Ratih
Kepergian Bang Juned telah merenggut sebagian asa yang masih kusimpan padanya, asa untuk bisa hidup bersama selayaknya keluarga lain, asa akan kedatangan Bang Juned untuk menemui kami walaupun tak lama. Tapi takdir tak bisa dibantah, semua mimpi dan asa harus kukubur dalam-dalam. Biarlah kenangan Bang Juned kubawa bersama mimpi dimalam sunyi.
Tahun-tahun kulalui dengan kerja keras untuk kembali mencukupi kehidupanku dan Raja. Selagi tenagaku mampu melakukan dan rezeki yang kudapatkan halal, aku rela walaupun harus jadi buruh cuci gosok dari rumah ke rumah setiap harinya. Di hari libur kadang Raja ikut ke tempatku bekerja, dia hanya duduk dan memandangiku yang sedang bermandi peluh dan busa sabun mencuci pakaian orang-orang kaya. Semoga kelak engkau menyadari Nak, betapa besar dan berat apa yang kulakukan untuk mencukupi hidup dan pendidikanmu seorang diri.
Raja pun tumbuh dengan aturan keras dariku, pulang sekolah langsung makan, kerjakan PR dan harus tidur siang. Karena aku cukup cerewet dan nyinyir Raja pun patuh dengan semua aturanku. Di sekolah pun Raja menjadi juara kelas.
3 tahun menjanda, sebagai janda muda beranak satu, tak sedikit laki-laki yang datang padaku. Walaupun hanya buruh cuci, ternyata peminatku cukup banyak. Mulai dari tukang parkir, pedagang ayam di pasar, sopir angkot bahkan ada oknum polisi yang merayuku untuk jadi istri keduanya. Istri kedua lagi? Aku tertawa miris, cukuplah kesalahan ku dimasa lalu, aku tak akan pernah mengulanginya lagi.
Salah seorang tetanggaku begitu gencar menjodohkanku dengan Pak Han. Katanya beliau Duda, berumur sekitar 45 tahun, lebih tua dari Bang Juned. Pak Han sopir angkot, yang entah bagaimana sering melihatku pulang dari belanja di pasar tak jauh dari rumah. Dikenalkan denganku, Pak Han sepertinya serius untuk melamarku.
Pak Han bercerita, dia sudah 1 tahun bercerai dengan istrinya secara agama. Anaknya ada dua yang semuanya dibawa mantan istri. Pak Han ingin menikahiku dan berjanji akan menyayangi dan membiayai Raja. Pendekatan beberapa bulan akhirnya membuatku luluh juga dengan desakan Pak Han untuk segera menikah dengannya. Aku yang nyaris tak pernah merasakan bagaimana berumahtangga seperti layaknya orang lain, tinggal serumah, makan bersama, tidur bersama, dan sebagai istri aku mengurus semua keperluan suami, yang hampir tak kurasakan saat menjadi istri Bang Juned. Tentu saja bersama Pak Han kuharapkan keinginan itu terwujud.
💥💥💥
"Saya terima nikah dan kawinnya, Ratih binti Warman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar Tuuuunai...." lantang dan yakin Pak han mengucapkan ijab kabul dihadapan penghulu yang kami lakukan di kantor KUA tak jauh dari kontrakanku. Saat itulah, Pak Han resmi menjadi suamiku..suami kedua, dengan sejuta harap hidupku bersama Pak Han akan membawa perubahan kearah yang lebih baik.
Malam pertama dengan Pak Han membuatku grogi, bersama Bang Juned tahun-tahun terakhir nyaris tak pernah kami lakukan. Aku yang terbiasa tidur memeluk Raja, mulai malam ini harus tidur dengan Pak Han dan Raja tidur di depan TV ruang tamu, karena kontrakanku hanya satu kamar tidur.
Aku pun sudah berhenti meminum pil KB yang rutin kulakukan setelah melahirkan Raja sejak Bang Juned meninggal. Aku berharap bersama Pak Han kami bisa memberikan Raja adik, dan sempurnalah keluarga kami.
Bulan-bulan pertama adalah bulan yang membahagiakan bagiku. Aku mengurus Pak Han selayaknya istri, bahagia rasanya bisa mencuci dan menyiapkan pakaian suami setiap hari. Memasak untuk suami yang pulang disiang hari untuk istirahat dan kembali narik angkot sampai malam hari. Pak Han pun memberikan nafkah yang cukup dan melarangku untuk bekerja jadi buruh cuci. Tentu saja aku senang, akhirnya aku merasakan bagaimana dicintai dan diperlakukan selayaknya istri...
Namun sepertinya aku tak berhak menikmati bahagia lebih lama, tak sampai 6 bulan Pak Han mulai berubah, uang belanja yang setiap hari diberikan padaku, mulai dikuranginya, tidak sedikit tapi banyak, mungkin sepertiga dari biasanya. Kadang Pak Han pun tak pulang saat jam makan siang, beberapa kali malah tak pulang untuk tidur dimalam hari. Alasannya ada acara dengan teman-temannya. Yah, aku diam saja dan tidak banyak protes.
Lalu kupertanyakan bagaimana proses perceraiannya dengan istri pertama yang masih belum tuntas di Pengadilan Agama, ada saja alasannya untuk tidak mengurus. Walaupun pernikahan kami tetap berlangsung di KUA dengan data yang dimanipulasi kalau Pak Han sudah duda ( kala sistem belum sebaik sekarang, banyak data yang dimanipulasi untuk memudahkan).
Janji-janji Pak Han pun mulai diingkari satu-persatu, waktu luangnya jarang dihabiskan dirumah bersama kami. Bisik-bisik tetangga mulai terdengar sampai ketelingaku. Pak Han sering mengunjungi mantan istrinya!! Kecewa kembali kurasakan, walaupun luka berulang kali menoreh hatiku, tapi mendengar berita itu hatiku sungguh tak terima. Aku menikah bukan dengan suami orang, tapi duda walaupun baru bercerai secara agama. Tapi sudah talak tiga, haram bagi mereka untuk kembali, kecuali si mantan istri menikah lagi dan bercerai dengan laki-laki lain.
"Pak, kudengar sekarang sering ke rumah mantan!" Protesku sewot saat Pak Han akan beranjak tidur.
"Cuma menengok anak-anak Tih" alasannya santai.
"Tapi bukan menginap disana kan?? Jangan bilang Pak Han bohong alasab ada acara dengan teman-teman tapi tidur di rumah mantan!" Serangku langsung. Pak Han terdiam, sepertinya mencoba mencari alasan. Aku tau tuduhanmu benar, karena fillingku berkata demikian.
"Aku nginap disana apa masalahnya? Aku tidur dengan anak-anak!" Ah...alasan klise.
"Siapa yang menjamin Pak Han nggk jalan tengah malam ke kamar ibunya????" Cemburu mulai merambati hatiku, membayangkan Pak Han kembali tidur dengan mantan istri yang tak halal lagi untuk digaulinya membuatku jijik.
Lihatlah ekspresinya, dia hanya diam seperti membenarkan tuduhanku. Aku semakin kesal, aku merasa dicurangi. Jika dulu Bang Juned tidur bersama Mbak Mira itu karena masih ostri sahnya, tapi Pak Han sekarang suamiku, tak ada hak mantan istrinya untuk digauli lagi. Aku jijik melihat muka Pak Han, inilah resiko menikahi laki-laki tak paham agama sama sekali, membedakan halal haram saja tak bisa. Walaupun ilmu agamaku tak seberapa, tapi setidaknya sejak kesalahanku bersama Bang Juned dulu, aku cukup tau mana yang baik dan tidak untuk hidupku.
"Jadi uang belanja untukku sudah Pak Han bagi ke mantan??" Lanjutku melihat Pak Han terdiam. "Aku tidak masalah Pak Han membiayai anak-anak Pak Han, tapi aku tak sudi jika sering menginap disana, apalagi kembali menggauli mantanmu Pak!"
"Sudahlah Ratih! Aku capek tak mau ribut denganmu. Anak-anakku sudah sekolah, mereka 3 orang yang harus kubiayai, ibunya tidak bekerja. Kau harus tau itu!"
"Aku tau! Tapi bukan berarti hampir semua penghasilanmu diberikan pada mereka, aku istrimu Pak! Kalau tak sanggup menafkahiku, aku bisa kerja seperti dulu, jika kewajibanmu sebagai suami tak bisa ditunaikan, maka hak mu juga tak bisa kuberikan!!!" Ancamku membuat wajah Pak Han memerah menahan marah. Sikap lemah lembut dan manis yang dia perlihatkan saat mendekatiku dulu pupus sudah, aku makin melihat keegoisannya setelah hampir 1 tahun pernikahan kami.
Bersambung..
Bagaimana nasib pernikahan Ratih dengan Pak Han???
Maaf karena sibuk lebaran dan balik dari kampung ditunggu proyek dalam rumah yang tiada habis, cerbung ini agak telat tayang.. Insha Allah dilanjutkan dlm 2-3hati kedepan ya readers kesayangan😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ketiga (TAMAT)
RomanceBukanlah hal yang diinginkan Ratih menikah hingga 3 kali. Dengan berbagai masalah yang dihadapinya disetiap pernikahan. Kesedihan demi kesedihan dialaminya dalam menjalani rumah tangga. Itulah realita hidup, tak selamanya berakhir bahagia. Tak sepat...