part thirdteen - please, dont!

3.3K 341 20
                                    

Maaf Taehyung, aku tidak bisa. Setelah Jungkook menjalani semua terapinya aku akan membawa Jungkook pergi. Aku tidak mau dia terus mengingat semua hal buruk yang terjadi padanya.
-

Taehyung terus menatap Jungkook yang kini tengah tertidur dengan nyaman diatas bed tempatnya berbaring. Ia tidak bisa menerima jika dia tidak bertemu ibunya Jungkook. Dia pun sudah mengatakan hal yang sesumbar sekali pada Hanbin. Taehyung tidak mau gagal.

Kalau dia tidak bisa membuat ibu mereka menderita, maka Jungkook lah yang bisa dia siksa.

"Tidak akan semudah itu, Yoongi"

Senyum milik Taehyung menjadi terangkat karena melihat wajah Jungkook begitu lama. "Lihat dirimu, kau begitu menyedihkan, Min Jungkook!"

Taehyung mendekat pada Jungkook, "Kakakmu atau nyawamu, Min Jungkook!"

Jungkook tersentak seketika setelah mendengar bisikan yang entah tidak tau dari mana. Kepalanya penuh dengan suara aneh dan acak yang memenuhi isi otaknya.

Bola mata kosong itu begetar, sembari menutup telinganya kuat. Nafas Jungkook yang memburu sesak itu menandakan dia begitu ketakutan.

"Kita akhiri saja ini, Min!"

Jungkook menggelengkan kepalanya cepat, perlahan mulai beringsut mundur dari orang yang dia sendiri tidak tau siapa. Gelap yang dia lihat kini semakin pekat menyelimutinya.

"Kakakmu itu-

"Ti-dak!", akhinya Jungkook bersuara yang tercekat serasa orang tercekik. Sekian lama dia membisu pada seseorang yang akan menyakitinya. Hal itu dibiarkan saja oleh Jungkook, tapi kali ini nama Kakaknya sedang disebut-sebut.

"Heh!" Taehyung berdecih kesal. Tangan Taehyung tergerak untuk mencengkram leher Jungkook.

"Kau tidak akan pernah bahagia, Min Jungkook! Kau tau demi dirimu aku bahkan melihat ayahku yang melubangi kepalanya sendiri! Kakakku dipenjara seumur hidupnya! Kau pikir kau bisa hidup enak setelah itu? Tidak! Tidak akan, Min Jungkook! Jika aku tak bisa melihat orang tuaku. Maka kau pun begitu!"

Cengkraman Taehyung pada leher Jungkook itu semakin kuat, dapat dipastikan bekas luka membiru akan tercipta disana.

"Sayangnya kau itu buta sekarang, jadi kau tak akan bisa melihat jasad ibumu"

Taehyung tidak peduli lagi apa yang salah dan apa yang benar, saat ini dia hanya ingin orang yang ada dihadapannya merasakan bagaimana dia harus hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.

"Min, aku sudah sangat sering melihat ayahku melubangi kepala orang lain, bagian tubuh yang terpisah, atau pelecehan yang ayahku lakukan. Sampai pada akhir hayatnya dia tetap melakukan semua itu"

Jungkook makin tidak bisa bernafas saat Taehyung makin mempererat rematan tangannya. "Aku bisa melakukan semua itu, Min! Pada siapapun!"

Air mata kesakitan Jungkook menetes ketika mendengar ancaman yang mengarah pada keluarganya. Dia tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada orang yang begitu dia sayangi.

"Kau tau apa lagi? Ternyata ayahku itu adalah ayahmu juga. Hah! Dia melecehkan ibumu dan akhirnya membuat ibumu melahirkanmu kedunia. Lalu ayahku membelimu dan menyiksamu!"

Taehyung makin tertawa keras dan begitu menakutkan bagi Jungkook. Sejujurnya sejak awal Jungkook tidak tau siapa yang tengah mencekiknya sekarang namun ketika orang ini mengatakan kata 'membeli' Jungkook seperti dipaksa untuk memutar memori kelamnya.

Bagaimana harga dirinya diinjak-injak dan hanya hidup dengan modal harapan bertemu kakaknya. Jungkook juga tidak bodoh. Orang ini adalah anak dari orang tersebut dan mengatakan ibunya tengah dilecehkan olehnya juga. Jungkook punya kakak lain selain Yoongi.

Jungkook makin sulit untuk menghirup oksigen yang ada disekitarnya. Wajahnya sudah memerah dan tenggorokannya sudah sangat panas. Seakan itu belum cukup tubuh lemahnya dipaksa untuk berjalan yang membuat infusnya terlepas dengan paksa.

Taehyung memukul perut dan wajah Jungkook membuat luka lebam disana. Dengan kasar, Taehyung menghempaskan tubuh tidak berdaya itu kedinding. Tanpa belas kasihan sedikitpun Taehyung makin terkekeh senang karena melihat ekspresi ketakutan dan juga tangis Jungkook yang sekarang sudah menjadi hiburan tersendiri baginya.

Langkah Taehyung perlahan menuju pada Jungkook yang tengah meringkuk. Setelah cukup dekat, Taehyung menendang perut Jungkook dan membuatnya terbatuk keras. Bukan hanya sekali, Taehyung terus melakukan itu sampai dirinya puas.

"Kutanya sekali lagi padamu, Min Jungkook. Nyawamu, atau nyawa keluargamu?!"

Segala sisi tubuh Jungkook terlalu sakit untuk menjawab apa yang orang itu tanyakan. Jungkook kembali terbatuk beberapa kali, hal itu membuat Taehyung semakin jengah karena tidak segera mendapat jawaban.

Taehyung menjambak rambut hitam Jungkook yang terasa semakin tipis karena sudah sering beberapa orang melakukan itu. Taehyung kemudian menghantamkan kepala Jungkook pada dinding sebanyak dua kali. Jungkook hanya bisa memekik tertahan akibat segala rasa sakit dikepalanya.

"Bagaimana? Otakmu sudah berfungsi untuk berfikir?", Taehyung tersenyum melihat orang yang ternyata begitu mudah sekali dia buat menderita. "Aku tidak tau kalau menyiksamu begitu menyenangkan. Pantas ayah senang sekali melakukannya"

Jungkook berusaha melepas tangan yang masih menjambak rambutnya dengan kuat itu. Dia tidak mau diperlakukan seperti ini. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain bertahan dan menunggu siapa saja datang menyelamatkannya seperti yang sudah-sudah.

"Ja-ngan, Sa-kiti, K-kakakku", Jungkook memohon dengan tangis dan suara terbata yang keluar dari pita suara yang sempat terhimpit akibat cekikan yang begitu menyiksanya.

Taehyung sekali lagi menghantamkan kepala Jungkook pada tembok yang ada disampingnya dengan kuat. Seperti yang Jungkook duga, jika dia mengeluarkan suara sedikit saja maka rasa sakit sebagai balasannya. Itulah mengapa Jungkook lebih memilih untuk diam selama ini.

"Berarti kau memilih nyawamu untuk terbunuh, Jungkook?"

Jungkook menganggukan kepalanya perlahan. Dia pun sebenarnya sudah memikirkan ini. Jungkook sekarang bukan lagi adik yang penuh dengan cita-cita dan semangat juang yang tinggi.

"K-kak Y-yoongi, akan men-derita jika aku mati. Bunuh saja a-ku", Jungkook tidak akan pernah main-main dengan ucapannya. Kakaknya tentu akan menderita jika Jungkook mati, namun itu lebih baik dari pada kakaknya hidup dengan orang seperti dia.

Ingat, Jungkook yang sekarang sudah tidak berharga bahkan jika dibandingkan dengan hal buruk apapun.

Tangan Jungkook meraba pelan lantai dingin rumah sakit dan ketika dia menemukan kaki dari orang yang baru saja menyiksanya dia barulah berujar kembali, "Ja-ngan sakiti, Ka-kak-ku"

Taehyung menunduk memperhatikan wajah penuh oleh lebam yang dia buat sendiri. Tangan yang terus mengeluarkan darah karena infus yang terlepas itu tetap bisa memohon padanya. Tatapan kosong yang mengeluarkan airmata itu sejujurnya membuat Taehyung makin kasihan. Belum lagi darah yang mengalir ke pelipis Jungkook.

"Kau, boleh membunuhku, t-tapi, jangan kakak", Jungkook kembali memohon dengan bersujud dan merendahkan dirinya. Toh.. Jungkook sudah tidak memiliki harga diri lagi kan?

Taehyung menatap Jungkook dengan tatapan yang sulit diartikan. Jungkook itu adiknya tapi sedikitpun Taehyung tidak bisa merasakan rasa sayang untuk Jungkook. Tidak ada rasa belas kasihan untuknya, yang adalah rasa benci dan tangan yang begitu gatal untuk memukul.

Ayahnya, ingin membunuh salah satu diantara mereka berdua. Taehyung sangat ingat bahwa keinginan sang ayah yang satu itu. Keinginan yang berulang kali terdengar ditelinga Taehyung sejak dia masih kecil sampai ayahnya bertemu malaikat maut. Membunuh Yoongi atau Jungkook. {}

Mikrokosmos [YoonKook] // CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang