Part 5

4.2K 209 0
                                    

Terinspirasi dari kisah nyata

Setelah ditenangkan warga, Mbak Mira mulai menangis meraung melepaskan kekesalan dihatinya. Aku hanya diam di dalam rumah, takut kalau melihatku Mbak Mira mengamuk lagi dan memilih menyusui Raja agar segera tenang dan berdoa semua akan baik-baik saja walau dalam hati aku kawatir, jika sudah begini akankah baik-baik saja?

Sebenarnya aku kasihan dengan Mbak Mira, diusianya yang sepantaran dengan Mas Juned, dia terlihat tidak terurus, penampilannya pun jauh dari kesan feminim. Pakai kaos oblong pria dan celana pendek selutut membungkus tubuh bongsornya. Rambutnya acak-acakan dan wajah polos tanpa polesan bedak membuatnya tambah dekil. Apalagi dalam kondisi perasaannya yang buruk, dia tampak menyeramkan dimataku. Oh, sempat-sempatnya aku memberikan penilaian disaat darurat seperti ini. Kalau saja dia mendengar suara hatiku yang sedang menilai dan mencemoohnya, mungkin aku sudah dicincangnya sampai lumat dan dibuang ke kali di belakang pasar itu.

Setelah setengah jam menangis, mengomel, mengutukiku dari luar rumah dan hanya jadi tontonan warga yang serba salah, mau menenangkan takut tambah mengamuk, mau diusir nggk ada yang berani mengusir. Jadi mereka membiarkan Mbak Mira sampai puas hatinya melepaskan amarah. Akhirnya Mbak Mira pergi dengan kekesalan dihati yang akan diluapkan ke Bang Juned sebagai sasaran berikutnya. Siapa yang tidak akan marah mendengar suami menikah lagi, sudah punya anak laki-laki yang selama ini didambakan. Bisik-bisik tetangga kudengar jelas dari dalam rumah.

Jika aku yang mengalami mungkin akan sama hal nya, tapi begitulah, semua pasti ada alasannya. Tak ada asap kalau tak ada api, tak mungkin suami berpaling jika tidak ada kesalahan dari kedua belah pihak. Dan akupun korban, korban cinta dan kebohongan Bang Juned. Kebohongan yang aku maafkan karena aku terlanjur mencintainya dan memiliki buah cinta.

Menjelang siang Bang Juned muncul dengan senyum yang mencoba menutupi risau dihatinya. Mungkin ada yang sudah menyampaikan kepada Bang Juned kejadian tadi pagi. Lelah di wajah itu terlihat karena dari subuh sudah sibuk mengantarkan Tahu dari pabrik ke pedagang di pasar. Biasanya Bang Juned langsung makan dan tidur siang disini, sorenya baru kembali ke pasar untuk menarik setoran pedagang.

"Bagaimana keadaan Raja dek?" Gusar suara Bang juned terdengar.

"Alhamdulillah Bang, untuk Mpok Elin tadi bantu mengambil paksa Raja dari tangan Mbak Mira, kalau tidak Adek nggk bisa bayangin apa yang akan terjadi Bang..." meleleh air mataku mengingatnya. Bang Juned mencium Raja yang sedang tertidur, meredakan rasa kawatir dalam hatinya.

"Mira tabiatnya memang keras dan nekat Dek, itulah yang Abang kawatirkan selama ini. Sebelumnya dia pun pernah mengancam akan terjun ke jurang membawa Rara dan Naya serta jika ketahuan Abang menikah lagi...ancaman itu sudah sering dia lontarkan. Walaupun Abang tau dia tidak akan berani, tapi tetap saja kejiwaannya mengkhawatirkan!"

"Adek takut Mbak Mira datang lagi dan berbuat nekat Bang..apa perlu kita pindah dari sini biar aman??" Ujarku menyampaikan kekawatiranku.

"Sebaiknya Adek dan Raja pulang kampung dulu sampai Mira agak tenang, nanti kita cari kontrakan lain yang tidak akan diketahui Mira" bujuk Bang Juned. Aku bisa apa? Beginilah nasib jadi yang kedua, walaupun katanya aku yang dicintainya, tetap saja posisiku tak aman dan akan selalu terancam.

"Tapi Adek nggk mau lama-lama dikampung Bang, nanti jadi bahan gosip kalau Adek dicampakkan" rajukku nelangsa. Jujur aku kawatir, jika lama di kampung nanti Bang juned lupa padaku dan Raja.

"Iya, seminggu atau sepuluh hari saja, nanti kalau Mira sudah agak tenang, Abang jemput Adek dan Raja ya" jawab Bang Juned menenangkan dan menghapus air mataku dengan lembut. "Sekarang Abang pulang ke rumah Mira dulu, nanti Abang kesini lagi ya" tukasnya sambil mencium keningku. Aku mengangguk dan berdoa semoga permasalahan ini bisa selesai. Aku kasian melihat Bang Juned yang tampak stress dengan tekanan dari kanan kiri. Derita beristri dua!!

********

Aku kaget dengan kedatangan Bang Juned setelah magrib, wajahnya kusut sekusut pakaian yang belum diganti dari siang tadi. Ditangannya tampak pakaian yang dimasukkan kedalam kantong kresek hitam.

"Mira mengusirku Dek, pakaian Abang dicampakkannya ke halaman saat Abang tiba disana!" Bang Juned bercerita sambil membuka kancing bajunya.

Aku hanya diam tak tau harus menjawab apa, dalam hatiku bersorak, jika begitu Bang Juned akan tinggal denganku untuk seterusnya. Sungguh bahagiaku menari-nari diatas kemarahan Mbak Mira. Ku perhatikan wajah Bang Juned yang terlihat berusaha tenang, walaupun tak mampu menyembunyikan kegelisahan hatinya, aku tau Bang juned berat berpisah dengan anak-anaknya.

"Mandi dulu Bang, biar ku siapkan makan malam.." aku berusaha mengalihkan pembicaraan dan bergegas ke dapur. Bang juned pun segera masuk ke kamar mandi dan menutupnya, kudengar isak tertahan dari sana, Bang Juned menangis...kenapa? Takut kehilangan Mira kah??

Bersambung...

Pernikahan Ketiga (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang