia pakai untuk melindungi dirinya. Tangannya kembali diremat kasar dan dengan cepat Jungkook bisa merasakan jarum yang menyayat kulitnya. Jungkook kembali merintih sakit untuk itu.

"Kau harus aku berikan kado, sebelum kau aku buang Jungkook! Ini kadoku", pria itu kemudian tertawa ketika berhasil menyuntikan obat terlarang dalam tubuh Jungkook. Beberapa detik setelahnya Jungkook seperti tidak bisa mengendalikan tubunya sendiri. Dia menggigil tapi tidak kedinginan, tubuhnya melemas namun juga berontak meminta sesuatu.

Pria semakin tertawa keras dan begitu  menikmati pemandangan tubuh Jungkook yang sudah dia suntukan obat terlarang miliknya.

"Aku berhasil membalaskan dendamku pada keluargamu, Jungkook! Kau tidak tau betapa senangnya aku saat aku bisa mengambil alih semua harta ayahmu, semuanya. Termasuk juga dirimu yang sudah dia jual dengan harga yang murah. Kau tidak tau betapa aku sangat bahagia menikmati penderitaanmu selama ini!! Dan untuk yang terakhir sebagai penutupnya aku akan memberikan penderitaan pada kakakmu!"

Ketika kakaknya disebut Jungkook langsung memaksa tubuhnya untuk bangkit dan bersujud dikaki pria dihadapannya. Meminta dan memohon agar pria itu tidak berbuat jahat pada kakaknya.

"Hah! Kau masih saja bersikap seolah keluargamu menginginkanmu, ayahmu saja membuangmu Jungkook. Lalu apa kau bisa memastikan kakakmu akan menerimamu dengan kondisi begini", pria itu berjongkok dan mencengkram erat dagu Jungkook, membuat Jungkook semakin menderita adalah hal yang dia suka, "Kau hanya orang menyedihkan, buta, tidak punya harga diri, dan kau selanjutnya akan menjadi pecandu Jungkook! Pecandu!"

Satu detik setelahnya, tidak ada yang Jungkook fikirkan selain untuk mengakhiri hidupnya dan melupakan mimpi untuk bertemu sang kakak.

Ceklek

Pintu kamar itu dibuka oleh Taehyung yang sedang menenteng tas kuliah di salah satu bahunya. Dia menatap apa yang ayahnya dan pemuda yang sudah menjadi sandra ayahnya itu dengan tatapan datar dan tidak peduli.

"Jimin sudah menjemputku ayah. Aku harus kuliah"

Pria dengan sebutan ayah itu menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekat pada Taehyung. Tangan itu terangkat untuk membersihkan debu yang bahkan tidak ada di bahu Taehyung, "Hanbin akan mengantarmu"

"Aku sudah cukup malu dengan kelakuan ayah, aku tidak mau malu juga karena kakak. Aku bisa melakukan apapun sendiri", Taehyung melirik Jungkook yang masih bersujud seakan masih memohon untuk sesuatu. Taehyung merasa iba tapi dia juga tidak tau kenapa anak itu bisa menjadi tawanan ayahnya.

Taehyung juga dapat melihat ada darah yang menetes dari wajah Jungkook. Taehyung sebenarnya sudah sangat tau apa saja yang ayahnnya lakukan pada anak itu, tapi Taehyung seperti tidak punya hati juga karena membiarkannya. Taehyung tidak tau apa-apa soal pemuda dihadapannya.

"Taehyung, kau sudah tau kenapa ayah melakukan ini, bukan?"

"Jimin sudah menungguku ayah", Taehyung melengos dan memutuskan untuk mempercepat langkah kakinya pergi. Dia malu, sangat malu memiliki ayah seorang penjahat seperti ini. Dia rasanya ingin melapor pada polisi tentang kejahatan ayahnya. Tapi hal itu urung karena ayahnya selalu bilang

Kau akan bernasib seperti anak dalam gudang itu jika kau melawan ayah.

Iya, Taehyung benci itu. Dia tidak mau buta, dilecehkan, diambil organnya, dipukul, dihina, disiksa, Taehyung tidak mau semuanya.

"Kau benar-benar lama, sampai aku baru saja memutuskan untuk masuk kedalam rumahmu"

Lamunan Taehyung buyar begitu suara khas dari Jimin menyapanya ketika dia sudah sampai di pintu gerbang. "Maaf, aku harus pamit pada ayah"

Jimin menerbitkan senyum manis lalu menganggukan kepalanya satu kali, "Aku senang kau kembali kesini setelah bersekolah ke luar negeri. Aku tidak sabar ingin mengenalkanmu pada teman-temanku"

Taehyung meremat selempang tas yang masih ada dibahunya itu, dia ragu apakah teman-teman Jimin, atau bahkan Jimin sendiri masih mau menerima Taehyung jika mereka tau sebejat apa keluarganya.

"Apa mereka akan menerimaku?"

"Tentu saja, Taehyung. Mereka akan menerimamu dengan baik. Aku sebenarnya punya banyak teman tapi yang dekat denganku hanya Hopie dan...Yoongi"

Yoongi?. {}

Souyaa

Hati-hati typo dimana-mana. 🤗🙏

Mikrokosmos [YoonKook] // CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang