Jika pernikahan hanya untuk menambah luka dan sengsara, adakah alasan untuk mempertahankannya??
"Ratih...kita harus bicara!" Terlambat aku membalikkan badan, Pak Han langsung mengejar dan menarik tanganku.
"Maaf Pak, tak ada yang harus dibicarakan..aku mau kita cerai, dan aku akan segera mengurus perceraian kita!" Tegasku sembari menepis kasar tangan Pak Han dilenganku.
"Dengar dulu penjelasanku Tih..."
"Tak perlu dijelaskan Pak, semua sudah jelas...aku tak bisa hidup bersama laki-laki tak punya pendirian dan pembohong sepertimu..!" Desisku tajam. Ayolah Pak Han...aku muak melihatmu, tak ada lagi sisa cinta dan rinduku padamu.
"Tapi tak bisa seperti ini Ratih, aku masih ingin bersamamu..apa yang kau lihat itu hanya kesalahpahaman...Ijum menjebakku disana..." sesal Pak Han membuatku makin jijik.
"Salah paham?? Ditempat umum saja berani seperti itu? Apa kabar kalau dirumahnya?? Menjebak?? Kau saja menikmatinya kan Pak? Sudahlah.... jangan habiskan energimu mengejarku, lebih baik urus si Ijum dan anak-anakmu, aku tegaskan sekali lagi..aku mau kita cerai!!!"
"Ratih..maafkan aku..aku khilaf...aku tak mau menceraikanmu..." Dia berbelit-belut bukan?? Tadi katanya dijebak, sekarang khilaf..dasar!!! Walaupun Pak Han menunjukkan kesungguhannya meminta maaf, tapi hatiku sudah tak bisa menerimanya. Apa yang akan kuharapkan darinya kini??
"Kumaafkan Pak, tapi aku tak bisa melanjutkan pernikahan ini, lanjutkan saja pernikahanmu dengan Ijum itu lebih baik!" Tandasku mengakhiri pembicaraan dan bergerak meninggalkannya.
"Tunggu Ratih, dimana kau tinggal sekarang?? Aku cari dikontrakan kau tak pernah ada...." Pak Han kembali menarik tanganku. Aku berhenti dan menatap wajahnya yang lelah dan putus asa. Cih..aku takkan takkan iba.
"Bukan urusanmu Pak, yang pasti kami bisa hidup tanpamu dan tanpa harus sakit hati karena terus-terusan dibohongi! Pakaianmu masih ada dikontrakan itu, ambil saja...besok sudah harus dikosongkan....Lepaskan tanganmu atau aku akan teriak!" Pak Han pun melepaskan tangannya tapi masih menatapku penuh harap..
"Jangan temui aku lagi Pak...! sudah cukup menyakiti hatiku..dan aku takkan mau jatuh lubang yang sama!" Lanjutku tanpa memberinya kesempatan untuk membujukku lagi.. luruh sudah airmata yang kutahan sejak tadi, cukup Pak Han..cukup sampai disini..dan aku takkan lagi mengharapkan dan mengingatmu... Aku siap melanjutkan hidup tanpamu, aku bisa..karena aku terbiasa tak bergantung pada siapapun, jadi tukang cucipun aku bisa hidup tanpa harus sakit hati jika bertahan denganmu....
💥💥💥
Hari-hariku pun dilewati dengan bekerja serajin mungkin, agar Bu Tin tetap mempekerjakanku dan aku bisa menyimpan sebagian gajiku. Sesekali masih kudengar Pak Han mencariku, bertanya pada tetangga dikontrakan dulu, tapi mereka mengatakan tak tau, mereka mendukungku berpisah dengan Pak Han, walaupun dia tak mau berpisah denganku, namun pintu hatiku benar-benar sudah kututup untuknya.
Tanpa kejelasan hubunganku dengan Pak Han pun terombang ambing, aku memutuskan untuk menuntut cerai ke Pengadilan Agama, tapi Pak Han masih menolak. Prosesnya pun alot dan lama, disetiap kesempatan Pak Han masih membujukku untuk kembali padanya, namun aku tak bergeming...cintaku tak sedalam bayangannya, dengan mudah hatiku melupakannya yang tersisa hanya kecewa dan sakit. Aku memaafkan tapi tidak melupakan kesalahannya dan itu membuatku sulit untuk menerima kembali.
Dua tahun pun berlalu, aku merasa terus dibayang-bayangi Pak Han, dia seperti tak rela melepaskanku walaupun aku tak tau pasti apakah dia sudah kembali pada Ijum. Dan itu membuatku tak nyaman, selalu kawatir Pak Han berbuat nekat karena sikap posesifnya yang berlebihan. Kakakku dikampung akhirnya mengusulkan untuk pindah ke kampung saja, agar tak lagi dibayangi Pak Han. Ada seorang Duda yang akan dijodohkan denganku nanti disana.
Akhirnya kucoba pulang kampung beberapa hari sekalian dikenalkan pada calon yang diusulkan kakakku.
Namanya Mas Kemal, dia keturunan Jawa karena itu aku memanggilnya Mas. Tak ada yang spesial darinya, Mas Kemal tinggi jangkung, wajahnya biasa saja berbeda debgan Pak Han apalagi Bang Juned, ah lagi-lagi aku membandingkan mereka. Jika Bang Juned berkepribadian hangat dan santai, Pak Han agresif, maka Mas Kemal sepintas kulihat pendiam, tak banyak bicara dan kurang percaya diri.
Setelah pertemuan pertama, aku kembali ke kota dan tetap melanjutkan bekerja dirumah Bu Tin. Perkenalanku dengan Mas Kemal hanya berlanjut lewat telpon sesekali. Keluargaku semua mendukung agar aku kembali ke kampung dan menerima Mas Kemal untuk menjadi suamiku. Kata mereka Mas Kemal itu orangnya baik, nggk neko-neko walaupun wajah dan penghasilannya pas-pasan..
Tiga bulan waktu yang cukup untuk memutuskan menerima Mas Kemal atau tidak menjadi suamiku, atau aku akan tetap bekerja dengan Bu Tin yang artinya siap menerima teror dan gangguan dari Pak Han, dan itu membuatku bimbang.
Hidup menjanda tak mudah, banyak godaan dan fitnah yang seringkali hadir, tak kupungkiri diusiaku yang belum 40tahun, aku merindukan belaian dan kasih sayang dari seorang suami, Raja yang membutuhkan sosok Ayah. Walaupun aku bisa mencukupi kebutuhan Raja, tetap saja rasa sepi tak bisa dilawan disaat aku sendiri.
Dengan sepenuh kenyakinan aku menerima Mas Kemal dengan harapan ini adalah pernikahan terakhirku. Cukup sudah aku dua kali menjanda yang sungguh tak pernah kubayangkan dulu. Betapa buruk penilaianku pada mereka yang berkali-kali kawin cerai tanpa kupedulikan apa masalah yang mereka hadapi, aku mencela keputusan mereka tanpa peduli mereka punya alasan melakukannya. Dan kini aku mengalami sendiri, menikah dengan Bang Juned menjadi istri kedua, lalu berakhir dengan kematian yang menghancurkan harapku. Dinikahi Pak Han yang ternyata tak sebaik bayanganku dulu...aku telah dikhianati...
Andai aku bisa memilih..tak ingin kujalani pernikahan pahit yang menorehkan luka dan duka dihati.
Dan pernikahan dengan Mas Kemal pun dilaksanakan dengan sederhana, walau dilanda kebimbangan kumantapkan hati pindah ke kampung dan menjalani hidup dengan Mas Kemal. Terlalu banyak yang belum kutahui tentangnya.....
Bersambung...
Part ini pendek ya...karena kisahnya kembali ke part 1 dan 2...bagaimana nasib pernikahan ketiga Ratih...??? Akan lanjut dipart terakhir...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ketiga (TAMAT)
RomanceBukanlah hal yang diinginkan Ratih menikah hingga 3 kali. Dengan berbagai masalah yang dihadapinya disetiap pernikahan. Kesedihan demi kesedihan dialaminya dalam menjalani rumah tangga. Itulah realita hidup, tak selamanya berakhir bahagia. Tak sepat...